34 C
Jakarta

Pembubaran FPI, Kejutan di Penghujung Tahun

Artikel Trending

KhazanahTelaahPembubaran FPI, Kejutan di Penghujung Tahun
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia” [Mahatma Gandhi]

Ramai sekali beranda Twitter, Facebook, Instagram dipenuhi oleh berita pembubaran FPI, organisasi yang cukup fenomenal. Rasanya disepanjang tahun 2020, jika ada penganugerahan ormas awards untuk kategori yang selalu membuat “gaduh” diberikan kepada FPI. Tepat pada tanggal 30 Desember 2020, FPI Resmi dibubarkan. Setelah surat keterangan terdaftar (SKT) habis pada 20 Juni 2019. Seluruh simbol dan atribut FPI dilarang berkibar di Indonesia mulai 30 Desember 2020. Keputusan ini benar-benar menjadi kejutan di penghujung tahun bagi para Riziqers, jamaah FPI, dan para antek lainnya yang memiliki frekuensi sama dengan FPI.

Pembubaran FPI juga bertepatan dengan Haul ke-sebelas Gusdur, tokoh multitalent yang memiliki pengaruh besar, haulnya dirayakan tiap tahun oleh berbagai kalangan. Disebut juga tokoh kemanusiaan yang secara berani mengorbankan dirinya demi masyarakat banyak, termasuk mengorbankan jabatannya untuk negara dan bangsa. Sosok Gusdur dalam hidupnya, dilansir dari NU Online, pernah berencana akan membubarkan FPI. Kalau pakai ilmu cocokologi, rasanya kejadian ini seolah-olah menjadi berkah luar biasa, bertepatangan dengan haul Gusdur, FPI dibubarkan. Wallahu a’lam.

Bukan main, respon luar biasa dari para jamaah FPI begitu ganas. Mulai dari mengubah nama menjadi front pejuang islam, dan sebagainya. Bisa dipastikan, gerakan FPI ke depan akan lebih ganas, spirit premanisme dalam perjuangannya semakin besar.  Gerakannya semakin massif secara kultural dan memiliki kekuatan luar biasa, ditambah sokongan berbagai elite politik yang selama ini semakin membuat nama FPI digandrungi banyak orang.

Sekali lagi, Ini bukan sebagai babak akhir perjuangan para elite politik, masyarakat serta seluruh golongan untuk lengah terhadap adanya FPI. Kita harus bersama-sama berusaha untuk mencegah dan mempersempit ruang gerak FPI bahkan mencoba berusaha untuk memaksimalkan peran agar FPI tidak lagi hadir di ruang publik, dimana selama ini menjelma sebagai racun yang mematikan persatuan dan kesatuan.

Pembubaran FPI Itu Wajib

Bukan tanpa alasan, saya menyebutnya demikian, setelah tulisan ini, ada narasi bahwa saya adalah orang yang pro terhadap pemerintah, bagian dari pemerintah dll. Namun, pada kenyatannya, saya memberikan ruang adil dalam pikiran yang selama ini menjadi basis yang digunakan untuk melihat fenomena yang terjadi dan dilakukan oleh pihak FPI. Faktanya, apa yang dilakukan oleh FPI memang membuat rusuh, menciptakan kerusakan, biang dari ketegangan sosial yang terjadi dimulai beberapa tahun belakangan ini.

BACA JUGA  Dakwah di TikTok: Pertarungan Ideologi Salafi-Wahabi yang Berpotensi Merusak Persatuan

Pembubaran FPI, bagi kalangan yang kontra terhadapnya akan menganggap bahwa ini sebagai bentuk jalan keluar, agar tidak lagi ada kerusuhan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan Islam, apalagi sebagai bentuk “jihad” di jalan Allah. Sebaliknya, bagi golongan yang pro terhadap FPI, justru ini menjadi ladang “juang” yang empuk untuk membumikan agama Allah, serta alogeri yang cacat kepada publik.

Setidak-tidaknya, ada beberapa alasan bahwa FPI layak dan wajib dibubarkan, diantaranya: Berkali-kali menganggu stabilitas umum. Kegiatan FPI yang selalu ganas dan seperti preman, banyak sekali dilakukan. Dilansir dari tirto.id, ada banyak kegiatan FPI yang selalu membuat “gaduh”. Diantaranya: Insiden ketapang (1998), Geruduk Sekolah Sang Timur (2004), Geruduk Warung makan (20011), Aksi “Indonesia Tanpa FPI” dengan memukul Korlap aksi (2012), unjuk rasa balai kota (2014).

Tidak hanya itu, aksi yang dilakukan oleh FPI berbentuk premanisme berjubah agama yang merusak nilai-nilai keislaman. Mulai dari ceramahnya yang kasar, sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai kislaman dan menciderainya. Merusak  penyelenggaraan beberapa kegiatan bahkan terkesan menentang pemerintah, disertai dengan ujaran kebencian, seksis bahkan menimbulkan pengaruh besar terhadap sosial. Hingga sebuah acara besar digelar ditengah kondisi Covid-19 yang turut menambah kegaduhan publik.

Pasti, setelah saya paparkan diatas, kelompok pro FPI akan memberikan narasi “Kebaikannya kok tidak disebutkan ya. Padahal FPI membantu ini dan itu”. Tidak ada ruang bagi “perusak” kesatuan dan persatuan yang dijunjung tinggi oleh para founding fathers yang gagah berani memperjuangkan Indonesia di masa silam. Wallahu a’lam

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru