26.1 C
Jakarta

Pamasukan Ideologi dan Akal-Akalan Khilafahers

Artikel Trending

Milenial IslamPamasukan Ideologi dan Akal-Akalan Khilafahers
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Masih saja dosen-dosen mengampanyekan khilafah baik di pengajian dan media sosial lewat forum-forum diskusinya. Mereka getol dalam membranding diri untuk mendapatkan posisi yang baik. Sehingga, dengan posisi tersebut, Khilafahers dapat memprogram dan mengatur siasat di baliknya, dengan tangan dan kebijakannya dalam rangka menyebarkan khilafah.

Bukti-bukti telah memperlihatkan kejadian tersebut. Mereka mengatur rencana dengan sangat baik untuk dipropagandakan dalam aksinya, baik di medsos atau alam nyata, yang dalam hal ini dalam pembelajaran sehari-hari.

Dosen HTI yang menduduki jabatan strategis disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, pra-rekrutmen. Solidaritas antarkader HTI sangat kuat, satu kader akan saling bantu dan saling mengulurkan tangan dengan kader lainnya. Mereka bergerak saling berbagi jabatan dan kongkalingkong yang haknya diketahui oleh sesama HTI.

Kader yang sudah memegang satu jabatan akan membawa dan mendukung kader lainnya pada satu jabatan tertentu, dan seterusnya. Hingga, akhirnya, aliran sistem yang mereka pegang mengalir bagaikan aliran air di sungai. Tanpa ada kata mandeg dan saling curiga, karena punya sikap dan tujuan yang sama.

Kedua, pasca-rekrutmen. Ini berkaitan dengan indoktrinasi. Artinya orang-orang hebat dengan jabatan strategis menjadi incaran kader HTI untuk bermitra secara politik. Meskipun kemungkinan relatif lebih kecil daripada yang pertama. Orang dengan jabatan strategis yang ditarget pada akhirnya masuk perangkap, meski pada tahap selanjutnya ia terkena getah sendiri, dilengserkan dari jabatannya.

Perguruan Tinggi, Perguruan Politik

Perguruan tinggi yang merupakan wadah untuk membentuk karakter dan memberikan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa sebagai generasi muda akan rentan dipengaruhi oleh para pemimpin dan pengajar yang menggawangi perguruan tinggi tersebut: berkepala khilafah. Demikian halnya dengan jabatan strategis di Perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk melakukan pembentukan watak dan karakter serta penambahan wawasan pengetahuan tentang ideologi HTI.

BACA JUGA  International Women’s Day dan Peran Perempuan dalam Terorisme

Pembiaran kegiatan eks dan dosen HTI di berbagai ceramah dan forum diskusi dikhawatirkan akan melahirkan tern baru di kalangan generasi milenial yang tidak paham sejarah dan ajaran untuk memahami paham khilafah dalam versi kekinian.

Masih aktifnya eks pengurus, dosen, dan simpatisan HTI yang berstatus sebagai ASN di beberapa perguruan tinggi dalam menyebarkan paham-paham khilafah sangat bertentangan dengan kode etik dan kewajibannya sebagai ASN yang mendapat gaji dan tunjangan dari pemerintah yang seharusnya itu dilakukan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUF 1945 serta setia kepada keutuhan NKRI.

Menakar Gerakan Khilafahers

Dengan kata lain, otomatisasi dosen HTI menjalankan kurikulumnya sendiri, yakni kurikulum HTI. Di mana semua pelajarannya dan modulnya berlumuran paham HTI. Apa-apa tentang medan pengetahuan dan politiknya mengarah pada metode, ajaran, yang wajib mensukseskan paham HTI sebagai paham di Indonesia. Ini bisa dilihat pada perguruan tinggi IPB, Bogor dan ITB, Bandung.

Mencermati hal tersebut apabila tidak dilakukan pemotongan ideologi dan pencegahan secara tuntas di instansi terkait akan sangat berbaya yang bakal melahirkan penyakit baru di pendidikan kita. Mereka generasi muda dan tunas-tunas bangsa (dosen), dapat tersusupi paham ideologi radikal dan khilafah yang kemudian mengganggu jalannya pemerintahan dan pendidikan yang anti Pancasila dan anti Indonesia.

Pada akhirnya, Khilafahers kedepannya bukan hanya berbaya dan menjadi momok penyakit bangsa, tetapi juga dapat mengancam keutuhan NKRI. Sangat mengerikan dosen dan perguruan tinggi kita.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru