31.8 C
Jakarta

Mengapa Ormas di Indonesia Terpecah Atas Kemenangan Taliban?

Artikel Trending

Milenial IslamMengapa Ormas di Indonesia Terpecah Atas Kemenangan Taliban?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Melihat kemanangan Taliban di Afghanistan, ada hal menarik yang patut kita cermati. Sebagai sesama muslim, tantu ada energi euforia dari kalangan muslim. Baik yang bercita-cita mendirikan negara Islam, atau yang menjadikannya sebagai alasan bahwa sistem yang mereka tempuh selama ini benar. Dan sebaliknya.

Saya tak bermaksud mengatakan bahwa semua muslim merasa senang. Tapi, kata “muslim” di sini, menjadi satu sumber emosional bagi kalangan penganut agama Islam di dunia. Contohnya, ketika seorang muslim atau tempat muslim di bom, maka orang muslim lainnya merasa terpantik sanubarinya.

Tapi berbeda dengan kemanangan Taliban di Afghanistan. Ada sebagian muslim yang senang. Ada sebagian muslim yang justru takut atas kemenangannya. Yang terakhir ini bersumber dari beberapa faktor. Baik dari segi ideologis, sifat, akhlak, dan faktor politik.

Ideologi Taliban

Dari segi ideologis, sebenarnya Taliban tidak terlalu jauh dengan banyak ormas di Indonesia. Mereka sunni dan bermazhab Hanafi. Mazhab Hanafi ini memang menjadi mazhab resmi di kawasan negara Asia Selatan seperti Pakistan, dan juga beberapa negara Asia Tengah.

Nah, Taliban sendiri bermazhab Hanafi. Karena dalam rekam sejarahnya, mengikuti para pendiri faksi yang sejak mula belajar di Darul Ulum Deoband. Darul Ulum Deoband adalah lembaga pendidikan Islam sunni terbesar di dunia setelah Al-Azhar, Mesir. Berbeda dengan itu, Darul Ulum di Pakistan lebih bercorak pembaharu. Dan pandangan politiknya, cenderung dekat dengan model al-Qaeda dan ISIS (Syafiq Hasyim, Islamsantun.org 20/8/21).

Maka, disitulah terjadinya banting setir ideologis. Mullah Omar, pendiri Taliban terinspirasi pada gerakan Wahhabi dan Mujahidin. Taliban memang gerakan ingin meluluhlantakkan penjajah dan penguasa yang korup. Tetapi pelan-pelan, ia terjerumus pada lubang yang remang, yang diisi oleh tafsir agama yang sempit dan simplistik. Sehingga, dari kemunculan dan gerakannya, menjadi penyakit bagi bangsa dan ormas Aghan sendiri.

Menurut Syafiq, hal itulah yang menjadi eksistensi Taliban untuk mencapai apa itu kemanangan. Ia menginginkan mengatur negeri mereka sendiri. Ia mencita-citakan negara Islam sebagai pembebas, tanpa intervensi dari pihak kolonial baru. Dan, ia ingin menjadi pancer dan contoh negara Islam yang masih berjaya yang berada di muka bumi ini.

BACA JUGA  Menyelamatkan Demokrasi: Menentang Politik Dinasti dan Khilafahisasi NKRI

Dari segi akhlak, Taliban bisa dianggap sering menyimpang. Sejak pasukan Amerika menguasai wilayah Afghanistan, dan saat itu terdampar, Taliban ini sering menghalalkan segala cara. Jika Taliban menginginkan syariat Islam tegak di Afghanistan, maka tak mungkin alkohol dan jenis barang haram lainnya sampai saat ini masih terbuka lebar.

Termasuk pembunuhan dan eksploitasi perempuan-perempuan. Taliban tidak memberi ruang bagi hak-hak bebas perempuan. Selama berkuasa, Taliban menerapkan hukum Islam yang ultra-konservatif. Laki-laki diperintahkan berjenggot dan berserban. Sementara hak-hak perempuan, dikekang. Perempuan ini terlarang bersekolah, bekerja, dan harus menutupi sekujur tubuhnya dengan burkah di tempat umum (Tirto, 19 Juli 2021).

Termotivasi Kemanangan Taliban

Sampai saat ini, Taliban masih memaksakan kehendak. “Kami menginginkan pemerintahan Islam yang diatur oleh hukum syariah. Kami akan melanjutkan jihad sampai [pemerintahan Afghanistan] memenuhi tuntutan kami”, kata Haji Hamat. Tapi menurut banyak pihak, mereka tidak mempunyai konsep dan sistem yang jelas pemerintahan Islami seperti apa yang mereka ingin terapkan. Yang ada, malah terkesan jahat, kasar, dan represif. Tidak seperti asas, akhlak, dan norma yang tertuang di dalam agama Islam.

Maka, sampai saat ini, beberapa ormas besar di Indonesia masih menunggu perkembangan gejolak dan terobosan yang Taliban praktikkan. Tapi, ormas-ormas radikal, sudah sangat bereuforia atas kemenagan Taliban. Karena dianggap, Allah telah menolong dan memberi kemenangan pada Taliban ini. Bahkan mereka dianggap panji Islam terakhir seperti yang telah diprediksikan Rasulullah.

Atas itu, saya setuju dengan apa yang disampaikan ketua ormas moderat di Indonesia, KH. Said Aqil Siradj: “Kemenangan Taliban mengalahkan pemerintah Afghanistan akan berdampak kepada Indonesia. Dampak itu misalnya, orang radikal di Indonesia, mendapatkan angin dan termotivasi sehingga mereka mengatakan: Allah telah memberi kemenangan pada gerekan Islam Taliban”. Oleh karena itu, kata Said, kita harus waspada. Semua pihak harus waspada (Ormas, TNI, Polri, Sipil), dan semua komponen bangsa ini harus semakin bersatu, semakin merapatkan barisan”, melawan gerombolan manusia radikal, yang bakal menghancurkan bangsa-negara damai Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru