34 C
Jakarta

Pancasila Sebagai Pijakan Melawan Radikalisme-Terorisme

Artikel Trending

KhazanahTelaahPancasila Sebagai Pijakan Melawan Radikalisme-Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Memaknai Pancasila sebagai dasar negara, tentu kita perlu terus melakukan refleksi fenomena dan realitas sosial yang menjadi faktor dari perpecahan suatu bangsa. Radikalisme dan terorisme, merupakan momok yang menakutkan bagi bangsa Indonesia karena dalam implementasinya, ideologi ini terus mencoba untuk merubah tatanan negara yang harus disesuaikan dengan syariat Islam menurut pemahaman para kelompok itu. Mengapa radikalisme dan terorisme ini menjadi ancaman yang nyata bagi keutuhan bangsa Indonesia. Sejauh ini, aksi radikalisme yang terjadi di sekitar ini berdampak terhadap beberapa hal, di antaranya:

Pertama, ancaman ideologi Pancasila dan UUD 1945. Dampak ini sangat terlihat nyata karena tujuan akhir dari gerakan radikalisme adalah merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila dan UUD 1945 dengan sumber keagamaan yang dipahami oleh para kelompok radikal. Kelompok radikal menyebut bahwa Pancasila adalah murni buatan manusia yang, dalam agama itu tidak diperbolehkan karena berdasar pada ketentuan yang dibuat manusia, bukan Tuhan.

Kedua, ancaman terhadap keutuhan politik. Radikalisme yang berujung pada kekerasan seperti berbagai kasus bom yang terjadi di Indonesia, membuat tatanan politik jadi berantakan. Sasaran aksi radikalisme yang begitu random, tidak hanya aparatur negara, tapi juga masyarakat sispil, kedutaan asing dan warga asing yang ada di Indonesia, menciptakan masalah yang cukup rumit terhadap ketahanan nasional. Aksi radikalisme yang tidak dalam bentuk kekerasan, seperti yang dilakukan oleh para aktivis khilafah, mereka terus melakukan propaganda kegagalan pemerintah dari berbagai sisi. Kondisi ini sangat mengancam keutuhan politik.

Ketiga, aksi radikalisme dan teroris bisa mengganggu nilai tukar rupiah yang menjadi anjlok dan dolar naik. Akibat dari kondisi ini maka harga kebutuhan semakin mahal, daya beli melemah dan terjadi PHK di mana-mana.

Keempat, sosial dan budaya. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa radikalisme dan terorisme tidak menghendaki dan tidak menerima segala bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Nilai dari kearifan lokal yang berasal dari buatan manusia, sangat ditentang karena tidak berlandaskan ajaran agama (ajaran agama yang dimaksud sesuai dengan tafsir kelompok). Segala aksi yang dilakukan akan menciptakan masyarakat tidak percaya satu sama lain, saling curiga dan mudah terhasut serta mudah terprovokasi. Nilai-nilai toleransi yang selama ini dipegang kuat, berubah drastis karena memiliki ketakutan apabila sewaktu-waktu aksi terorisme datang tiba-tiba.

BACA JUGA  Melihat Potensi Perpecahan Pasca Pemilu

Kelima, pertahanan dan keamanan. Aksi radikalisme dan terorisme selama ini dilakukan secara random, sehingga korbannya bisa terjadi kepada siapapun tanpa peduli latar belakang dan kehidupannya. Kondisi ini menyebabkan ketakutan dan menurunnya pertahanan serta keamanan. Masyarakat akan merasa paranoid untuk melakukan aktivitas di ruang publik serta takut berinteraksi dengan orang asing. Meskipun selama ini kasus terorisme bisa ditebak akan terjadi pada waktu-waktu tertentu, seperti Natal, ataupun tahun baru, dan hari-hari besar lainnya, ketakutan dan rasa khawatir pasti akan selalu muncul.

Sejauh ini, untuk mengantisipasi hal itu terjadi, pengawasan yang ketat oleh pemerintah dan aparat ketika momen-momen tertentu sangat sering dilakukan. Namun, upaya ini belum menjamin sempurna sehingga kita terhindari dari kejahatan radikalisme dan terorisme. Sikap mawas diri dan hati-hati harus terus kita miliki agar terhindar dari dari aksi kejahatan radikalisme dan terorisme.

Penguatan Pancasila Sejak Dini

Dari ancaman yang sudah dijelaskan, memaknai Pancasila secara menyeluruh akan membuat kita bisa lebih memaknai Indonesia. Ideologi radikalisme dan terorisme, memiliki pandangan hitam-putih yang berakibat pada stigma salah dan benar tanpa melihat konteks sosial dan budaya yang berkembang di Indonesia. Jika kita memaknai Indonesia dengan melihat keragaman agama, suku, budaya dan segala perbedaan yang tercipta, maka ego yang dibungkus dengan agama dalam bentuk radikalisme dan terorisme lambat laun akan menurun. Dengan demikian, seseorang tidak akan memaksakan penegakan sistem pemerintahan Islam, ataupun melakukan aksi teror atas nama agama. Karena yang paling diutamakan adalah kemanusiaan.

Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki kewajiban untuk menjaga NKRI dan menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan, Pancasila perlu ditanamkan sejak dini kepada anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah hingga masyarakat. Penanaman nilai untuk bersikap toleransi, menghargai perbedaan, hingga terus melakukan kebermanfaatan tanpa melihat latar belakang seseorang, menjadi nilai yang perlu dipegang sejak dini. Pancasila mengakomodir nilai ini untuk merawat keutuhan bangsa. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru