Harakatuna.com. Ambon – Setelah 12 tahun bergelut dalam Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Dr. H. Abdul Rauf mengaku terkesan atas kepercayaan yang telah diberikan untuk memimpin lembaga khusus penanganan dan pencegahan serta penanggulangan ancaman terorisme dan radikalisme di daerah ini. Ini bukan waktu yang singkat setelah belasan tahun FKPT berkiprah di Maluku sebab banyak peran dan kontribusi telah diberikan dalam hal penanganan dan pencegahan terorisme dan radikalisme setelah 12 tahun FKPT berdiri di Maluku.
“Bagi saya, dari sebelumnya menjadi anggota biasa hingga kemudian memimpin FKPT Maluku selama 12 tahun tentu bukan waktu yang pendek,” ujar Abdul Rauf dalam ajang silaturahmi pengurus lama dan baru FKPT Maluku di Cafe Pelangi, Ambon, (29/11/24).
Pihaknya meminta agar FKPT Maluku harus terus mempertahankan serta meningkatkan kinerjanya dan bersama pemerintah/aparat keamanan bisa membantu mencegah potensi dan ancaman gerakan terorisme dan radikalisme.
Sebagai pengganti pengurus baru kini FKPT Maluku dipimpin langsung oleh Ruslan Affandi Basry, S.E. sebagai ketua dan dilengkapi sejumlah kepala bidang. Abdul Rauf sebagai ketua demisioner berharap pengurus baru FKPT Maluku mampu memberikan kontribusi dalam hal pencegahan terorisme dan radikalisme.
Dari pengalaman selama belasan tahun itu Abdul Rauf mengaku kerja sama yang baik antara pengurus FKPT Maluku dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), FKPT Maluku diakui termasuk paling baik dan sukses dalam pengelolaan program maupun pelaporan keuangan. “Saya mohon ke depan prestasi ini harus dipertahankan oleh pengurus baru. Bahkan kalau bisa ditingkatkan dengan menambah nomenklatur baru berupa program-program pemberdayaan yang lain,” ujarnya.
Selain program pencegahan, pemberdayaan, dan sosialisasi dari ancaman terorisme dan radikalisme di berbagai lingkungan sosial, lembaga pendidikan, sekolah, perguruan tinggi, lembaga sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan, salah satu yang menjadi fokus perhatian FKPT Maluku adalah melakukan survei dan penelitian. Melalui survei dan penelitian di sejumlah daerah bisa menjadi kajian dan sekaligus sebagai laporan oleh FKPT Maluku ke BNPT di Jakarta untuk mengukur potensi dan pencegahan ancaman terorisme dan radikalisme.
Salah satu bidang penting yang bertugas melakukan studi penelitian dan kajian di lapangan itu dipimpin oleh akademisi IAIN Ambon Dr. Saidin Ernaz. Ia adalah dosen yang selama ini mengkhususkan studi S3 untuk Kajian Agama, Lintas Budaya, Sosial, dan Politik pada UGM Yogyakarta, itu sejak beberapa tahun terakhir terlibat dalam studi ini di FKPT Maluku.
Untuk melakukan studi tersebut saat ini ia sedang melakukan penelitian dan survei terbaru tahun 2024 terkait ancaman dan potensi terorisme dan radikalisme itu pada empat daerah yang mencakup Kota Ambon, Kota Tual, Kota Buru, dan Kota Masohi. Menurut Ernaz, ada dua objek penelitian untuk mengukur indeks atau potensi ancaman terorisme dan radikalisme yakni mencakup Indeks Resiko Terorisme (IRT) dan Indeks Potensi Radikalisme (IPR).
Kalau objek penelitian untuk IRT mencakup tokoh masyarakat, aparat keamanan, tokoh agama, pimpinan lembaga keagamaan, dan sejumlah stakeholder. Termasuk tokoh pers di daerah. Sedangkan untuk objek penelitian khusus IPR lebih banyak menyentuh pada anggota masyarakat. “Dari mereka ini kita bisa menangkap dan mendapatkan laporan seberapa besar ancaman terorisme dan radikalisme,” ujarnya.
Abdul Rauf yang juga dosen IAIN Ambon dan Ketua Komisi Fatwa MUI Maluku itu berharap pengurus baru FKPT Maluku yang dipimpin Ruslan Affandi bisa terus mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya untuk bersama pemerintah dan aparat keamanan di Maluku. Harapannya agar FKPT bisa membantu mencegah potensi dan ancaman tindak pidana terorisme dan radikalisme.