28.9 C
Jakarta

Penipuan HTI (1); Pencatutan Ulama Sebagai Aktivis Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamPenipuan HTI (1); Pencatutan Ulama Sebagai Aktivis Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Acara Surabaya Islamic Festival yang rencananya akan diselenggarakan pekan lalu oleh Hijrahfest batal dilaksanakan lantaran adanya protes dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Penyelenggara melalui akun Instagram @hijrahfest juga meminta maaf, dengen menyebut kata “qadarullah”, atas kekhilafan yang mereka buat. Bagaimana pun, protes PWNU terjadi lantaran Hijrahfest mencatut nama NU dalam flyer acara mereka.

“Kami mewakili panitia, mohon maaf atas segala khilaf baik sengaja ataupun tidak sengaja. Insyaallah kami dari panitia akan menyelesaikan segala administrasi, sewa booth, biaya tiket yang sudah dibayarkan 100 persen sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dengan sebaik-baiknya dan secepatnya. Walaupun terlihat seperti belum ada perniagaan di acara ini namun kami bahagia karena tiket kami udah full booked dibeli sama Allah,” ujarnya.

Untuk diketahui, acara Hijrahfest tersebut hendak digelar di Jatim Expo, Surabaya, 14 s/d 16 Oktober. Sekretaris PWNU Jatim Akh Muzakki mengatakan, penolakan itu lantaran penyelenggara telah mencatut logo NU tanpa izin. “PWNU Jatim memprotes keras dan mendesak pihak penyelenggara untuk meminta maaf satu kali 24 jam atas pencatutan logo NU dalam penyelenggaraan acara Hijrahfest di JX tersebut,” kata Muzakki.

Namun tidak hanya itu. Menurut Muzakki, penolakan juga mereka lakukan karena acara Hijrahfest digelar oleh beberapa orang yang merupakan bagian kelompok terlarang yang berseberangan dengan, dan antipati terhadap, Pancasila dan NKRI. “NU Jatim, bersama para kiai pesantren secara tegas menyatakan sikapnya atas acara yang digelar kelompok yang terindikasi gerakan yang cenderung mendiskreditkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila,” imbuhnya.

Ini menarik untuk dikaji. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa terjadi penolakan? Siapa aktor di balik Hijrahfest? Mengapa PWNU menganggap mereka berseberangan dengan NKRI? Apakah ini penipuan HTI? Apakah para aktivis khilafah tersebut mencatut NU Secara sengaja atau tidak? Apa agenda terselubung di balik Hijrahfest? Dan terakhir, apakah semua acara Hijrahfest laik diboikot dari seluruh daerah di Indonesia?

HTI Sang Manipulator

Kalau harus ditarik ke dalam satu kata, apa yang terjadi dengan pembatalan Hijrahfest di Surabaya, faktornya adalah ‘manipulasi’. Ada kesengajaan, sekali lagi kesengajaan, dari pihak penyelenggara, untuk mencatut logo NU dalam kegiatan tersebut. Dan berbicara tentang catut-mencatut, yang ahli adalah HTI. Sehingga sebagai dugaan awal, bisa dipastikan bahwa penolakan acara Hijrahfest karena terafiliasi dengan HTI, ormas terlarang yang jelas-jelas anti-NKRI dan ingin menegakkan khilafah.

Masih belum terlupakan, bagaimana HTI mencatut nama sejarawan Peter Carey dalam film Jejak Khilafah di Nusantara, yang dilakukan semata-mata untuk memanipulasi sejarah Islam Indonesia. Peter Carey kemudian mengklarifikasi bahwa ia tidak tahu-menahu soal film tersebut, apalagi sampai menjadi bagian di dalamnya. Ia juga menyebut satu ustaz yang secara samar-samar sebenarnya HTI, yakni Salim A. Fillah, atas pencatutan tersebut. Untuk memanipulasi sejarah, HTI tumbalkan sejarawan.

