31.7 C
Jakarta

Ogah Membaca Tapi Ingin Punya Karya, Begini Solusinya

Artikel Trending

KhazanahLiterasiOgah Membaca Tapi Ingin Punya Karya, Begini Solusinya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tidak sedikit orang-orang yang hidup di dunia ini yang ingin mempunyai karya tulisan dalam bentuk buku. Faktor yang melatar-belakanginya tentu sangatlah berbeda-beda. Ada yang ingin memperoleh income royati.

Ada yang ingin mendapatkan popularitas dengan berbagai macam fasilitas. Ada yang ingin namanya abadi, meski jasadnya telah mati. Dan ada pula yang ingin karyanya dapat menggerakkan hati pembaca untuk berbuat kebaikan, sehingga penulisnya bisa mendapatkan pahala yang mengalir tak berkesudahan.

Namun, keinginan menjadi seorang penulis tersebut kebanyakan tidak dibarengi dengan kesungguhan hati untuk mewujudkannya secara nyata. Banyak yang ingin punya karya, tapi malas membaca. Banyak yang ingin namanya ditulis dengan teks besar di cover buku, tapi untuk membaca saja sering kali tidak ada waktu. Banyak yang ingin karyanya terpampang di rak toko-toko buku besar seperti Gramdia, namun aktivitas membaca tidak dijadikan sebagai aspek yang utama.

Membaca merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan karya tulisan dan menjadi seorang penulis yang sejati. Andrias Harefa pernah berkata bahwa jika ada penulis yang mengaku produktif tanpa pernah membaca sama sekali, artinya ia telah berhenti belajar  dan hanya ada dua kemungkinan: pertama, ia sudah mencapai level “manusia guru”, atau kedua ia pembohong, dan inilah mungkin yang paling logis.

Membaca dan menulis karya tulisan adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan bersinergi. Ibarat memasak, membaca adalah bumbu dan bahan-bahan masakan, sedangkan menulis adalah makanan yang sudah matang siap dimakan. Semakin banyak dan komplit bahan-bahan yang dimasak, maka rasanya akan semakin lezat dan nikmat. Begitu pula dengan menulis, semakin banyak membaca, maka akan semakin berkualitas gagasan yang dituliskan.

Jika ada seseorang ingin punya karya namun ogah membaca, itu sejatinya adalah khayalan belaka. Jika ada orang mengaku bisa menulis tanpa pernah membaca sama sekali, sudah pasti orang itu sedang berhalusinasi. Andaikan ada, hampir dapat dipastikan kualitas karyanya jauh lebih rendah ketimbang karya tulisan yang dihasilkan oleh orang-orang yang banyak membaca buku.

BACA JUGA  Giat Literasi dengan Menulis Sastra Moral

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi orang-orang yang ingin mempunyai karya, kecuali harus melewati dulu proses panjang dari rutinitas membaca. Namun, sekarang bagaimana caranya jika ada orang yang sudah kepingin banget punya karya buku tapi ia malas membaca dengan alasan ini itu. Berikut ini adalah beberapa solusi yang barangkali bisa menjembatani orang-orang yang masih malas membaca agar segera punya karya:

  1. Kokohkan niat hingga target yang dituju hasilnya dapat dilihat. Jika kita berambisi ingin punya karya, pasti kita akan mengupayakannya dengan penuh semangat jiwa. Omong kosong jika kita menginginkan sesuatu yang dicita-citakan, tapi masih seringkali malas-malasan dan rebahan;
  2. Cintailah buku jika ingin mempunyai karya buku. Wujud nyata dari mencintai buku adalah dengan merawat dan membacanya. Sebab. Kunci keberhasilan seseorang terletak pada seberapa besar ia mencintai sesuatu yang didambakan hingga terwujudkan;
  3. Sesuaikan materi bacaan dengan buku yang ingin kita tulis. Semisal kita ingin menulis buku tentang parenting, maka mulailah gemar membaca buku-buku yang membahas seputar dunia ke-parenting-an.
  4. Jika membaca buku yang tebal terasa mual, maka bacalah buku semacam kumpulan tulisan (antologi) atau buku yang berskala tipis. Dengan membaca buku yang ringan ukuran dan bahasannya, maka akan dapat memantik kita untuk mulai enjoy suka membaca dan mengejawantahkan dalam sebuah karya.
  5. Carilah tempat dan posisi senyaman mungkin saat membaca. Dan yang paling penting adalah jauhkan diri dari smartphone saat membaca dan menulis. Sebab, alat komunikasi ini berpotensi sangat menggangu sekali.
  6. Bergabunglah dengan komunitas membaca dan menulis. Sebab, berinteraksi dengan anggora-anggota di komunitas ini akan semakin menambah relasi, wawasan, dan gairah baru untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kita dalam membaca dan menulis.

Semoga apa yang saya tuliskan tersebut dapat menjadi suntikan yang menyehatkan bagi kita-kita yang tingkat literasinya masih sangat rendah dan berada di level terparah.

Moch Arifin
Moch Arifin
Pegiat literasi mukim di Bojonegoro, Jawa Timur.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru