26.1 C
Jakarta

NII Lakukan Aksi untuk Gulingkan Pemerintah yang Sah?

Artikel Trending

Milenial IslamNII Lakukan Aksi untuk Gulingkan Pemerintah yang Sah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Misi bahwa NII akan mengganti Pancasila sudah dilakukan sejak dulu kala. Dalam sejarahnya, NII pula yang menginisiasi untuk menjadikan Indonesia Negara yang bersistem hukum Islam.

Itu dilakukan sejak perumusan dasar-dasar negara dan poros negara Indonesia yang menjadi Republik. NII tidak setuju jika Indonesia menjadi Republik dan tidak menjadi negara Islam. Puncaknya pada tahun Desember 1949, ketika 7 kata yang dicoret dari Piagam Jakarta.

Ketika 7 kata dicoret di dalam Piagam Jakarta, ada salah satu tokoh penting di Garut sangat marah, yaitu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Tokoh ini dan beberapa tokoh Islam lainnya tidak terima, sehingga mereka ingin mengembalikan 7 kata tersebut.

Mereka tidak terima karena Indonesia baginya dihuni oleh mayoritas muslim, sehingga sudah tepat jika menjadi negara Islam. Namun, bagi tokoh nasionalis dan perancang negara lainnya, sangat menyayangkan pikiran itu, karena tidak sesuai dengan arah dan cita-cita Indonesia ini.

Alasan paling rasional mengapa menolak bersistem Islam tokoh nasionalis ini, adalah karena Indonesia berdiri bukan hanya dari perjuangan orang Muslim saja. Namun Indonesia merdeka, berdiri, dan lahir, berkat dari semua agama, suku, dan pengiman yang sudah sejak lama ada di Indonesia. Bahkan sebelum Islam datang.

NII Versi Kartosoewirjo

Karena apa yang diperjuangkan Kartosoewirjo tidak menemukan hasil dan titik temu, kemudian ia mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat. Sebuah organisasi tandingan yang bersistem Islam. Kartosoewirjo menyebut bahwa NII ini adalah negara Islam yang ia bikin sendiri bersama pengikutnya. Berdirinya NII ini meski tidak “seberapa”, tapi telah membuat tokoh-tokoh nasionalis seperti Hatta membuat pernyataan resmi dalam rangka merespons gerakan NII.

Sejak saat itu hingga kini, NII terus berkembang. NII adalah organisasi teroris pertama di dunia, sebelum adanya ISIS dan Al-Qaeda. Orang menyebut NII organisasi teroris made in Indonesia. Sayangnya, ideologi NII sampai sekarang tidak dikapitalisasi menjadi sebuah gerakan transnasional dengan baik.

BACA JUGA  Paslon yang Didukung Abu Bakar Ba'asyir Membahayakan Indonesia?

Berbeda dengan JI, JAD, dan MIT, NII bergerak secara seporadis. Setelah kematian Kartosoewirjo, gerakan NII memutar pada sektor wilayah, dan hanya beberapa yang mendekati perkotaan, termasuk pemerintahan. Faksi-faksinya pun tidak memiliki basis ideologis yang mapan seperti NII masa Kartosoewirjo.

Tapi garakan NII masih tetap sama, yaitu bagaimana harus merebut kedaulatan Indonesia menjadi negara berbasis Islam. Saat ini kabarnya ia juga ingin menggulingkan pemerintahan Jokowi sebelum 2024. Maka tak heran bila NII mencoba membuat gerakan dari bawah dan dari hal yang sangat kecil; merekrut anak muda bawah umur dari kalangan keluarga bermasalah dan tidak berada.

Basis Gerakan di Wilayah Rentan

Operasi Densus 88 Antiteror menyebut hal sebagai bagian dari aksi mereka untuk menggulingkan pemerintah. Klaim tersebut diucapkan setelah menemukan bukti-bukti dari 16 orang anggota NII di Sumatera Barat, yang ditangkap.

Setidaknya, kini, NII memiliki 1.125 anggota yang tersebar di Provinsi Sumbar. Sebanyak 400 orang di antaranya diketahui berstatus sebagai personel aktif. Menurut Ramadhan, dari 1.125 anggota NII itu tersebar di dua kabupaten di Sumbar. Sebanyak 833 orang ada di Kabupaten Dharmasraya, sementara 292 anggota lainnya berada di Kabupaten Tanah Datar.

Selain itu, NII juga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Seperti di DKI Jakarta, Tanggerang, Jawa Barat, Bali, Sulawesi, hingga Maluku. Salah satu yang menjadi ladang perekrutannya adalah anak, perempuan, dan laki-laki rentan. Dengan ini, maka langkah pencegahan sejak dini dari lingkungan terkecil sangat urgen dan penting dilakukan. Utamanya mengetahui motif terorisme, bahaya terorisme, dan kalau bisa, melakukan pencegahan terhadap narasi terorisme yang bergulir di tengah arena masyarakat.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru