29.8 C
Jakarta

Nasionalisme dan Cinta Tanah Air dalam Al-Quran

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirNasionalisme dan Cinta Tanah Air dalam Al-Quran
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Nasionalisme dan Cinta Tanah Air dalam Al-Quran Mencintai tanah air merupakan sifat naluri yang pasti dimiliki oleh semua manusia.

Sebagaimana karakter naluriah lain seperti makan, minum dan lain sebagainya, cinta tanah air tidak terjamah oleh legalitas formal hukum syariat. Pasalnya, untuk menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dalam diri setiap orang, tidak perlu menunggu perintah dari syariat.

Sebab ia merupakan karakter alami manusia yang pasti dimiliki semua orang.
Namun, meski demikian, bukan berarti kita tidak dapat menemukaan penjelasan dalam teks-teks agama terkait cinta tanah air.

Diantara ayat-ayat al-Quran yang disinyalir membahas tentang cinta tanah air adalah Q.S. Al-Qashash ayat 85 yang berbunyi:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرادُّكَ إِلى مَعادٍ

Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al Qashash [28]: 85).

Ulama berpeda pendapat terkait makna “tempat kembali” (مَعادٍ) dalam ayat diatas. Ada yang mengatakan yang dimaksud dengan tempat kembali adalah kematian. Ada pula yang menafsiriny dengan kota mekkah.

Menurut Imam Muqatil bin Sulaiman, ayat ini turun berkenaan ketika beliau berhijrah ke madinah bersama Sahabat Abu Bakar ra. Pada saat keluar dari Gua Hira untuk melanjutkan perjalanan, beliau mengambil jalan memutar guna mengelabui orang kafir Quraish.

Tatkala terasa aman, beliau kemudian melalui jalur biasa. Setelah tiba di daerah Juhfah (suatu kawasan yang berada tepat diantara Mekkah dan Madinah), beliau menoleh kearah Mekkah sehingga timbul kerinduan kepada tanah kelahirannya. Di saat itulah, Malaikat Jibril As. turun dan menanyakan kepada Nabi Muhammad Saw. apakah beliau merindukan kampung halamannya. Beliau menjawab, “Ia”. Kemudian turunlah Q.S. Al-Qashash ayat 85 ini.

Syaikh al-Khalwati dalam Tafsir Ruh al-Bayan menyebutkan:

وفى تفسير الآية اشارة الى ان حب الوطن من الايمان وكان عليه السلام يقول كثيرا الوطن الوطن فحقق الله سؤله

Dalam penafsiran ayat ini, terdapat uatu indikasi bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Dan nabi muhammad saw kerap kali (ketika hijrah ke madinah) menyebut “tanah air, tanah air”, maka kemudian allah mewujudkan keinginan beliau (untuk kembali ke mekkah). [Ruh al-Bayan, juz 6, hlm. 441].

BACA JUGA  Tafsir Ayat Perang: Melihat Konteks Qs. al-Taubah [9]: 29 dalam Tafsir Buya Hamka

Selain Q.S. Al-Qashash ayat 85 diatas, ayat lain dalam al-Quran yang menguatkan eksistensi cinta tanah air dalam diri setiap orang adalah Q.S. Al-Nisa’ ayat 66. Allah awt berfirman:

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ

Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. (Q.S. Al-Nisa’ [4]: 66).

Menurut Sayyid al-Thanthawi, dalam ayat ini terkandung pemahaman bahwa Allah Swt. tidak membebankan hal-hal yang sekiranya akan memberatkan manusia. Misalnya seperti bunuh diri dalam rangka bertaubat, keluar dari kampung halaman untuk berjihad dan lain-lain. Akan tetapi, Allah swt. hanya memerintahkan supaya taat kepada Rasulullah saw. dan tunduk terhadap keputusan-keputusannya.

Lebih lanjut lagi, Syaikh Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat diatas menjadi indikasi kuat bahwa cinta tanah air merupakan karakter dasar manusia yang menghujam kuat dalam hati. Maka dari itu, keluar dari kampung halaman disejajarkan dengan bunuh diri yang mana notabenenya tidak disukai oleh naluri manusia.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw. datang dari suatu perjalanan dan telah melihat dinding kota Madinah, beliau mempercepat laju untanya. Hal ini dilakukan karena kecintaan beliau kepada kota tersebut.

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, riwayat diatas menjadi bukti kemuliaan kota Madinah dan diakuinya eksistensi cinta tanah air dalam syariat.

Dalam ranah implementatif, cinta tanah air dapat dibuktikan dengan menjaga keutuhan dan keamanan bangsa. Abai dengan keadaan bangsa yang kacau adalah tindakan yang tidak dibenarkan.

Apalagi ikut andil dalam merusak keharmonisan yang sudah terbentuk di tanah air. Hal itu merupakan tindakan kriminal yang jelas-jelas bertentangan dengan spirit agama.

Oleh karnanya, kita harus selalu bersyukur karna telah ditakdirkan hidup di daerah yang aman dan harmonis. salah satu cara mensyukuri nikmat tersebut adalah dengan menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa.

Disamping itu, kita juga harus mengisi kenyamanan dan rasa aman ini dengan senatiasa meningkatkan kualitas ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Sekian.

Oleh Muhammad Zainul Mujahid

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru