27.5 C
Jakarta

Organisasi Keagamaan dan Motivasinya dalam Menjaga Negara

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanOrganisasi Keagamaan dan Motivasinya dalam Menjaga Negara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Indonesia termasuk negara yang pluralis. Di sana terbangun perbedaan, mulai perbedaan pemikiran sampai perbedaan keyakinan. Pemikiran dan keyakinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia. Tidak heran, karena kedua hal ini Prof. Quraish Shihab menulis buku berjudul Islam yang Saya Anut sebagai uraian atas keyakinan sang penulis dan Islam yang Saya Pahami sebagai ungkapan atas pemahamannya.

Indonesia dengan kemajemukannya diwarnai dengan ragam organisasi kemasyarakatan yang memiliki latar pemikiran dan keimanan yang bervariasi. Semisal, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang secara teologis bermadzhab Asy’ariyah dan secara syariat mengikuti hasil ijtihad Imam al-Syafi’i. Berbeda, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) secara teologis mengikuti Syiah dan secara syariat bermadzhab kepada Abu Ja’far ash-Shadiq.

Perbedaan dalam berorganisasi sesungguhnya tidak keliru. Bahkan, perbedaan organisasi tersebut menjadi warga tersendiri di Indonesia selama organisasi itu tidak menentang sistem yang berjalan di negara merah putih ini. Salah satu organisasi yang berseberangan dengan sistem Indonesia adalah Hizbut Tahrir dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Maka dari itu, pemerintah melarang kedua organisasi ini tumbuh dan berkembang di negeri ini.

Hizbut Tahrir dan ISIS memang memiliki perbedaan dalam beberapa hal, termasuk dalam pemikiran dan keimanan. Namun, keduanya memiliki kesamaan pula dalam mensupport berdirinya Khilafah sebagai sistem yang berkembang di seluruh negara, tak terkecuali di Indonesia. Sistem Khilafah ini jelas bertentangan dengan sistem republik-demokratis yang berjalan di Indonesia. Sehingga, jika Khilafah diterima, maka sistem republik-demokratis akan dihapus.

Negara ini dibangun dengan keringan perjuangan oleh para pahlawan. Sangat tidak bermoral jika perjuangan ini tidak dijaga. Salah satu menjaga keutuhan NKRI adalah mencintainya. Cinta ini, sebut Prof. Quraish Shihab, merupakan pengabdian yang paling dalam dalam membalas budi kepada tanah air di mana seseorang dilahirkan, tumbuh, dan berkembang. Kecintaan kepada tanah air termasuk dari perintah agama yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.

BACA JUGA  Mengulik Model Lebaran Ketupat di Madura

Karena itu, kehadiran organisasi kemasyarakatan bukanlah jadi benalu yang dapat menghacurkan keutuhan NKRI. Organisasi itu hendaknya menjadi tangan kedua yang dapat membentengi negeri dari pengaruh paham radikal yang berpotensi merusak negeri. Paham radikal yang dimaksud adalah bagian dari pemikiran yang tertutup (eksklusif) dalam melihat sesuatu, termasuk negeri ini. Paham radikal ini cenderung mengkafirkan suatu negara, termasuk Indonesia, disebabkan tidak menggunakan sistem Khilafah yang dianggapnya paling Islami.

Lebih dari itu, bahayanya paham radikal ini dapat dilihat dari pengaruhnya yang dapat menghilangkan kesadaran seseorang berpikir dengan akal sehat. Orang yang terpapar radikalisme akan terdorong melakukan tindakan yang maha keji yaitu aksi-aksi terorisme. Para pelakunya jelas mengatasnamakan terorisme ini sebagai jihad yang dibenarkan oleh agama. Padahal, mindset tersebut sepenuhnya keliru. Agama justru mengutuk aksi-aksi terorisme. Karena perbuatan ini memiliki kemudaratan yang cukup besar.

Sebagai penutup, hadirnya organisasi baru di Indonesia selagi tidak berlawanan dengan sistem negara hendaknya disambut dengan tangan yang terbuka. Sebaliknya, jika organisasi itu bertentangan dengan sistem dan ideologi negara, meskipun mengakunya organisasi Islam, hendaknya ditolak. Karena, Islam yang diajarkan Nabi tidak pernah mempertentangkan negara dengan agama. Keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru