Yang mana lebih dahulu dikerjakan, tuntaskan kemiskinan, memberantas korupsi, atau pindahkan ibu kota?
Jika ini sulit dijawab, mari kita menjawab pertanyaan yang lebih mudah, “Makan dahulu setelah bangun tidur, atau mandi baru makan?”
Gagal mengenal dengan baik prioritas utama projek bangsa merupakan titian cepat menuju kegagalan dalam membangun peradaban bangsa.
Setiap orang boleh saja berbeda pandangan dalam melontarkan pandangan tentang prioritas utama dari sekian banyak projek pemerintah dalam skala raksasa. Walaupun demikian, maslahat umum lebih diutamakan. Jika agenda ‘menuntaskan kemiskinan dan memerangi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)’ lebih banyak menyelesaikan masalah umat, tentunya lebih diprioritaskan berbanding pemindahan ibu kota yang mungkin tidak diterima oleh banyak orang karena terlalu dini.
Pemindahan ibu kota Negara Indonesi dari Jakarta ke Kutai, pulau Kalimantan bukanlah perkara yang tidak penting. Sesungguhnya ia penting untuk meringankan beban Jakarta dan Pulau Jawa secara khusus yang dibanjiri manusia mencari penghidupan. Walaupun demikian, ia bukanlah prioritas utama dalam pandangan penulis, melainkan prioritas kedua, bahkan ketiga. Masalah bangsa ini yang berkaitan maslahat orang ramai sungguh banyak yang belum dituntaskan. Semuanya boleh diatasi perlahan-lahan dengan menempatkan masalah itu dalam skala prioritas dan membenahi setiap masalah dengan serius.
Ternyata, Fiqhi Awlawiyat (فقه الأولويات) atau Fiqhi Prioritas yang digagas oleh Syekh Al-Qardawi semakin hari semakin diperlukan.
Mari belajar kembali Fiqh Prioritas di halaqah-halaqah pengajian di Mesjid untuk menata masa depan bangsa ini ke arah yang lebih cerah dan cemerlang.
Dr. Muhammad Widus Sempo, Dozen Senior (Senior Lecturer) Fakulti Pengajian Quran dan Sunnah, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) E-mail: [email protected] dan [email protected]