Harakatuna.com. New York – Direktur Kantor Urusan Perlucutan Senjata PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Kamis (31/1) bahwa Rusia dan Ukraina terus menerima senjata, amunisi dan sejumlah bantuan militer. Menurut laporannya, kondisi ini tidak dapat menyelesaikan persoalan, tetapi makin mengobarkan api perang antara kedua negara tersebut.
Adedeji Ebo mengakui bahwa pasukan tempur dari negara lain terlibat dengan pasukan Rusia di Ukraina. Pihaknya mendesak semua pihak untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan perluasan lebih lanjut dan intensifikasi perang.
Sementara itu, China membantah adanya bantuan yang mengalir ke Rusia. Wakil Duta Besar Geng Shuang mengatakan negaranya hanya menjalankan perekonomian dan perdagangan secara normal.
Amerika Serikat mengatakan sekitar 8.000 tentara Korea Utara kini berada di Rusia, dekat perbatasan Ukraina. Menurut Amerika Serikat pasukan Korut ini disiagakan dan bersiap untuk membantu Kremlin melawan pasukan Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
Jumlah baru tersebut merupakan peningkatan drastis dari hari sebelumnya, ketika Menteri Pertahanan Lloyd Austin hanya mengatakan “sebagian” pasukan telah bergerak menuju perbatasan Ukraina di wilayah Kursk, tempat pasukan Moskow berjuang untuk memukul mundur serangan Ukraina.