26.2 C
Jakarta

Narasi Radikalisme Agama dan Virus Corona

Artikel Trending

KhazanahPerspektifNarasi Radikalisme Agama dan Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Di seluruh dunia mulai disibukkan dengan peperangan melawan pandemic COVID-19 atau virus corona. Akan tetapi, jangan lupa radikalisme agama perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan banyak negara. Kaum elit pemerintahan mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk melawan pandemi ini.

Salah satu upaya dalam bentuk perlawanan adalah menghindari perkumpulan, baik perkumpulan acara sosial kemasyarakatan ataupun acara sosial keagamaan. Ada juga kebijakan pemerintah yang mendapat nyinyiran dari segelintir masyarakat kelas menengah ke bawah. Yaitu, stay at home.

Tidak hanya itu, kegiatan ibadah shalat jumat dianjurkan untuk shalat dhuhur di rumah. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait ibadah tersebut dianggap suatu larangan bagi setiap orang untuk meninggalkan shalat jumat. Bahkan dianggap melarang umat Islam oleh segelintir kelompok radikal.

Terjadinya suatu fenomena yang kurang stabil ini terindikasi akan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok paham radikalisme, dan kelompok ini anti pemerintah untuk mempengaruhi masyarakat. Kecenderungan ini muncul seiring banyaknya provokasi dan berita-berita hoax untuk menciptakan krisis kepercayaan kepada pemerintah.

Maka dengan inilah masyarakat diperlukan untuk tetap waspada terhadap virus corona dan konsolidasi radikalisme ditengah-tengah pendemi covid-19. Radikalisme agama marak dinarasikan para anggota Hizbut Tahrir bertujuan dalam rangka memecah belah kebersamaan umat beragama.

Seperti yang diketahui bahwa paham radikalisme dan anti pemerintahan sangat pandai membaca, menganalisa dan memanfaatkan situasi (radikalis) terutama pada situasi darurat ini. Hari ini diyakini atau tidak seluruh elemen bangsa sedang berkonsentrasi menghadapi pandemi corona.

Propaganda Paham Radikalisme

Aparat keamanan dan pemerintah sedikit lalai untuk membentengi negara sendiri dari paham radikalisme. Serbuan paham ini pasti akan lebih mengerikan daripada covid-19, karena yang dipertaruhkan adalah sebuah persatuan dan kesatuan negara dalam upaya mempertahankan ideologi Pancasila.

Akan kemungkinan besar yang dilakukan oleh paham radikalisme ini adalah jual beli propaganda di media sosial, dan membuat berita-berita hoax yang tidak pernah sepi akan pelanggan. Parahnya, ujaran kebencian sangat efektif dilaksanak untuk memikat targetnya dalam situasi darurat virus corona.

Menurut Risky, wakil sekretaris Pemuda Pejuang Bravo-5, seperti yang dilansir dari suaradewata.com yang terejawantahkan dalam kajian dialektika bertema “Mewaspadai Paham Radikalisme dan Prilakunya di Era Milenial”. Bahwa situasi darurat penanganan covid-19 ini ditunggangi oleh oknum-oknum anti pemerintah (radicalism).

Hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat atau pun pemerintah di tengah-tengah pandemi ini adalah bekerja sama untuk menjaga kesatuan dan segera mengangani ancaman dan penyebaran paham radikalisme. Narasi radikalisme tidak henti-hentinya dimainkan oleh kelompok Islam ekstrem.

Risky juga beranggapan bahwa ruang publik pada media banyak berita-berita hoaks atau opini-opini bertebaran yang lebih mengarah kepada mendegradasi pemerintahan yang sah. Bahkan banyak di temukannya isu-isu yang mengarah kepada gerakan radikalisme yang mengancam keutuhan bangsa.

BACA JUGA  Pilpres 2024 dan Ketaatan Doktrinal yang Berbahaya, Lawan!

Dalam sudut pandang Risky, adanya situasi yang disebabkan oleh kemunculan Pandemi covid-19 justru dijadikan peluang bagi oknum-oknum radikal untuk membangun sentimen negatif terhadap pemerintahan akan ketidakmampuannya menangani wabah ini. Inilah bahaya bagi negara Pancasila.

Fokus Penanganan

Maka demikian, sekalipun semua elemen maasyarakat terfokuskan untuk menangangi dan berupaya meredakan pandemi Covid-19. Jangan sampai lupa terhadap paham radikalisme yang serangannya lebih berbahaya dari Covid-19. Setidaknya dukungan dari berbagai sektor atau elemen masyarakat ataupun pemerintahan harus selalu mewaspadai dan mengantisipasi potensi ancaman paham radikalisme secara aktif di tengah-tengah pandemi ini.

Setelah mengetahui tentang potensi penyebaran paham radikalisme di tengah-tengah pandemi Covid-19. Alangkah baiknya, baik pemerintah lebih-lebih masyarakat awam mengetahui tanda-tanda seseorang. Dan suatu kelompok yang terpapar paham radikalisme.

Sebagaimana disinyalir dari MIRIFICA News, setidaknya ada beberapa tanda yang perlu dicurigai seseorang yang terpapar doktrin radikal di antaranya. Pertama, anti sosial. Kedua, menghadiri perkumpulan rahasia. Ketiga, perubahan emosional.

Kelompok anti sosial ini lebih mengarah kepada tidak mau bergaul dan bersahabat dengan orang lain karena berbeda paham atau berbeda ideologi. Kelompok radikalisme mengembangkan ideologi transnasional yang mau mengubah tatanan pemerintahan sesuai prinsip ideologi agama.

Perkumpulan rahasia adalah identitas yang sangat populer di kalangan paham radikalisme. Orang yang terpapar paham radikalisme tidak akan pernah memberitahu dengan siapa ia berkumpul, di mana ia berkumpul dan tidak akan pernah memberitahukan apa tujuan dari perkumpulan tersebut.

Serba rahasia ini sangat memungkinkan kelompok tersebut merupakan kelompok anti pemerintah. Lebih dari itu, radikalisme bisa mensuburkan penerus baru dengan pemahaman terorisme. Bahaya radikalisme dan terorisme kepada keselamatan masyarakat.

Sedangkan perubahan emosional dalam bersikap atau berprilaku lebih-lebih terkait agama, politik dan sebagainya cukup menjadi tanda bahwa orang atau kelompok tersebut bagian dari paham radikal. Biasanya orang atau kelompok ini sangan frontal jika terjadi perbedaan di sekelilingnya.

Bahkan tidak akan senang terhadap pemikiran pemuka agama ataupun lembaga keagamaan yang moderat. Yang ada pasti mereka akan beranggapan bahwa pemuka agama yang moderat sudah sesat dan menyesatkan.

Dari beberapa tanda-tanda di atas dapat diketahui jika seseorang tidak hanya terfokuskan menghadapi dan melawan Covid-19. Setiap masyarakat lebih-lebih pemerintahan mempunyai peran aktif dalam mewaspadai paham radikalisme. Jika semua elemen masyarakat bersinergi dan peka terhadap berbagai wacana ataupun fenomena sosial di masyarakat. Akhirnya, virus corona atau pun paham radikalisme dapat diatasi tanpa adanya korban yang terpaparnya.

Kunjungi laman kami untuk berbagi kegiatan melawan radikalisme dan penguatan pilar kebangsaan

M. Aldi Fayed S. Arief
M. Aldi Fayed S. Arief
Mukim di Bintaro, Jakarta Selatan, Pegiat Kajian Keislaman di Lingkar Pena Mahasiswa (LPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Alumni Pondok Pesantren at-Taqwa Pusat Putra, Bekasi.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru