Kata Jihad mengandung arti bersungguh-sungguh dan berhubungan dengan kata ijtihad dan mujahadah. Berjihad bisa dilakukan dengan diri (anfusikum) dan harta (amwalikum), secara intelektual (ijtihad) dan secara spiritual (mujahadatun nafsi) Satu-satunya ayat Al-Qur’an yang memerintahkan berjihad dalam arti perang fisik justeru menggunakan kata qital (QS Al-Haj/22: 39), dan bukan jihad. Psikologi mujahid yang dalam posisi terdesak selalu terobsesi untuk berjihad dalam arti qital dan melupakan panggilan jihad dalam pengertian yang lebih luas (jihad fi sabiilillah). Daya tarik psikologis jihad dalam arti qital antara lain mati sebagai syahid. Konsep Syahid, Syahid-syahadah adalah konsep kematian sebagai bukti atas komitmen kepada Tuhan. Nabi berkata: Hidup lah sebagai orang terhormat atau matilah sebagai syahid‖ [Isy kariiman au mut syahiidan]. Mati syahid menarik hati para mujahid karena Al-Qur’an menjanjikan kehidupan yang lebih baik, dan rizki yang lebih baik, bahkan hakikatnya tidak mati (QS. Al-Imran. 3: 169). Bagi mujahid yang kehidupan ekonominya susah, mati syahid merupakan tawaran yang menarik secara psikologis.
Jihad dan Marah. Dalam perpektif psikosufistik, marah merupakan akses syetan ke dalam hati manusia. Marah membuat orang berpikir tidak teliti, berbuat dan berkata tidak pada tempatnya (tidak adil). Oleh karena itu nabi selalu berpesan, Laa taghdhab, jangan marah. Marah akan nmengubah makna jihad menjadi sesat dan kemudian menjadi kehinaan. Ali bin Abi Thalib dalam suatu pertempuran, ketika tinggal memenggal leher musuhnya, secara tiba-tiba menyuruh pergi musuhnya, karena musuhnya itu meludahi wajah Ali, dan Ali terpancing emosinya hingga marah. Ali sadar betul bahwa, bahwa jika ia membunuh lawan dalam keadaan dikuasi kemarahan, maka ia bukanlah berjihad di jalan Allah tetapi seorang pembunuh yang menuruti hawa nafsu. Maka Ali berpindah berjihad melawan dirinya untuk tidak membunuh, dan untuk menghindari perbuatan bodoh maka Ali menyuruh musuhnya menjauh darinya. Ini lah tantangan bagi para mujahid, bahwa jihadun nafs itu lebih berat, yang oleh karena itu disebut perjuangan besar atau jihad akbar sementara qital (perang fisik)merupakan jihad asghar atau peperangan kecil.