31 C
Jakarta
Array

Pendidikan Etika bagi Anak Yang Menantang Guru

Artikel Trending

Pendidikan Etika bagi Anak Yang Menantang Guru
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Amboi, sudah hilang rupanya penghormatan murid kepada gurunya! Kembali kita dibuat heran akan perilaku seorang anak didik yang tidak tahu adab kepada gurunya. Dalam sebuah video yang baru-baru ini viral di media sosial, seorang murid terlihat menantang gurunya. Dalam video itu, yang terjadi di daerah Wringinanom kabupaten Gresik, seorang murid Sekolah Menengah Pertama menarik baju gurunya seperti orang mengajak berkelahi.

Nur Khalim, sebagaimana dikabarkan dalam program televisi Kompas Petang kemarin, menjelaskan bahwa sang murid terpancing emosinya setelah sang guru menegurnya karena merokok di dalam kelas. Amboi, semakin kencang kita mengelus dada ini!

Bagaimana seoang anak SMP sudah tidak memiliki sopan santun semacam itu? Saya berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi ketika SMP dahulu. Ketika saya setingkat SMP, saya mondok.

Dan melihat perilaku anak di video itu mengingatkan saya pada perilaku murid ketika di pondok. Saya teringat bagaimana etika seorang murid kepada gurunya waktu itu. Etika ini dipraktekkan oleh semua santri, dari yang paling sepuh hingga yang paling muda. Jadi beretika bukanlah teori di buku semata. Namun, etika yang hidup di sub-kultur pesantren, sehingga semua elemen di dalamnya merasa bertanggungjawab untuk menjaga keberlangsungannya.

Ambil sebagai contoh bahwa ketika guru kami hendak berjalan dan kebetulan kami, para muridnya, juga akan melewati jalan yang sama, maka kami akan berhenti, menunduk, menghormati guru kami, hingga guru kami lewat cukup jauh.

Hal ini ternyata tidak hanya berlaku di pesantren di mana saya belajar ketika setingkat Sekolah Menengah Pertama dulu. Di seluruh pesantren yang pernah kukunjungi dalam berbagai acara, etika yang sama ditunjukkan oleh santri.

Hal ini demikian karena kesatuan pemahaman ajaran tatakrama yang sama. Salah satu kitab yang menjadi sumber pokok adab guru-murid adalah kitab Ta’limul Muta’allim karya Syaikh Burhanul Islam az-Zarnuji (w. 590-an H/1190-an M). Semua pesantren hingga hari ini masih menjadikan kitab tersebut kajian pokok bagi santri. Bahkan tidak berlebihan jika menilai bahwa kitab tersebut adalah landasan pokok bagi model pendidikan pesantren.

Di dalam kitab tersebut diajarkan tiga belas bab yang berkisar mengenai tiga tema besar, yaitu ilmu, guru, dan murid. Pada bab ke-empat diajarkan mengenai tatakrama murid kepada guru.

“Di antara adab untuk memuliakan guru adalah 1) tidak berjalan di depannya, 2) tidak menduduki tempat duduknya, 3) meminta izin ketika hendak berbicara, 4) tidak memperpanjang ucapan ketika diizinkan bicara, 5) tidak bertanya suatu masalah ketika terlihat dia sedang bosan dan lelah, 6) mempertimbangkan waktu yang tepat dalam segala hal yang melibatkan gurunya, dan bersabar menunggunya tanpa mengetuk-ngetuk pintu rumahnya”. (Ta’limul Muta’allim, h. 79).

Hal ini tetap terjaga di pesantren hingga hari ini. Oleh karena adab yang diajarkannya benar-benar dijalankan dengan hidup, maka tidak heran pesantren seringkali menjadi tujuan orang tua. Mereka yang anak-anaknya dianggap tidak memiliki sopan santun, nakal, bahkan tidak bisa diatur seringkali dipondokkan agar – niat orang tua – anak-anak tersebut bisa menjadi baik.

Kembali kepada kasus anak menantang sang guru di atas. Barangkali kasus ini memang berakhir dengan permintaan maaf sang murid kepada guru. Namun, permasalahan etika anak didik masih menjadi momok pada pendidikan kita. Bagi orang tua anak dalam video, barangkali, mereka berniat untuk memperbaiki perilaku anaknya. Dan barangkali mereka juga terpikir untuk menitipkannya kepada salah satu pesantren yang ada di Gresik sana. Semoga.

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru