Harakatuna.com – Membicarakan dunia maya, semestinya sudah menjadi hidangan sehari-hari bagi manusia-manusia modern. Bisa dikatakan ruang maya sudah menjadi salah satu pegangan yang tidak bisa dilepaskan dari diri setiap orang. Karena dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, seseorang bisa mengakses apa saja yang ada dalam dunia nyata, dan tentunya dengan sesuatu yang instan. Termasuk doktrin, dan pemikiran juga sangat mudah diakses melalui media sosial.
Dengan kata lain kita harus siaga terhadap konten-konten negatif yang tersebar di media sosial, pemahaman-pemahaman yang bisa merusak pikiran anak muda. Sebuah pemikiran yang tidak menutup kemungkinan akan mengubah cara berpikir seseorang untuk tidak cinta Indonesia. Dengan dalih keagamaan, ataupun alasan-alasan yang berusaha mengadu domba.
Berangkat dari sinilah, seharusnya setiap dari kita menjadi agen dalam memantau atau mengawasi ruang maya agar selalu kondusif dan terorganisir dari kejahatan narasi-narasi radikal dan ekstremisme. Di mana generasi sekarang harus siap menjadi relawan yang bisa menyebarkan konten-konten positif yang membangun, mencerdaskan, dan bisa menjadi batu loncatan untuk mengenalkan sejarah berdirinya Indonesia, sampai dengan menjadi penghuni yang siap menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Sebab, ketika berkaca pada sejarah, negeri Indonesia terlahir karena adanya banyaknya perbedaan. Dan, inilah alasan mengapa ada lima dasar Pancasila. Yang sejatinya menjadi aspek penting, untuk membangun iklim rukun dan damai.
Mekanisme inilah yang seharusnya menjadi alur utama dalam membingkai kerukunan dan persatuan berbangsa. Karena pada dasarnya jemari-jemari kita memiliki peran penting dalam mengontrol dunia maya. Apabila yang kita sampaikan dalam sosial media sebuah edukasi tentang pentingnya toleransi dan sikap saling menghormati, tentu akan memberikan efek yang positif untuk keberlangsungan bangsa Indonesia.
Namun sebaliknya, apabila populasi sosial media yang kita akses dan sebar adalah sebuah narasi kebencian, tentu akan melahirkan rasa dengki yang bisa berisiko akan terjadinya sikap ekstremisme dan radikal dalam dunia nyata. Naasnya sosial media bisa diakses semua manusia dari berbagai kalangan umur, sehingga hal ini tentu bisa menjadi racun yang bisa membahayakan pola pikir apabila dibiarkan dalam ruang maya.
Dari sinilah sudah seharusnya kita bersama-sama, saling membaur dan bekerja sama dalam menyebarkan konten-konten positif, perbanyak dialog, serta jangan mencari-cari perbedaan dalam bangsa Indonesia. Sampai dengan kita sebagai warga Indonesia harus sadar tentang bersaudara dalam keimanan dan bersaudara dalam kemanusiaan. Karena inilah diri Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dari sini, seharusnya kita menyadari bahwa poin utama dari kontra narasi tersebut ialah pentingnya perdamaian. Bisa dikatakan perdamaian merupakan prioritas utama dalam menjalin kehidupan. Melalui inilah seseorang akan menemukan benih-benih cinta dari sesama manusia. Menemukan keragaman yang sejatinya mengajarkan setiap orang untuk tunduk pada kaidah kebaikan. Serta bagaimana mengamalkannya dengan baik.
Memahami hal yang begitu sakral ini, generasi sekarang memiliki tugas untuk menjaganya. Dirinya harus menjadi sukarelawan dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia, seperti misalnya menyebarkan pentingnya toleransi, bahwa perbedaan itu indah, Indonesia itu merupakan negeri yang ramah. Dan itulah alasan mengapa masyarakatnya diajak menghargai perbedaan.
Hal ini juga dilandasi dengan adanya sebuah survei yang menyebutkan bahwa pengguna ruang maya lebih banyak dan manusia lebih aktif di dalamnya. Maka, menyebarkan konten yang positif di dalamnya menjadi tugas bersama masyarakat Indonesia. Budayakan menyebar konten yang cinta tanah air/cinta Indonesia, agar dunia mengerti Indonesia patut menjadi contoh perdamaian dengan berbagai perbedaannya.
Menjalin Kerukunan dalam Dunia Maya
Interaksi dalam dunia maya sangat dibutuhkan dalam menjadi relawan dalam menyebarkan persatuan bangsa. Sebab, selain menemukan teman dan pengetahuan baru, melalui interaksi ini, kita akan bisa mengamalkan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Yang tidak menutup kemungkinan akan mengakar pada kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sebarkan pemahaman tentang ideologi Pancasila dengan baik. Sehingga seseorang akan bisa memahaminya dengan hati yang baik pula, dan sesuatu yang dilakukan dengan tujuan kebaikan, akan berpeluang besar melahirkan kebaikan. Pahami status Indonesia dari sejarahnya, jangan hanya dari konteks golongan tertentu. Karena memahami dari golongan yang satu, maka akan membuat kita terjerumus dalam jurang yang melemahkan, dan menyalahkan golongan lain. Sedangkan adanya Indonesia dan berkibarnya merah-putih adalah bentuk bahwa kita harus menjaganya.
Menjadi agen yang siaga ruang maya memang sudah tugas setiap orang. Agar ruang dunia maya dipenuhi dengan konten-konten yang positif, mendamaikan, hingga mengerti tentang pentingnya persatuan. Indonesia itu kita, dan sudah semestinya kita menjaganya.