27.7 C
Jakarta
spot_img

Open-Minded dalam Dunia Menulis, Kunci Mengatasi Tantangan Kreativitas

Artikel Trending

KhazanahLiterasiOpen-Minded dalam Dunia Menulis, Kunci Mengatasi Tantangan Kreativitas
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tidak ada mantra yang benar-benar jitu jika tidak dipraktikkan. Demikian juga dengan segala macam jurus, yang akan menjadi tak berguna jika tidak diterapkan. Semua bidang seperti itu, baik dalam dunia renang, memasak, sepak bola, kepenulisan, dan sebagainya.

Khusus untuk dunia kepenulisan, saya ingin sedikit berbagi ‘resep’ atau ‘ramuan’ khusus yang bisa digunakan oleh siapa saja yang hendak memulai belajar menulis. Tentu ini berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa literatur yang pernah saya pelajari. Terutama dalam menulis opini, yang biasanya menjadi rubrik tersendiri di berbagai media massa, baik cetak maupun daring.

Perlu saya tegaskan, dalam catatan ini sama sekali tidak ada niatan untuk memposisikan diri lebih tahu, lebih mengerti, atau lebih memahami seluk-beluk dunia tulis-menulis. Anggap saja tulisan ini sebagai ajakan berbagi pengalaman, sekadar obrolan ringan tentang dunia kepenulisan. Sebab, saya sendiri menyadari betul bahwa masih banyak yang perlu saya pelajari dan dalami. Apalagi, seorang penulis sejati adalah pembelajar tanpa henti, yang terus menimba ilmu dari siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Baiklah, mungkin Anda, terutama yang belum pernah menulis opini, memiliki daftar pertanyaan tentang persiapan dan tata cara menulis. Biasanya, kesulitan yang sering muncul adalah mendapatkan ide atau gagasan. Banyak yang merasa sulit menemukan topik atau tema untuk diangkat dalam tulisan. Ketika topik sudah ditemukan, sering kali bingung menentukan judul. Setelah judul didapat, kebingungan kembali muncul saat menyusun paragraf pembuka atau lead.

Problem seperti ini lumrah dialami oleh siapa saja yang baru mulai menulis, terutama bagi yang belum pernah terjun ke dunia tulis-menulis. Kondisi semacam itu sangat wajar. Tinggal bagaimana kita menghadapinya dan mencari solusinya.

Kebuntuan dalam menulis, sepemahaman saya, kerap kali disebabkan oleh kurangnya gagasan dalam otak kita. Kasarnya, mungkin selama ini kita kurang, atau bahkan tidak akrab, dengan buku, majalah, koran, e-paper, atau berbagai bahan bacaan lainnya. Padahal, bacaan merupakan sumber gagasan, inspirasi, informasi, dan imajinasi.

Siapa saja yang berniat untuk menekuni dunia tulis-menulis, menurut hemat saya, wajib memiliki pikiran terbuka, atau istilah lainnya open-minded. Pikiran yang terbuka selalu siap menerima segala jenis ilmu, pengetahuan, dan informasi, tentunya setelah difilter terlebih dahulu. Mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Mana yang hoaks dan mana yang valid.

Semua bahan bacaan yang kita serap dapat menjadi stok gagasan yang kelak diolah menjadi sebuah tulisan utuh, baik berbentuk fiksi maupun nonfiksi. Intinya, pikiran kita harus terbuka dan siap menerima hal-hal baru yang bermanfaat bagi pengembangan diri. Terutama dalam memperluas cakrawala pemikiran serta memperdalam ilmu dan pengetahuan yang kita miliki.

Tidak berhenti di situ, dalam mencari ide, kita juga bisa membaca realitas sosial, manusia, dan fenomena alam. Apa artinya? Sumber bahan tulisan sebenarnya tidak hanya berasal dari bacaan tekstual. Kita dapat mengasah kepekaan dengan mengamati lingkungan sekitar dan melihat apa yang sedang terjadi. Hal itu bisa menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan tulisan. Dalam proses ini, setiap penulis belajar untuk mendeteksi dan menganalisis permasalahan yang terjadi di sekitarnya.

BACA JUGA  Membaca Itu Harus, Salah Memilah Bacaan Jangan

Saat mengamati, lagi-lagi kita dituntut untuk lebih open-minded, yaitu siap menerima masukan dari orang-orang yang kita temui. Sebab, bisa saja kita mendapatkan informasi, ilmu, pengetahuan, atau bahkan pengalaman hidup dari orang-orang di sekitar kita. Entah itu saudara, teman, paman, tetangga, anak tetangga, atau siapa saja. Intinya, jangan pernah menutup diri untuk mendapatkan ide dan gagasan baru. Inspirasi luar biasa kadang muncul dari obrolan sederhana dengan orang-orang di lingkungan kita.

Pikiran yang terbuka akan mempermudah kita mempelajari hal-hal baru yang sebelumnya mungkin belum pernah kita ketahui. Poin utamanya adalah terus belajar dan tidak menutup diri. Jangan merasa lebih pintar atau lebih cerdas dari orang lain. Bersikaplah seperti anak kecil dengan rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi. Dua hal inilah yang menjadi modal berharga untuk terus mengembangkan diri, termasuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tulisan yang kita hasilkan.

Kemudian, setelah mendapatkan ide, saatnya kita beraksi. Segera catat atau ketik ide tersebut agar tidak hilang. Sebab, ide yang tidak dituliskan mudah sekali lenyap. Ibarat belut yang licin dan gesit, jika tidak segera ditangkap, ia akan hilang tanpa bekas. Mulailah menulis dengan penuh gairah dan perasaan berbunga-bunga. Menulislah dari hati, karena apa yang disampaikan dengan hati biasanya akan sampai pula ke hati pembaca.

Temukan tujuan dan faktor pendorong mengapa kita harus menuliskan sesuatu. Motivasi adalah bahan bakar yang akan membuat kita terus berkarya tanpa henti.

Terakhir, terkait sikap open-minded, seorang penulis harus bersedia dan berlapang dada menerima kritik, koreksi, serta evaluasi terhadap tulisan yang dihasilkan. Jangan merasa diri paling benar atau paling hebat. Percayalah, di atas langit masih ada langit. Di luar sana, banyak penulis kawakan dengan tulisan yang bernas dan berkualitas. Kita perlu belajar dari mereka.

Berpikir terbuka juga berarti bersedia memperbaiki mutu tulisan. Jangan mudah baper (bawa perasaan) atau sakit hati saat menerima masukan, dan jangan pula terlalu terbuai oleh pujian. Pada akhirnya, berpikiran terbuka menuntut seorang penulis untuk rendah hati dan siap berbenah.

Satu hal lagi, ketika ada yang mengejek, mencibir, atau meremehkan tulisan kita, jangan bersedih hati. Ingatlah, kita tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Jadi, teruslah melangkah, teruslah berkarya, dan tebarkan manfaat melalui tulisan kita. Abaikan cibiran yang menjatuhkan. Kita harus memiliki mentalitas seorang pemenang: selalu optimistis dan berpikiran positif terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup.

Muhammad Aufal Fresky
Muhammad Aufal Fresky
Magister Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya. Penulis buku Empat Titik Lima Dimensi.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru