31.3 C
Jakarta

Pancasila yang Terkikis

Artikel Trending

KhazanahOpiniPancasila yang Terkikis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pancasila merupakan falsafah Negara yang sangat kompleks. Seluruh isinya merupakan inti dari etika dan tatanan hidup bernegara. Sebagai sebuah falsafah, ia selaiknya diamalkan oleh seluruh rakyat secara utuh. Pancasilalah yang menyatukan perbedaan, meletakkan semua elemen dalam derajat kesetaraan, dan penentu keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia. Tanpa ikatan melalui falsafah kebangsaan tersebut, bukan hanya keadilan yang menjadi absurd, namun juga menciptakan perpecahan bangsa.

Definisi Pancasila

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, disepakati oleh seluruh pemeluk agama, karena mengajarkan akan Tuhan Yang Esa, tidak dua dan selebihnya. Esa di sini memiliki konotasi majemuk, oleh karena itu semua pemeluk agama di negeri ini menyepakatinya.

Dalam Islam, Esa adalah wujud ketauhidan yang tinggi. Tuhan itu hanya satu: Allah Swt. Oleh karenanya, sila pertama ini sangat cocok untuk menyatukan persepsi dan menaungi segala bentuk sistem maupun program kemasyarakatan, hidup rukun dan saling memperjuangkan toleransi satu sama lain, sebagai seorang hamba yang lemah, penuh kekurangan, yang bernaung di bawah kekuasaan Tuhan.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adab sangat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat. Baik tidaknya penilaian dan pergaulan tergantung dari adab yang kita suguhkan. Adablah yang membedakan manusia dengan hewan yang tidak berakal dan sering berlaku destruktif. Keadilan juga merupakan bagian dari adab yang baik. Dua sifat ini, adil dan beradab, menjadikan manusia itu mulia, tanpa permusuhan dan perpecahan.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Satu dalam tekad, satu dalam bangsa, satu dalam bahasa, satu dalam tujuan hidup bernegara, akan membuat Negara ini semakin kuat dan maju dalam berbagai hal. Karena kita satu Negara; Negara satu kesatuan, maka seyogianya kita menyatukan tekad dan semangat untuk menggapai tujuan bersama menciptakan Negara yang aman, damai dan tenteram.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Setiap orang bebas berpendapat, menyampaikan aspirasinya melalui perwakilan yang sudah dipilih untuk mewakili suara rakyat, agar sampai kepada pemerintah dan kemudian dimusyawarahkan untuk dicari jalan keluar terbaiknya. Itulah tugas ideal seorang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tidak pandang kulit, suku maupun ras. Semuanya berhak mendapatkan perlakuan yang adil, baik dalam menerima hak dan melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara Indonesia. Dari kelima sila ini, dapat kita lihat bahwa hubungan vertikal dan horizontal sangat diperhatikan. Mendidik manusia yang bertakwa, beradab, adil, jujur dan amanah, serta menciptakan generasi milineal yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Sebuah Degradasi

Seiring perkembangan zaman, arus modernisasi semakin menerjang dan mengikis nilai-nilai dasar yang sangat fundamental dari Pancasila. Pemikiran Barat yang liberal sudah banyak merasuki pemikiran masyarakat, tentunya bagi generasi muda dan bahkan anak-anak sekalipun. Para generasi yang akan datang tidak lagi mengetahui sejarah dan memahami falsafah kenegaraan.

BACA JUGA  Mengaktualisasi Idulfitri dalam Konteks Persatuan dan Kesatuan

Sebagaimana kenyataan yang kita lihat sekarang, nilai-nilai dari Pancasila itu sedikit demi sedikit samakin terkikis; keadilan sudah dilupakan, kejujuran disalahartikan, jabatan dijadikan ambisi dan tidak lagi memikirkan amanah yang diemban. Politik sekadar wadah yang penuh kecurangan, dan media sosial maupun media cetak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Semua mengaku nasionalis, NKRI harga mati, Pancasilais, pejuang nasionalisme. Namun di belakangnya terselubung segala macam kepentingan pribadi dan materialistis. Dapat kita lihat, misalnya, bahwa saat ini banyak terjadi kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kecurangan, yang benar jadi salah, dan yang salah dianggap benar. Dalam ajaran Islam, ini merupakan salah satu tanda akhir zaman. Di manakah nilai-nilai Pancasila itu selaku falsafah Negara?

Di lain sisi, dalam suasana kekeluargaan, masyarakat yang bermusyawarah, rukun dan mengutamakan toleransi masih banyak tercermin, khususnya di daerah pedalaman. Suasana kebersamaan masih terasa terutama di acara-acara tertentu, baik acara kemasyarakatan maupun keagamaan, misalnya.

Pentingnya Kesadaran

Selain itu, nilai gotong royong, tolong menolong, dan saling menghormati memang masih tetap tercermin dalam masyarakat saat ini, namun sedikit demi sedikit nilai itu sudah mulai pudar karena terhalang arus zaman dan kecanggihan teknologi-informasi. Tenaga manusia sudah banyak tergantikan mesin, otak sudah banyak terbantu alat elektronik, dan orang-orang semakin sibuk mengurus urusannya masing-masing.

Hak dan kewajiban semakin terlihat goyah, orang-orang sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kebanyakan menuntut hak, namun melupakan kewajiban. Maka tidak heran jika banyak terjadi politik uang (money politic), umpamanya, karena amanah tidak lagi diperhatikan, kecuali pemenuhan hasrat kepentingan pribadi. Tidak lain semua fakta-fakta tersebut mengindikasikan terkikisnya nilai Pancasila dari kesadaran berbangsa. Sungguh, ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibiarkan.

Intinya bahwa bagaimanapun huru-hara yang terjadi saat ini; ketimpangan sosial, kemerosotan moral, dan terkikisnya keadilan menjadi sesuatu yang patut direnungkan, bahwa kita harus tetap berpegang teguh dengan norma-norma yang ada. Generasi yang akan datang harus tetap dididik dan dibina, sehingga tidak mudah goyah dan terhempas zaman. Menjadi generasi yang cemerlang, berhias akhlak mulia dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara utuh, adalah sesuatu yang mesti dicita-citakan bersama.

 

Sabron Sukmanul Hakim, Program Studi Magister Komunikasi Penyiaran Islam, Pascasarjana Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru