26.7 C
Jakarta
Array

Pemimpin dan Prajurit

Artikel Trending

Pemimpin dan Prajurit
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pemimpin dan prajurit tak ubahnya seperti sekeping mata koin yang apabila tidak ada salah satunya, maka sama dengan ketiadaan keduanya. Pemimpin dan prajurit selalu menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Tak hanya oleh kalangan akademisi, topik ini juga tak pernah luput dari sasaran “penghuni” warung kopi yang ada di pinggiran pelosok desa.

Pemimpin dan prajurit memiliki tugas dan kewajiban yang tak pernah bisa dipisahkan. Idealnya, keseimbangan antara keduanya akan melahirkan sebuah kemajuan dan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, sebuah peradaban yang maju pun tak akan sulit diwujudkan jika sebuah lembaga atau negara memiliki pemimpin dan prajurit yang bisa saling melengkapi dan mendukung satu sama lainnya.

Menjadi Pemimpin

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya ku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”

Sebagaimana yang telah banyak diulas oleh al-Qur’an, bahwa pada hakikatnya semua manusia yang ada di dunia ini adalah seorang pemimpin (kullukum ro’in). Dan pada akhirnya, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak (wa kullukum mas’ulun ‘an rao’iyatihi). Nyatanya, meskipun tanggungjawab ini dirasakan sangat berat, banyak diantara manusia yang justru ingin menjadi pemimpin dari pemipin. Artinya, banyak diantara manusia yang bermain bola api (red:kepemimpinan), bahkan tak jarang ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan amanah yang belum tentu mampu diembannya dengan baik.

Menjadi pemimpin berarti menjadi ayah dalam segala kaitan hati. Berperan sebagai guru untuk mengajarkan ilmu bermanfaat dan menjadi syaikh dalam segala urusan rakhani. Tak hanya itu, seorang pemimpin juga harus mampu memosisikan dirinya sebagai manajer dan leader dalam mengendalikan kebijakan umum. Tak ayal, pemimpin merupakan sebuah kepala yang menjadi sentral segala komando, pusat pengendalian umum, dan menjadi pengontrol dari semua pekerjaan.

Seorang pemimpin harus mampu menjadi lambang kekukuhan, kekuatan, kesolidan, dam persatuan ummatnya. Menjadi pemimpin berarti berani mampu memasang badan paling depan ketika ada masalah. Menjadi pemimpin juga berarti menantang diri untuk terbiasa dengan penderitaan. Sangat mungkin akan mengurangi waktu tidur, istirahat, waktu senggang hanya untuk membicarakan masalah umat. Tidak jarang, seorang pemimpin akan tertidur dalam kubangan pikiran dan kelelahan yang tidak berkesudahan.

Di setiap degup rasa, desah nafas, dan segala tindak-tanduk, gerak-gerik hidupnya selalu ada bayang-bayang keberhasilan visi, terejewantahkannya misi, dan keberlangsungan perangkat-perangkat kerja. Menjadi pemimpin, berarti list do’anya semakin bertambah. Seorang pemimpin tidak serta merta menjadi orang yang egois hanya memikirkan dirinya sendiri. Mendo’akan apa yang terbaik untuk pribadinya saja. Tetapi, duduk pasca ibadahnya menjadi lebih lama dan khusyu’ untuk bermunajat kepada sang Maha Kuasa untuk kemaslahatan ummatnya.

Dalam harap cemas do’anya selalu terselip kalimat-kalimat kebaikan untuk para rekan dakwahnya; semoga senantiasa dalam lindungan Allah semata, dijaga niatnya, terjaga ruhiyahnya, terlindungi dari segala macam marabahaya, dikuatkan fisiknya, selalu terjaga kesehatannya. Menjadi pemimpin, berarti akan semakin berat beban di pundaknya. Semakin keras guratan di wajahnya. bertambah lebam matanya. Bahkan tak sekali-kali ia merasa tak enak untuk sedikit-sedikit bersenang sejenak. Semoga untukmu para pemimpin tetap ikhlas. memimpin, membina, menjaga, mengendali, mengontrol, mengayomi.

Menjadi Prajurit

Seorang prajurit harus ikhlas siap dipimpin. Prajurit merupakan unsur penting dalam keberlangsungan jamaah dan pendukung dalam setiap kebijakan yang diterapkan oleh pemimpin.  Berperan sebagai sosok yang menguatkan, bukan saling melemahkan di dalam barisan. Menjadi orang yang siap sedia dan setia terhadap instruksi pemimpin. Menjadi prajurit, berarti tak perlu banyak mempertanyakan kebijakan umum.

Prajurit merupakan pusat kreatifitas dalam melaksanakan segala arahan. Seorang prajurit tak boleh terkukung dalam pemikiran sempit yang mematikan karakter seorang pejuang. Prajurit tak boleh ragu dalam merealisasikan segala ide-ide cemerlang dan mengukir prestasi gemilang. Menjadi seorang prajurit merupakan kenikmatan yang luar biasa. Terlebih jika dalam barisan pemimpin-prajurit akan menjumpai kesatuan visi agung yang bersatu padu berhimpun. Berjanji setia dalam menjalankan pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.

Seorang prajurit harus mampu memberikan pekerjaan terbaik sebagai persembahan setulus-tulusnya untuk umat. Karena keberadaan merekalah, kepemimpinan ini berlangsung dan eksis hingga vis-misi tinggi itupun terwujud. Seorang prajurit juga orang-orang yang siap diarahkan demi kebaikan bersama. Prajurit merupakan sosok yang terus berpartisipasi aktif dan berkontribusi konkret demi kesuksesan jamaah. Menjadi prajurit, berarti harus siap ditempatkan dimanapun bertugas.

Pemimpin dan prajurit, sebuah kesatuan yang tak akan bisa dipisahkan. Terlebih jika dalam sebuah kepemimpinan berharap akan mampu mengejawantahkan segala visi-misi demi keberlangsungan masyarakat adil, makmur yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentunya, kepemimpinan yang memliki cita-cita mulia ini harus mampu memposisikan dirinya masing-masing, yakni menjadi pemimpin dan prajurit yang baik. Wallahu A’lamu bi al-Shawab.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru