28.9 C
Jakarta

Penuhi Permintaan Taliban, Iran Ekspor Bensin ke Afghanistan

Artikel Trending

AkhbarInternasionalPenuhi Permintaan Taliban, Iran Ekspor Bensin ke Afghanistan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Taheran —  Iran memulai kembali ekspor bensin dan minyak gas ke Afghanistan beberapa hari lalu, menyusul permintaan dari Taliban . Hal itu disampaikan Serikat Pengekspor Produk Minyak, Gas dan Petrokimia Iran, hari Senin.

Taliban, kelompok Muslim Sunni, merebut kekuasaan di Afghanistan pekan lalu ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menarik pasukannya setelah perang 20 tahun.

Harga bensin di Afghanistan mencapai USD900 (Rp12,9 juta) per ton pekan lalu karena banyak warga Afghanistan yang panik keluar dari kota, takut akan pembalasan dan kembalinya ke versi keras hukum Islam yang diberlakukan Taliban ketika berkuasa dua dekade lalu.

Untuk mengatasi lonjakan harga, pemerintah baru Taliban meminta Iran, negara kekuatan Muslim Syiah, untuk menjaga perbatasan tetap terbuka bagi para pedagang.

“Taliban mengirim pesan ke Iran yang mengatakan ‘Anda dapat melanjutkan ekspor produk minyak bumi’,” kata Hamid Hosseini, anggota dewan dan juru bicara serikat pekerja Iran di Teheran kepada Reuters, yang dilansir Selasa (24/8/2021).

Hosseini menambahkan bahwa beberapa pedagang Iran telah berhati-hati karena masalah keamanan.

Ekspor Iran, kata Hosseini, dimulai beberapa hari yang lalu, setelah Taliban memotong tarif impor bahan bakar dari Iran hingga 70 persen. Pernyataan itu dia buktikan dengan menunjukkan dokumen resmi daribadan Bea Cukai Afghanistan.

BACA JUGA  Semakin Kuat, Seruan agar PM Israel Mundur

Ekspor utama Iran ke Afghanistan adalah bensin dan minyak gas. Iran mengekspor sekitar 400.000 ton bahan bakar ke tetangganya itu dari Mei 2020 hingga Mei 2021. Data itu bersumber dari laporan yang diterbitkan oleh PetroView, platform penelitian dan konsultasi minyak dan gas Iran.

“Negara-negara anggota tidak membuka pintu mereka, bahkan untuk sebagian kecil dari orang-orang yang melayani mereka dan yang berada dalam kesulitan. Anda tidak bisa mengharapkan Turki untuk mengambil tanggung jawab negara ketiga,” sambungnya.

Erdogan menegaskan bahwa Turki saat ini telah menampung sekitar lima juta pengungsi dan tidak dapat mendukung beban migrasi tambahan.
Michel melalui akun Twitternya mengakui bahwa dia telah membahas situasi yang sedang berlangsung di Afghanistan dengan Erdogan, menggambarkannya sebagai tantangan bersama bagi Turki dan UE.

Pekan lalu, Erdogan mengatakan UE belum menghormati kesepakatan 2016 yang bertujuan menghentikan aliran migran ke Eropa. Dia mengatakan “tidak realistis” bagi UE untuk mengharapkan Turki menerima lebih banyak migran selama kesepakatan 2016 belum sepenuhnya dilaksanakan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru