27.4 C
Jakarta
Array

Penelitian Ini Ungkap 2 Faktor Napi Kriminal Tertarik kepada Napi Terorisme

Artikel Trending

Penelitian Ini Ungkap 2 Faktor Napi Kriminal Tertarik kepada Napi Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta. Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin memaparkan dua faktor yang menyebabkan para napi kriminal tertarik mendekati napi teroris (napiter).

Hal itu ia sampaikan pada acara Short Course Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media di hotel Sofyan, Jakarta Pusat, Rabu (24/1).

Pertama, faktor logistik. Menurut Solahudin, napi-napi teroris di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) hidupnya relatif sejahtera. Mereka mendapat sumbangan dari para pengikut yang ada di luar lepas, dan lembaga-lembaga kemanusiaan yang menyumbang. Makannya daging, telor, atau ayam.

“Sehingga rata-rata mereka hidupnya relatif cukup nyaman. Makannya cukup enak. Kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi, bahkan bisa buka usaha di dalam lapas,” katanya di hotel Sofyan, Jakarta Pusat, Rabu (24/1).

Hal itu berbanding terbalik dengan para napi kriminal lainnya. Menurutnya, napi-napi lain hanya mengandalkan makanan dari lapas. Biaya makanan per hari antara 14 ribu hingga 15 ribu. Jenis makanannya tidak lebih dari tempe, tahu, dan sayuran seadanya.

“Itu yang membuat napi kriminal tertarik, terutama napi-napi yang disebut napi anak hilang, yaitu napi-napi yang tidak dijenguk keluarga atau tidak mendapat sumbangan dari luar. Akhirnya dia mendekat kepada napi-napi teroris yang logistiknya meningkat,” jelasnya.

Kedua, faktor proteksi. Solahudin mengatakan, di dalam lepas terdapat berbagai geng. Sementara untuk napi-napi teroris dikenal dengan geng ustadz.

Napi-napi teroris mempunyai pengaruh di dalam lapas yang bisa memproteksi napi kriminal lainnya, seperti napi-napi yang sering mendapat bully atau mendapatkan tekanan.

“Jadi ada dua faktor, yaitu untuk mendapatkan logistik, yang kedua untuk proteksi, perlindungan. Itu yang menjadi pull faktor,” tegasnya.

Solahudin pun mengungkapkan tentang cara menghilangkannya. Menurutnya, sumber logistik kepada napi teroris itu harus diputus agar terhambat. Sementara cara menghilangkan pengaruh napi-napi teroris yang bisa memproteksi, yaitu dengan cara disebar atau tidak dikonsentrasikan di satu lapas. (Husni Sahal/Fathoni)
Penelitian Ini Ungkap 2 Faktor Napi Kriminal Tertarik kepada Napi TerorismeSolahudin memaparkan materi.
Jakarta, NU Online
Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin memaparkan dua faktor yang menyebabkan para napi kriminal tertarik mendekati napi teroris (napiter).

Hal itu ia sampaikan pada acara Short Course Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media di hotel Sofyan, Jakarta Pusat, Rabu (24/1).

Pertama, faktor logistik. Menurut Solahudin, napi-napi teroris di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) hidupnya relatif sejahtera. Mereka mendapat sumbangan dari para pengikut yang ada di luar lepas, dan lembaga-lembaga kemanusiaan yang menyumbang. Makannya daging, telor, atau ayam.

“Sehingga rata-rata mereka hidupnya relatif cukup nyaman. Makannya cukup enak. Kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi, bahkan bisa buka usaha di dalam lapas,” katanya di hotel Sofyan, Jakarta Pusat, Rabu (24/1).

Hal itu berbanding terbalik dengan para napi kriminal lainnya. Menurutnya, napi-napi lain hanya mengandalkan makanan dari lapas. Biaya makanan per hari antara 14 ribu hingga 15 ribu. Jenis makanannya tidak lebih dari tempe, tahu, dan sayuran seadanya.

“Itu yang membuat napi kriminal tertarik, terutama napi-napi yang disebut napi anak hilang, yaitu napi-napi yang tidak dijenguk keluarga atau tidak mendapat sumbangan dari luar. Akhirnya dia mendekat kepada napi-napi teroris yang logistiknya meningkat,” jelasnya.

Kedua, faktor proteksi. Solahudin mengatakan, di dalam lepas terdapat berbagai geng. Sementara untuk napi-napi teroris dikenal dengan geng ustadz.

Napi-napi teroris mempunyai pengaruh di dalam lapas yang bisa memproteksi napi kriminal lainnya, seperti napi-napi yang sering mendapat bully atau mendapatkan tekanan.

“Jadi ada dua faktor, yaitu untuk mendapatkan logistik, yang kedua untuk proteksi, perlindungan. Itu yang menjadi pull faktor,” tegasnya.

Solahudin pun mengungkapkan tentang cara menghilangkannya. Menurutnya, sumber logistik kepada napi teroris itu harus diputus agar terhambat. Sementara cara menghilangkan pengaruh napi-napi teroris yang bisa memproteksi, yaitu dengan cara disebar atau tidak dikonsentrasikan di satu lapas. (Husni Sahal/Fathoni)

NU Online

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru