25.7 C
Jakarta

Pasangan Ideal yang Menguatkanmu dalam Perjalanan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPasangan Ideal yang Menguatkanmu dalam Perjalanan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. ar-Rum/30: 21).

Dalam kandungan ayat tersebut, sesungguhnya memberikan suatu penegasan kepada seluruh manusia di muka bumi ini, bahwa mereka membutuhkan pasangan supaya tercapai maksud yang diharapkan, yaitu sakinah, ketenangan. Pasangan yang seperti apa yang dapat menenteramkan? Apakah mereka yang rupawan? Bukankah mereka yang bernasab mulia? Ataukah mereka yang kaya raya?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, sebaiknya diperhatikan pesan Nabi Muhammad Saw. dalam memilih pasangan: “Perempuan dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah pasangan yang agamanya baik, supaya kamu tidak tersungkur dalam penyesalan”. Hadis ini sesungguhnya bukan hanya ditujukan kepada laki-laki. Namun, pula perempuan. Sedangkan, pesan yang  disampaikan adalah pentingnya memprioritaskan agama dalam mencari pasangan hidup dibandingkan yang lain: harta, keturunan, dan kecantikan.

Agama yang dimaksud pada hadis Nabi Saw. bukan status agama yang dianut oleh masing-masing orang, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan seterusnya. Namun, agama di sini lebih menunjukkan kepada sikap baik yang melekat dalam diri seseorang yang dengannya dia dapat berbuat baik, bukan hanya kepada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain, bukan karena ada kepentingan, tetapi kerena Allah yang memerintahkan seluruh manusia berbuat baik kepada siapapun.

Penyederhanaan pemahaman agama dengan perbuatan baik dapat diperkuat dengan gagasan Imam al-Qurthubi saat menafsirkan surah Ali Imran ayat 19. Menurutnya, agama adalah ketaatan dan syari’at yang disampaikan oleh Tuhan kepada seluruh manusia melalui utusan-Nya supaya mereka menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ketaatan dan syariat ini pasti menunjuk sesuatu yang baik, bukan yang buruk. Karena itu, perintah mencari pasangan yang baik agamanya adalah mereka yang baik perbuatannya, meskipun agamanya bukan Islam.

Ketika berbicara tentang baik dan buruk, secara tidak langsung berbicara tentang akhlak. Standar seseorang disebut baik dapat dilihat dari gagasan Imam al-Ghazali dalam magnum opusnya Ihya’ Ulum al-Din ketika menguraikan tentang akhlak. Menurutnya, akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula sekedar kemampuan berbuat, bahkan bukan pengetahuan. Namun, akhlak merupakan situasi jiwa yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan.

BACA JUGA  Momen Tobat Para Teroris Di Malam Nisfu Sa'ban

Situasi itu harus melekat sedemikian rupa, sehingga perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sementara, melainkan menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Sebagai tamsil, pasangan yang beragama atau berakhlak baik dapat dilihat dari kebiasaan sehari-harinya, karena kebiasaan itu adalah bagian dari kepribadiannya.

Setidaknya pasangan yang biasa berbuat baik kepada siapapun, bukan karena ada kepentingan, tentu dialah pasangan yang dapat menenteramkan dan menguatkan dalam situasai bagaimanapun, baik kamu dalam keadaan melejit karirnya maupun dalam keadaan terpuruk. Dialah pasangan ideal. Bila dia berada di sisimu, jagalah dia, jangan sia-siakan, karena kamu bakal menyesal.

Akhlak baik yang melekat dalam diri seseorang merupakan bentuk dari ketakwaan. Ketakwaan ini, sebut Imam Wahbah az-Zuhaili dan ash-Shawi, dapat mengalahkan status sosial dengan kemuliaan nasab, kemegahan harta, dan kecantikan rupa. Pentingnya pribadi yang bertakwa disebutkan dalam al-Qur’an: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat/49: 13).

Pada ayat itu takwa menduduki posisi tertinggi, karena takwa bukan hanya mulia di mata manusia. Namun, pula mulia di sisi Tuhan. Takwa di sini tidak hanya menyentuh orang-orang muslim, tetapi pula menyentuh orang-orang non-muslim. Ketakwaan tidak memandang status seseorang.

Oleh karena itu, Tuhan sangat mencintai ketakwaan atau sikap baik seseorang tanpa memandang status agamanya. Sebab, kebaikan dibenarkan bukan hanya oleh agama Islam, tetapi juga oleh agama-agama yang lain. Semua agama membenarkan sikap baik tolong-menolong antar sesama dan mengutuk keras sikap buruk tindakan ekstremis dan teroris.

Memprioritaskan agama yang diterjemahkan dengan sikap baik dibandingkan dengan harta, nasab, dan rupa merupakan nasehat yang sangat penting diperhatikan oleh semua orang yang bermaksud mencari pasangan yang ideal. Prioritas ini bukan menutup kriteria yang lain. Sungguh sangat beruntung orang yang mendapatkan pasangan yang baik agamanya, melimpah hartanya, mulia nasabnya, dan elok rupanya. Semoga nasehat ini tidak hanya menggugah hati para pembaca, tetapi juga hati saya pribadi![] Shallallah ala Muhammad.

*) Tulisan ini diolah dari nasehat Bu Dr. Nur Rofiah, Bil Uzm saat saya bimbingan tesis. Terima kasih atas gagasannya yang menggugah hati!

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru