Harakatuna.com. Dompu – Memiliki potensi terpapar paham radikalisme fundamentalis, pemuda harus mendapat pendampingan serius, tentang ideologi Pancasila. Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Dompu melihat sumber ketahanan keluarga sangat penting agar paham radikalisme tidak berawal dari rumah.
Penduduk Indonesia, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih didominasi oleh kelompok produktif yakni generasi muda. Kelompok yang sedang mencari jati dirinya ini, sangat mudah terpapar dengan paham-paham yang dianggap baru.
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Dompu mengajak semua elemen kepemudaan di Kabupaten Dompu untuk bahu membahu menepis masuknya paham fundametalis radikalisme itu masuk kembali ke Kabupaten Dompu. Ketua GP Ansor Kabupaten Dompu, Arman Manan mengatakan, munculnya gerakan menyimpang ini, berawal dari isu-isu intoleran dan anti keberagaman dari dalam kelaurga dan sekolah, terutama kampus-kampus.
“Kontrol media sosial yang kerap menyebarkan berita bohong tentang anti keberagaman dan intolerasi, di Indonesia sangat kurang, sehingga memberi celah dogma paham radikalisme masuk ke generasi muda,” katanya, Senin (28/10/2024).
Kabupaten Dompu, 10 tahun lalu sempat masuk dalam zona merah paham radikalisme fundamentalis. Berkat kolaborasi bersama antara TNI-Polri dengan ormas Islam, termasuk GP Ansor ini daerah berjuluk nggahi rawi pahu itu, sudah masuk zona hijau.
“Namun, jika tidak terus dilakukan pemupukan dan pendekatan secara persuasif, dikhawatirkan paham itu akan kembali muncul di Kabupaten Dompu,” katanya.
Arman menyarankan kepada orang tua untuk mencari sekolah dan pondok pesantren atau kampus yang clear, agar anak-anaknya tidak terpapar paham radikalisme.