30.1 C
Jakarta
Array

Nasionalisme dan Warganet Konservasionis

Artikel Trending

Nasionalisme dan Warganet Konservasionis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada era modern seperti sekarang ini, teknologi menjadi kebutuhan yang melekat pada kehidupan sehar-hari. Kontribusi internet telah memberikan kemajuan besar bagi peradaban manusia. Laik-nya dunia nyata, aktivitas apapun bisa dilakukan di dunia maya. Mulai dari bertransaksi, mencari teman, hingga mencari informasi. Bahkan belajar-pun, bisa melalui dunia maya.  Tidak heran apabila intenet menjadi komoditas yang sangat digemari sekarang ini.

Penggunaan intenet yang baik, akan menuai hasil yang baik. Sebaliknya, pemanfaatan internet secara tidak baik, akan menjadi dampak negatif  bagi pengguna. Sebab, sampai saat ini, hingga tulisan ini muncul, dunia maya seringkali dimanfaatkan kelompok radikalis. Mereka adalah orang yang mengaku dirinya nasionalis tapi sebenarnya merusak ajaran nasionalisme. Internet seperti telah menjadi “wahana” yang sangat pas karena penyebaran informasinnya yang cukup cepat, dapat dijangkau khalayak luas, dan setiap orang sangat mudah untuk mengaksesnya.

Tidak ada perbantahan terhadap realitas bahwa penggunaan internet dan media sosial menjadi “wahana” gerakan kelompok pemecah-belah dan faham bengkok. Mereka telah menunjukan lampu merah atau bahaya tingkat tinggi di negara Indonesia. Kelompok cyber terror menyasar kepada generasi muda yang paling akrab dengan gawai. Tak ayal, apabila bentuk radikalisnya bertujuan untuk melemahkan semangat nasionalisme , memecah-belah persatuan. Melalui media ini-lah, sebuah propaganda mereka lakukan dalam beragam bentuk pesan, baik tulisan, foto, dan vidio, dll.

Melihat dari fenomena di atas, diperlukan upaya konkrit dalam membangun konsepsi ber-dunia maya. Tujuannya, agar pengunaan internet menyasar pada kebutuhan yang tepat. Dikonsumsi secara benar, dan mampu memberikan manfaat. Lantas, apa yang harus dilakukan ketika faham-faham bengkok mulai masif bertebaran di dunia virtual?

Bertindak Konservatif

Upaya dalam mengatasi masifnya faham-faham bengkok dan konten pemecahbelah di dunia maya harus segera dilakukan. Solusi perlu ditekan dan direalisasikan. Setidaknya ada dua wilayah dalam penanganannya. Yakni wilayah pemerintah dan pengguna internet itu sendiri.  Pada level kebijakan, pemerintah sangat dibutuhkan dalam memberantas penyebaran faham, ideologi, konten negatif dan menyesatkan yang bertebaran di dunia maya. Selain itu, warga-net, sebagai individu yang menggunakan alat genggam. Baik Hand Phone (HP), leptop, maupun komputer dituntut untuk “bertindak konservatif” dalam menggunakan akses internet. Entah dalam mencari informasi, ber-media sosial seperti Facebook, WatsApp, Telegram, Youtube, dll. Hal ini ditunjukkan agar tidak ada korban dari sisi negatif internet dan justru malah memberikan dampak positif terhadap pengguna internet.

Apa itu konservasif? Berasal dari kata konservasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan atau pelestarian. Prof. Dr. Sujiono Sastroatmojo menegaskan, ada dua makna yang melekat dalam arti konservasi. Yakni, penyaringan dan pelestarian. Dua arti yang harus menjadi “bekal keselamatan” warga-net dalam memasuki dunia media maya (Internet).

Pertama, penyaringan. Saat memulai interaksi dan aktivitas di dunia sosial, warga-net harus mampu menyaring informasi. Maraknya konten-konten yang berbau negatif tidak bisa terelakkan dalam dunia maya. Seperti situs yang berbau pornografi, ujaran kebencian dan provokatif. Dari sinilah, warga-net diwajibkan untuk mem-filter sebuah informasi, mana yang buruk untuk ditinggalkan, dan mana yang layak untuk dikonsumsi. Realitas sudah menunjukkan, pengguna internet yang tidak mau, bahkan tidak mampu menyaring informasi yang benar akan larut dalam negativisme internet. Karena itulah, banyak harapan dari tumbuhnya pertahanan diri kita mampu membandingkan berita dan konten situs, sehingga ada keseimbangan perspektif dan pengayaan pengetahuan. Gerakan cerdas media menjadi sebuah keharusan warga-net di tengah kian gencarnya tebaran faham radikalisme dan konten pemecahbelah di media maya.

Kedua, pelestarian. Dalam konteks konservasif, lafadz pelestarian berarti menjaga, memelihara, dan mengamalkan.  Konsepsi menjaga dan memelihara terletak pada kemampuan kita dalam memahami arti nasionalisme sesungguhnya. Pelajaran yang telah kita dapatkan dalam mencintai bangsa perlu dijaga dan dipelihara kesuciannya. Terhadap faham-faham bengkok yang berserakan di dunia maya, wajib kita bumi-hanguskan keberadaannya. Pada aspek inilah, pengamalan dalam arti konservasif mulai ditunjukkan peranannya. Tatkala nasionalisme adalah kewajiban bagi kita, maka mengamalkannya adalah suatu keharusan.

Sebagai wujud nasionalisme dalam dunia virtual, kemajuan dunia maya harus menjadi wahana bagi kita pengguna internet untuk berperan sebagai “warga-net konservasionis” terhadap nasionalisme. Pengguna dunia maya yang memposisikan dirinya sebagai pengguna yang cerdas. Memerah-putihkan media maya dengan menebarkan pesan-pesan persatuan dan perdamaian. Sebagai media dakwah agama, tempat menyebarkan cinta terhadap bangsa, menjadi wadah penyalur inspirasi-inspirasi kemajuan bangsa. Wa Allahu a’lam bi al showab.

Oleh: Saiful AnwarKetua Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN) dan Santri di Rumah Perkaderan Mohammad Nasih Semarang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru