25.7 C
Jakarta
Array

Pandangan Aswaja, Syiah dan Muktazilah Tentang Keistimewaan Manusia dan Malaikat

Artikel Trending

Pandangan Aswaja, Syiah dan Muktazilah Tentang Keistimewaan Manusia dan Malaikat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagai mahluk yang mempunyai iman, sudah seharusnya yakin bahwa dalam komposisi kehidupan itu ada dua hal, yaitu kholik (pencipta) dan mahluk.

Dalam aqidah umat Islam bahwasanya sang pencipta adalah yang maha sempurna dan maha segalanya, karana sang pencipta mampu berkehendak apapun. Sedangkan mahluk penuh dengan kelemahan-kelemahan.

Mahluk sebagai ciptaan tuhan tentu mempunyai keistimewan, karena mahluk juga merupakan wujud atau manifestasi dari yang maha sempurna. Allah sebagai sang pencipta menciptakan banyak sekali mahluk, manusia, malaikat, setan dll. Seperti dikatakan bahwa setiap mahluk yang diciptakan Allah memiliki keistimewaan, dan manusia dilarang mencela mahluk lain, karena mencela mahluk sama artinya dengan mencela penciptanya.

Namun demikian manakah mahluk Allah yang paling istimewa, apakah manusia atau malaikat..?. untuk mengetahui hal ini penulis akan ajukan tiga pandangan, pertama dari pandangan Mu’tazilah, kedua dari Syiah dan ketiga dari padangan Aswaja.

Menurut pandangan Dr. Ustman Bin Husain, golongan Syiah dan ahli agama meyakini bahwa para nabi (manusia) itu lebih mulia dari pada malaikat.

Sedangkan golongan mu’tazilah dan ahli filsafat menyatakan bahwasanya malaikat lebih utama daripada manusia.

Sedangkan menurut pandangan golongan Aswaja, yang terkenal dan cenderung sebagai golongan pertengahan, menyatakan pertengahan diantara kedua hal tersebut, namun demikian pertengahan ini agak cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa manusia lebih istimewa dari pada malaikat.

Dr. Ustman Bin Husain memberikan argumen golongan Aswaja sebagai berikut.

Pertama Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 34 “Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat bersujudlah kamu kepada adam”. Dalam ayat ini dinyatakan bahwasanya malaikat disuruh bersujud kepada adam, secara mafhum (pemahaman) hal ini menunjukan bahwa yang disujudi lebih mulai daripada yang bersujud.

Kedua dalam surat Al-Baqoroh ayat 31-32 dinyatakan bahwasanya Allah mengajarkan kepada nabi adam nama-nama seluruhnya, dan dinyatakan juga bahwa tidak ada ilmu kecuali yang telah diajarkan oleh Allah. dari sini bisa diambil suatu kesimpulan bahwa nabi adam diajari nama-nama seluruhnya sedangkan malaikat tidak, hal ini menunjukan bahwa yang mengetahui lebih utama dari pada yang tidak mengetahui, sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar Ayat 9 “Katakanlah wahai Muhamamad, apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui, ssungguhnya orang yan berakalah yang dapat menerima pelajaran”.

Ketiga bahwa dalam diri manusia terdapat Awa’iq yaitu perkara yang dapat menghalangi untuk dapat beribadah kepada Allah SWT seperti sahwat, ghodob dan kebutuhan-kebutuhan yang menyita waktunya sedangkan dalam diri malaikat tidak terdapat hal yang demikian, oleh karenanya ibadah dengan adanya Awa’iq ini lebih memasukkan kepada keikhlasan dan lebih berat bobotnya. Kongklusinya ibadah yang diseratai Awa’iq menunjukan keutamaan daripada yang tidak.

Keempat bahwasanya manusia tersusun dari dua bagian yaitu antara malaikat yang mempunyai akal tanpa disertai sahwat dan hewan yang mempunyai sahwat tanpa diserati akal. Dengan akalnya manusia mempunyai bagian dari malaikat dengan tabiatnya manusia mempunyai bagian dari pada hewan. Oleh karenanya apabila tabiatnya mengalahkan akal sehatnya maka manusia lebih hina daripada hewan, akan tetapi apabila akalnya mengalakan tabiatnya maka manusia lebih istemwa dari pada malaikat.

[zombify_post]

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru