28.9 C
Jakarta

People Power adalah Khawarij di Era Milenial

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPeople Power adalah Khawarij di Era Milenial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kompetisi itu musti ada yang kalah dan ada yang menang. Adalah hal yang lumrah dan wajar dua sisi yang berlawanan terdengar begitu jelas setelah laga pertandingan usai. Bukan kompetisi bila kemenangan diraih oleh semua kontestan. Begitu pula, bukan kompetisi bila kekalahan menimpa seluruh kontestan.

Kalah dan menang adalah dua kosa kata yang berbeda dan sepertinya tidak dapat disatukan. Itu semua hanya persoalan perspektif. Bisa jadi kemenangan secara kasat mata adalah kekalahan pada hakikatnya dan begitu pula sebaliknya. Ada orang yang menang dalam laga kontestasi, tapi kemenangan itu belum mampu tercermin dalam pribadi orang ini, sehingga kemenangan hanyalah sebatas hiasan yang sebenarnya di balik hiasan itu ada kejahatan yang mencekam. Sebaliknya, kekalahan pada laga kompetisi, namun kontestan mampu membesarkan hatinya sehingga tiada patah semangat, terus bersyukur, dan selalu optimis, maka dia telah meraih kemenangan sejati.

Orang yang paling buruk adalah meraka yang kalah pada laga kompetisi, tetapi belum bisa menguasai nafsunya, sehingga nafsu menggiring pikirannya tertutup, membutakan mata hatinya, menolak kebenaran yang berbeda, dan menuhankan pikirannya sendiri. Tipikal orang yang semacam ini amat sangat berbahaya, karena dapat merugikan dirinya sendiri, lebih-lebih orang lain. Orang yang tidak bersalah akan dipersalahkan, orang yang baik akan diklaim buruk, dan orang Islam dijudge kafir. Naudzu billah.

Tipikal orang yang kalah dan tidak menerima atas kakalahannya sejatinya sudah menyejarah pada perkembangan sejarah Islam. Dahulu ada sekte yang getol disebut Khawarij yang artinya orang-orang yang keluar. Disebut demikian, karena kelompok ini keluar dari kesepatakan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dengan ekstrem, sekte ini mengkafirkan kesepakatan yang disebut dengan tahkim (arbitrase).

Pada era kemudian, ajaran Khawarij dilanjutkan oleh kelompok Wahabi yang digagas oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Tidak jauh berbeda, Wahabi getol mengkafirkan, membidahkan, bahkan mensyirikkan kelompok lain yang berbeda pandangan. Selain itu, Wahabi seperti Khawarij. Mereka sama-sama menghalalkan darah orang dianggapnya kafir dan musyrik.

Tidak berhenti sampai di situ, ada kelompok yang kebal dengan sebutan ISIS (Islamic State of Irak and Syiria). Kelompok ini tidak kalah ganas dari dua kelompok sebelumnya. Dalam peta sejarah ISIS telah banyak meninggalkan korban yang dibunuh secara sengaja dan massal. Tindakan ekstrem semacam ini sungguh menyayat hati orang Islam yang mencita-citakan perdamaian, kesejahteraan, dan keselamatan. Bahkan, yang paling mengiris hati adalah cara mereka menjadikan Islam sebagai kedok untuk memuluskan misinya.

BACA JUGA  Satu Hal yang Sering Terlupakan Saat Memasuki Bulan Ramadhan

Pada era mutakhir Indonesia kembali digoncang people power atau aksi demo sebagai bentuk ketidakpuasan sekte Prabowo-Sandi atas keputusan Real Count KPU. Darah bertumpahan. Nyawa melayang. Jalan macet karena ditutup massa yang membanjiri jalan raya Ibu Kota Jakarta. Ketentraman berganti kepanikan bak digoyang gempa dahsyat. Karena itu, tindakan pendukung Prabowo-Sandi termasuk sikap yang picik, amoral, dan memecah persatuan. Sejatinya biang kerok people power ini adalah Amin Rais, karena dialah yang menggiring narasi ke arah yang memecah belah dan menyulut permusuhan.

Kekonyolan sikap pendukung Prabowo-Sandi tak ubahnya kekonyolan sikap sekte Khawarij, Wahabi, dan ISIS. Secara sederhana, people power adalah Khawarij di era milenial. Karena, people power memiliki sikap yang mirip dengan Khawarij. Sebut saja, mereka sama-sama menentang keputusan negara, bersikap ekstrem, mengatasnamakan agama sebagai kedok, dan berpikir picik.

Dalam Al-Qur’an people power itu diistilahkan dengan “al-mufsidun” (provokator). Bisa dibilang lebih dari tiga ayat yang menyebutkan kata ini. Salah satunya, surah al-Kahfi ayat 94, yang berbunyi: Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu mufsidun di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

Ayat tersebut menjelaskan tentang Yakjuj dan Makjuj yang gemar mufsidun. Siapa itu Yakjuj dan Makjuj? Apa itu mufsidun? Yakjuj dan Makjuj, sebut Ibnu Abbas—sebagaimana dikutip Ibnu al-Jauzi—adalah dua sosok laki-laki putra Yafits bin Nuh. Sedang, adh-Dhahhak mengatakan, bahwa mereka adalah sekelompok masyarakat dari Turki.

Sementara, mufsidun dipahami secara beragam oleh pakar tafsir. Wahab bin Munabbih memahaminya perbuatan kaum Nabi Luth. Said bin Abdul Aziz berpendapat mereka adalah kanibal atau pemakan manusia. Sedang, Muqatil menyatakan mereka adalah pembunuh manusia. Dari ketiga pendapat ini, people power lebih masuk pada pendapat Muqatil yang menyebutkan bahwa people power adalah biang pembunuhan manusia. Mereka adalah Yakjuj dan Makjuj di era milenial.

Maka, people power bukanlah sosok yang diharapkan kehadirannya di negara Indonesia sebagaimana dicegah kehadiran Yakjuj dan Makjuj dalam Al-Qur’an dan juga Khawarij di tengah-tengah kepemerintahan Ali bin Abi Thalib. Yang jelas, people power adalah virus yang memecah persatuan dan menghancurkan masa depan rakyat. Please save Indonesia![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru