26.2 C
Jakarta
Array

Pemuda Ekstrem: Substansional Tangkal Radikal

Artikel Trending

Pemuda Ekstrem: Substansional Tangkal Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang”

Peringatan Yesus (Nabi Isa) yang pada intinya menyadarkan semua orang, betapa lihai dan liciknya anak-anak dunia dalam mengorganisasikan kebathilan untuk meruntuhkan kebenaran. Sekaligus menantang untuk menangkal kebathilan dalam gerakan radikalisme dengan cara-cara lebih cerdas lagi.

Sebelumnya, yang di maksudkan yesus dengan “Anak-anak terang” adalah siapa saja yang memilih dan memihak Kebenaran dengan sadar, serta siap-sedia membelanya dengan seluruh jiwa-raga. Disini tidak ada sekat-sekat SARA. Semua dipersatukan oleh iman yang sama kepada Allah yang satu dan sama, meski agama berbeda.

Begitu juga Sebaliknya, “Anak-anak dunia” adalah mereka yang juga dengan sadar berpihak pada kebathilan dan menyeret orang-orang lain ke kubu mereka, kemudian memeralat mereka untuk kepentingan-kepentingan duniawi semata, yang sifatnya sesaat dan sesat. Tetapi mereka cerdik, karena jualan mereka adalah agama yang mereka pertuhankan dan lengkap dengan “janji surga” dan “ancaman neraka”.

Tidak sulit untuk mengidentifikasi peristiwa, kejadian, dan fakta radikalisme. Misalnya: kampanye hitam yang mengkafirkan dan mencap Ahok sebagai penista agama Islam, penggunaan masjid-masjid sebagai tempat kampanye, demo berseri dengan angka-angka simbolik ala terorisme 911, intimidasi dengan mayat dan ayat-ayat, spanduk-selebaran intoleran dll,

Dengan metode paling sederhana yang biasa digunakan dalam pelatihan-pelatihan, yakni metode Root Cause Analysis (RCA). Secara sederhana, RCA diawali dengan mengidentifikasi apa yang terjadi (peristiwa, kejadian, fakta). Menggunakan 5 W + 1 H untuk tahap identifikasi yang benar. Mulai dari 4 W+H: What, Who, Where, When dan How.

 Sesudah itu, ajukan W yang terakhir, yaitu Why, untuk menggali dan menelusuri penyebab terjadinya masalah. Setiap kali menemukan jawaban, ajukan terus pertanyaan “mengapa” hingga menemukan akar paling dalam atau penyebab paling utama/awal, yang kita tercantum sebagai akar dan sumber penyebab masalah itu.

Melanjutkan pertanyaan RCA “mengapa semua itu terjadi?”, kemudian akan menemukan bahwa akar masalah adalah ‘keyakinan’ kaum fundamentalis. Perhatikan rumusan hasil permenungan seorang pemimpin politik dan spiritual, Mahatma “The Great Soul” Gandhi berikut ini:

Your beliefs become your thoughts – keyakinamu menjadi pikiranmu

your thoughts become your words – pikiranmu menjadi ucapanmu

your words become your actions – ucapanmu menjadi tindakanmu

your actions become your habits – tindakanmu menjadi kebiasanmu

your actions become your values – kebiasaanmu menjadi nilaimu

your values become your destiny – nilaimu menjadi nasibmu

Jadi sumber utama radikalisme adalah “keyakinan” para fundamentalis agama. Karenanya, pintu masuk perubahan radikal atau penangkalan mestinya “keyakinan” itu. Celakanya, ”keyakinan” itu sudah terkontaminasi kepentingan ekonomis dan kekuasaan politik. Tetapi fundamentalisme atau keyakinan fanatik, harafiah, eksklusif dan sesat seperti itu sebenarnya ada dalam semua agama.

Setelah menemukan akar atau sumber utama radikalisme pada “keyakinan”, selanjutnya dimanakah “keyakinan” itu ditanamkan dan disebarluaskan? Metode RCA mengkategorikan tiga jenis sumber penyebab masalah:

 

  • human causes (penyebab insani, pada manusia),
  • physical causes (penyebab fisik),
  • organizational causes (penyebab organisasional).

Sesudah menemukan human causes yaitu “keyakinan sesat dan menyesatkan” dari para fundamentalis-radikalis. Untuk menemukan physical causes dari radikalisme, dengan bertanya: dimana keyakinan itu disemaikan dan disebarluaskan? Ada dua tempat yang akhir-akhir ini sangat disoroti sebagai tempat berkembang-biaknya hewan predator bernama radikalisme yaitu rumah ibadat khususnya masjid dan sekolah/kampus.

Akhirnya, telah sampai pada resep ketiga RCA: organizational causes. Semua sudah tahu ormas-ormas radikalis yang selalu menjadi sumber malapetaka pemecah-belah bangsa selama ini. Sebagai bagian dari “anak-anak terang” bergabung dalam barisan NU dan beberapa ormas nasionalis yang sudah menuntut Pemerintah untuk membukarkan ormas-ormas intoleran anti-kebhinekaan, anti-Pancasila dan anti-NKRI.

Selama sepuluh tahun pemerintahan SBY, ormas-ormas itu tidak hanya dibiarkan, malah terkesan dipelihara, dielus-elus hanya karena kalkulasi dukungan suara. Bahkan patut diduga disiapkan untuk pasca-kekuasaan. Karena itu mereka berkembang biak seperti jamur di musim hujan. Buktinya, sudah digunakan dengan berhasil di Pilkada DKI. Kalau dibiarkan kembali, akar-akar mereka akan semakin kuat menghunjam Ibu Pertiwi, dan melahirkan kehancuran NKRI.

Sebagai bangsa idonesia salut dengan kebangkitan anak-anak terang yang selama ini secara spontan mengirimkan karangan bunga, tidak hanya kepada Ahok-Djarot, melainkan juga kepada Kapolri dan jajarannya di banyak kota, dan kepada Presiden Jokowi. Pada Intinya: Jaga NKRI, Pancasila, Kebhinekaan dan jangan takut membubarkan kelompok-kelompok radikal. Pertarungan terbuka “anak-anak terang” dengan ‘senjata’ kasih dan damai, melawan “anak-anak dunia” dengan senjata kebencian dan kekerasan, sudah dimulai.

Supaya efektif, harus berjalan bersamaan dengan upaya-upaya radikal menangkal radikalisme. Semua itu bukan hanya tugas Pemerintah, Polri dan TNI. Itu tugas-panggilan “anak-anak terang”, masing-masing sesuai talenta dan kompetensi yang dimiliki. Paling sederhana: men-share peristiwa, kejadian faktual tindak-tindak radikalis melalui medsos dan kepada pihak berwenang.

Oleh: Ma’bad Fathi Mu’tazza, mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru