29.7 C
Jakarta
Array

Muroqobah, Sebuah Refleksi Bahwa Allah Selalu Mengawasi Kita

Artikel Trending

Muroqobah, Sebuah Refleksi Bahwa Allah Selalu Mengawasi Kita
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Secara etimologi, muraqabah berasal dari kata dasar raqaba, yang berarti memperhatikan, menyaksikan, dan mengawasi (Rohmat, 2010). Kata muraqabah berarti pengawasan dan pemerhatian. Menurut Imam Ghazali (2016), muraqabah adalah perhatian, penjagaan, atau pengawasan diri untuk selalu mengarahkan hati kepada Allah SWT yang senantiasa mengawasi dan menjaga manusia. Ibnu Qayyim al-Jauziyah (1998) mengartikan muraqabah sebagai pengetahuan seorang hamba secara terus menerus dan keyakinannya bahwa Allah SWT mengetahui zhahir (sisi lahiriah) dan batinnya. Muraqabah merupakan hasil dari pengetahuan seseorang bahwa Allah SWT selalu mengawasinya, melihatnya, mendengar perkataannya, mengetahui amalannya di setiap waktu dan di mana pun. Sementara itu, Al-Qusyairy (2007) menyebutkan bahwa muraqabah adalah ilmu hamba dalam melihat Allah SWT. Mereka yang konsisten terhadap ilmu ini adalah yang selalu mengawasi dirinya karena mereka merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian, mereka memiliki sikap senantiasa menjaga diri agar sesuai dengan hukum-hukum Allah SWT.

Dasar mengenai pentingnya muraqabah ini berasal dari Alquran dan hadis Nabi. Dalam Alquran disebutkan,

“…Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa ayat 1).

Pengawasan Allah SWT ini bukan hanya terhadap perilaku manusia, melainkan juga isi hati mereka. Allah SWT berfirman,

“…dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang telah dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Al-Qaaf ayat 16).

Manusia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Allah SWT karena Ia pasti akan mengetahuinya. “Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui’…” (QS. Al-Imran ayat 29). Bahkan, Allah juga memerintahkan malaikat untuk mencatat gerak-gerik manusia. Ini dijelaskan pada QS. An-Infithar ayat 10-12, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Catatan malaikat ini diyakini akan ditunjukkan nanti di kehidupan akhirat.

Dalam sebuah hadis disebutkan,

“…Jibril bertanya, ‘Beritahukanlah kepadaku apa itu ihsan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak (dapat) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu…’” (HR. Muslim).

Ihsan merupakan tingkatan yang tinggi di sisi Allah SWT. Jadi, untuk mencapai ihsan, seseorang perlu memiliki sikap muraqabah.

Dalam sebuah kisah yang cukup terkenal, Umar bin Khattab ra. bertemu dengan seorang anak penggembala kambing. Umar berkata kepadanya, “Banyak sekali kambing yang kau pelihara. Semuanya bagus dan gemuk-gemuk. Juallah padaku satu ekor saja.” Anak tersebut menjawab, “Saya bukan pemilik kambing-kambing ini. Saya hanya menggembalakan dan memungut upah darinya.” Umar membalas, “Katakan saja kepada majikanmu, salah satu kambingnya dimakan serigala.” Anak tersebut terdiam sejenak lalu berkata, “Di mana Allah? Jika Tuan menyuruh saya berbohong, di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan mau menjerumuskan saya ke dalam neraka karena telah berbohong?” