33 C
Jakarta

Pejuang Perang Dingin Ke-2: Terus Berlayar Ditengah Badai COVID-19

Artikel Trending

KhazanahTelaahPejuang Perang Dingin Ke-2: Terus Berlayar Ditengah Badai COVID-19
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya cenderung meyakini bahwa virus Corona ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Apalagi sinyal bahwa ini merupakan kelanjutan atau bahkan awal dari perang dingin dua negara adikuasa China – AS makin kelihatan.

Bahkan tuduhan pengadilan terhadap Prof. Charles Lieber, kepala Departemen Kimia dan Kimia Biology Harvard University AS dikaitkan dengan pembocoran riset AS kepada pemerintah China. Berafiliasi dengan Wuhan University of Technology (WUT).

Secara terpisah Yanqing Ye, anggota militer China yang menyamar sebagai mahasiswa di AS dan Zaosong Zheng juga mendapatkan tuduhan konspirasi pembocoran riset AS kepada pemerintah China. Zheng bahkan dituduh melakukan penyelundupan 21 botol penelitian biologi ke China via pesawat.

Jadi teringat jatuhnya pesawat Malaysia Airline (MH370) menuju China yang menghilang 8 Maret 2014. Konon ada intervensi operasi inteligen negara adikuasa.

Ada yang mengkaitkan berbagai fakta diatas dengan menyebarnya virus COVID-19 ke seluruh dunia. Semua menjadi kelabakan karena gak nyangka sehebat ini akibatnya.

Ya sudahlah… Ini nasib sebagai negara victims alias korban. Tidak tahu persis apa yang terjadi diluar sana. Apalagi tentang perang dingin yang mulai memanas itu.

Yang pasti saat ini negara kita tidak bisa berbuat banyak. Semua orang baik akan mengatakan bahwa “menyelamatkan jiwa” jauh lebih penting dari segalanya. Artinya “kesehatan dan perut” rakyat.  Bukan nyawa ya? …. Karena nyawa kita tidak tahu dimana letaknya? Weleh.. weleh…

Hari ini Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah pada pusing tujuh keliling bagaimana harus bersikap. Apalagi ini pengalaman pertama dalam Perang Senyap melawan Corona.

Tidak tahu persis kapan berhenti total. Apalagi mutase virus yang sudah banyak jenisnya menyulitkan ilmuwan untuk menemukan vaksin penangkal korona.

Jika vaksin ditemukan di AS atau di China, mungkin saja tidak cocok dengan COVID-19 yang bermutasi di negara tropis seperti Indonesia.

Belajar Pada Negara Adikuasa

Pemerintah antara tidak tahu, coba-coba, belajar dari pengalaman negara lain. Terkadang salah. Yang penting sudah berusaha.

Saya masih senang kalau mereka salah membuat keputusan. Yang saya sedih kalau mereka tidak melakukan apa-apa.

Karena ketakutan salah bertindak, tidak boleh menghalangi kita untuk melakukan kebaikan. Meskipun terkadang itu salah. Maaf agak filosofis ya. Meminjam logika tasawuf ala Ibnu Athaillah ini.

Percaya saja kalau dilakukan dengan tulus, rakyat ada dibelakangmu. Anggap kita sedang perang. Perang Senyap. Ini mendesak tingkat dewa.

Tidak usah takut kehilangan tahta dan jabatan. Tuhan bersamamu wahai Para Pemimpinku.

Hari ini semua orang mempertaruhkan kesehatan, kehidupan pribadi, dan keluarganya. Pengusaha pada kembang kempis karena gak ada order. Invoice tidak terbayarkan. Sebagian menyatakan bangkrut. karena permintaan turun atau bahkan stop sama sekali.

BACA JUGA  Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

BUMN yang tahun lalu bisa menyumbang deviden besar untuk negara hingga 45 Triliun. Tahun 2020 ini diprediksikan bakalan sesak nafas. Padahal sebelumnya ditarget 49T. Bisa menyumbang 25% saja sudah ajaib. Bahkan banyak BUMN yang terancam minus profitabilitasnya. Bagaimana dengan swasta yang pertahanannya nggak sekuat negara?

Kawan saya, CEO sebuah industri Telco juga mengeluh bahwa perusahaan hanya sanggup menggaji karyawan hingga 3 bulan kedepan sejak WFH. Pimpinan perusahaan sedang mati-matian menyelamatkan nasib karyawan. Berharap adanya keajaiban yang datang segera.

Beberapa perusahaan jasa, termasuk media yang masih punya tabungan mengumumkan sepihak pemotongan gaji 50% dan tidak akan membayarkan THR. Ketimbang harus PHK.

Beberapa perusahaan lain memilih membayar gaji Direksi dan Manajer setara UMR. Padahal sebelumnya puluhan bahkan ratusan juta. Bagaimana bayar cicilan rumah, mobil, dan kebutuhan keluarga lainnya? Biaya hidupnya sudah terlanjur tinggi. Mirip-mirip artis yang kehilangan job dalam kondisi seperti ini. Model pekerja seperti ini sebenarnya yang paling sakit jatuhnya.

Salah seorang karyawan di custom pelabuhan ekspor-impor menyatakan kalau penghasilan mereka turun minimal 60%. Bahkan ada yang kehilangan pekerjaan. Salah seorang sahabat saya yang eksportir, total berhenti ekspor ke luar negeri gara-gara COVID-19.

Perang Dingin dan  Apa yang Ditakutkan?

Karyawan kantoran terancam lebaran dirumah tanpa THR. WFH menjadi istilah lain cuti tanpa dibayar atau “unpaid leave”. Mungkin PNS atau pegawai BUMN bernasib lebih baik.

Pabrik-pabrik pada awal April ini sudah mulai mem-PHK karyawannya. Bahkan ada yang hingga 90%. Yang masih bisa bekerja seperti ojol, pedagang bakso, kuli pelabuhan, OB dan lain-lain, penghasilannya berkurang 60-70%. Bahkan ada yang sampek 100% karena nggak sanggub bayar cicilan dan dikejar-kejar debt collector hingga kendaraan ditarik.

Semua orang berisiko tinggi karena COVID-19. Bahasa caturnya skak mat (checkmate) masal. TKO kalau tinju. Terutama masyarakat perkotaaan  yang nature-nya baru bisa hidup kalau bergerak. Baik dibidang jasa maupun industri.

Jadi nggak usah mengeluh, nggak  usah komplain. Jadilah pejuang dalam Perang Senyap ini.

Mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, CEO, Rektor, Kepala Sekolah, Lurah, Sampai Kepala Keluarga. Perjuangkan kapalmu, selamatkan penumpangmu, dan lindungi keluargamu.

Jangan biarkan rakyat mati karena bencana wabah atau mati karena perut mereka kosongi.

Lupakan dahulu sejenak mimpi-mimpi besar kita. Teruslah berlayar ditengah badai Corona. Sampai Perang Senyap ini berlalu…

Entah sampai kapan…? Entah….

Farid Subkhan, CEO Citiasia Inc. & Dosen Perbanas Institute Jakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru