31 C
Jakarta
Array

NU Banda Aceh Diskusikan Radikalisme dengan Serius

Artikel Trending

NU Banda Aceh Diskusikan Radikalisme dengan Serius
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Banda Aceh – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Banda Aceh (PCNU Banda Aceh) menggagas diskusi bahaya paham radikalisme. Hari ini isu radikalisme menjadi isu hangat di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini. Ungkapan ini disampaikan ketua PC NU Banda Aceh pada Minggu (3/11/2019) di Aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag).

Tanfidziah PCNU Banda Aceh, Tgk Rusli Daud, S.Hi mengatakan bahwa diskusi tersebut diadakan karena melihat adanya multitafsir tentang istilah radikalisme.  dan sejenisnya di tengah masyarakat. Akibatnya, terjadi kegamangan dan salah paham terhadap istilah tersebut.

Jika kegamangan itu tidak diperjelas, maka akan menimbulkan sumber konflik yang mengakibatkan terpecah belahnya umat dan hilangnya peradaban. “Maka PCNU berinisiatif untuk men-tabayun-kan dan mencari informasi apa sesungguhnya radikalisme. Sehingga tidak menimbulkan salah paham lagi di masyarakat, khusus masyarakat Kota Banda Aceh yang menganut mazhab ahlussunah waljamaah.” ungkap Tgk Rusli Daud.

Pihaknya bekerjasama dengan Kemanag Kota Banda Aceh mengundang narasumber yang berkompeten di bidang pencegahan radikalisme dan terorisme. Acara tersebut diisi oleh dua narasumber yaitu Kepala Bidang Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Aceh, Dr Mukhlisuddin Ilyas dan Kakankemenag Kota Banda Aceh, Drs Asy’ari MSi.

Dalam paparannya, Mukhlisuddin berbicara tentang bahaya dan potensi radikalisme di Aceh. Ia mengatakan selama ini istilah radikalisme sering diarahkan ke orang Islam karena kalau belajar Islam secara utuh disebut radikal atau mengakar, tetapi bukan itu yang dimaksudkan radikal melain mereka yang melakukan kekerasan dan intoleransi. Hal itu dikarenakan adanya kesalahan dalam belajar Islam.

PC NU Banda Aceh Sikapi Radikalisme

“Radikalisme bisa terpengaruh siapa pun. Tak hanya orang miskin, orang kaya pun bisa juga terlibat radikalisme. Bahkan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah pun bisa mengakibatkan radikalisme di kalangan masyarakat,” ujar peneliti lulusan Universitas Negeri Medan tersebut.

Menurut Mukhlis, masyarakat jangan salah pilih guru dalam belajar agama. Karena jika salah pilih guru atau salah pilih kitab maka akan mempengaruhi pemahaman terhadap Islam itu sendiri.

Sementara itu, pemateri kedua diisi oleh Kakankemenag Kota Banda Aceh, Asy’ari. Dalam materinya lebih membahas peran institusi negara dalam mereduksi paham radikalisme di era milenial.

Katanya, negara menaruh perhatian khusus terhadap maraknya paham radikalisme di negara ini. Ketika Jokowi dilantik beberapa waktu lalu langsung memerintahkan beberapa menteri termasuk menteri agama untuk mereduksi paham-paham tersebut.

“Perlu kita ketahui bahwa hari ini dayah (pesantren) menjadi sasaran para oknum tertentu untuk membenturkan dengan negara, maka perlu diantisipasi sejak dini,” katanya.

Ia juga meminta ke depan setiap apa yang dipelajari dan siapa yang mengajarkan ilmu agama agar lebih terbuka, sehingga paham-paham radikal yang dapat merusak umat ini dapat terpantau dengan baik oleh masyarakat.

Kegiatan diskusi soal radikalisme yang digagas PCNU Banda Aceh tersebut dilaksanakan selama sehari dan dibuka oleh Wakil Ketua PWNU Aceh, Dr Bustami Usman, SH MAp MSi. Adapun peserta yang diundang sebanyak 30 orang yaitu perwakilan cabang PCNU semua kecamatan di Kota Banda Aceh, penyuluh agama, badan otonom NU, pengurus, dan masyarakat Kota Banda Aceh.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru