Harakatuna.com. Tel Aviv – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Selasa (26/11) bahwa dia akan merekomendasikan kabinetnya mengadopsi perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat dengan Hizbullah di Lebanon. Pernyataan itu disampaikan saat pesawat tempur Israel menyerang Lebanon, dan menewaskan sedikitnya 23 orang.
“Malam ini, saya akan menyampaikan kepada kabinet untuk persetujuan sebuah garis besar gencatan senjata di Lebanon. Durasi gencatan senjata bergantung pada apa yang akan terjadi di Lebanon. Dalam kesepahaman penuh dengan Amerika Serikat, kami mempertahankan kebebasan penuh dalam bertindak secara militer. Jika Hizbullah melanggar perjanjian dan mencoba mempersenjatai diri, kami akan menyerang. Jika mereka mencoba memperbarui infrastruktur teroris di dekat perbatasan, kami akan menyerang,” kata Netanyahu.
Militer Israel juga mengeluarkan serangkaian peringatan evakuasi yang merupakan sebuah tanda bahwa mereka bermaksud untuk memberikan hukuman kepada Hizbullah hingga saat-saat terakhir sebelum gencatan senjata diberlakukan.
Untuk pertama kalinya dalam konflik tersebut, pasukan darat Israel mencapai beberapa bagian Sungai Litani di Lebanon, titik fokus dari kesepakatan yang sedang berkembang. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi, Netanyahu mengatakan bahwa dia akan menyampaikan proposal gencatan senjata itu kepada para menteri kabinet pada Selasa, yang akan mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung hampir 14 bulan.
Netanyahu mengatakan, bahwa pemungutan suara diharapkan akan dilakukan pada Selasa malam. Tidak segera jelas kapan gencatan senjata akan berlaku, dan ketentuan pasti dari kesepakatan tersebut tidak dirilis. Kesepakatan tersebut tidak memengaruhi perang Israel melawan Hamas di Gaza, yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Peringatan evakuasi mencakup banyak wilayah, termasuk beberapa bagian Beirut yang sebelumnya tidak menjadi sasaran. Peringatan tersebut, ditambah dengan ketakutan bahwa Israel meningkatkan serangan sebelum gencatan senjata, membuat penduduk mengungsi.
Lalu lintas macet total, dan beberapa mobil terlihat membawa kasur yang diikat ke atapnya. Puluhan orang, beberapa mengenakan piyama, berkumpul di alun-alun, berkerumun membawa selimut atau berdiri mengelilingi api unggun saat pesawat nirawak Israel berdengung kencang di atas kepala.
Sementara itu, Hizbullah terus menembakkan roketnya, yang memicu sirene serangan udara di Israel Utara. Pejabat Lebanon mengatakan Hizbullah juga mendukung kesepakatan tersebut. Jika disetujui oleh semua pihak, kesepakatan itu akan menjadi langkah besar untuk mengakhiri perang Israel-Hizbullah yang telah mengobarkan ketegangan di seluruh wilayah dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas antara Israel dan patron Hizbullah, Iran.