Pada 2019 lalu, HTI melalui Hijrahfest juga mencatut sejumlah ulama ke dalam poster mereka. Di antara yang dicatut adalah Buya Yahya, Ustaz Abdul Somad, hingga Habib Novel Alaydrus. Bayangkan, seorang Habib mereka catut untuk kepentingan apa? Khilafah? Mereka tidak akan bilang demikian. HTI merupakan manipulator ulung, yang rela melakukan segala cara, tidak peduli betapa licik dan tak beradabnya cara tersebut, asal tujuan mereka tercapai.

BACA JUGA  Mengakhiri Propaganda Ajaran Radikal di Medsos

Jadi jelas, penolakan di Surabaya kemarin adalah karena manipulasi HTI sendiri. Jika sebelumnya yang dicatut adalah tokoh, kemarin yang catut adalah ormas terbesar di Indonesia. Tujuannya agar masyarakat terkecoh, tidak sadar bahwa penyelenggaranya adalah para bajingan HTI, dan justru menganggapnya sebagai acara yang dapat restu NU. Untungnya, PWNU bertindak cepat. Pencatutan yang dilakukan secara sengaja tersebut menunjukkan kegagalan manipulasi HTI terhadap NU.

Tidak usah percaya kata-kata islami ala HTI, seperti kata “qadarullah”—dengan takdir Allah—yang mereka sematkan setelah ditolak. Sebagai manipulator biadab, HTI tidak hanya ahli mencatut, melainkan ahli ber-playing victim. Sehingga orang yang menyaksikan akan mengatakan bahwa PWNU sudah melenceng, padahal faktanya PWNU sudah menyelamatkan masyarakat dari penipuan HTI. HTI menyeret ulama, juga menyeret organisasi ulama.

Ulama yang Diseret HTI

Hari ini, dengan jelas dan gamblang, ada upaya untuk meng-HTI-sasi ulama. Meskipun jelas ulama yang bersangkutan bukan bagian dari HTI, tetapi mereka diseret agar masuk ke dalam keranjang HTI. Setelah itu, mereka diperjualbelikan ke umat, dijadikan tameng propaganda mereka, dan dijadikan senjata penipuan agar HTI tersebut tak terdeteksi sebagai HTI ketika tengah menggelar suatu kegiatan (event). Banyak sudah ulama yang HTI jadikan umpan propaganda indoktrinasi khilafah mereka.

Ustaz Abdul Somad, misalnya. Kenapa ia diseret oleh HTI? Karena ceramahnya keras dan tanpa kompromi. Juga karena ustaz Somad juga sering kali dianggap oposisi. HTI melihat peluang tersebut, sehingga meskipun ustaz Somad tidak anti-NKRI, ia kelihatannya di mata publik menjadi bagian dari HTI. Padahal tidak. Sama juga dengan Buya Yahya. Jelas ia tidak anti-NKRI dan Pancasila. Kenapa dicatut namanya ke poster Hijrahfest? Karena ceramah Buya Yahya lurus dan agak keras dan tegas.

Lalu Habib Novel, kenapa ia ikut tercatut juga? Tidak lain adalah karena ia juga concern dalam kajian hijrah milenial. Jadi oleh HTI diseret juga karena dianggap sesuai dengan jualan mereka, yakni hijrah, yang diprakarsai para selebritas seperti Arie Untung, Dude Harlino, Teuku Wisnu, dan lainnya. Sementara itu, ustaz Adi Hidayat juga ikutan diseret oleh HTI karena mereka menganggap ustaz Adi bukan NU dan bukan Muhammadiyah. HTI mencaplok ustaz Adi jadi bagian dari ormas terlarang itu.

Ada banyak tokoh ulama yang oleh HTI diseret masuk ke jurang ke-HTI-an, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selamaini memang belum ada yang dari NU, tetapi mengingat HTI sudah berani mencaplok logo NU pada acara Hijrahfest kemarin, tidak lama lagi mereka bakal berani mencaplok para tokoh NU yang dianggap berpengaruh. Semua akan dirangkul oleh HTI, disatukan sebagai aktivis khilafah, dan dicekoki doktrin-doktrin transnasionalisme yang berbahaya bagi Pancasila dan NKRI. Maka, segera hancurkan HTI!

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru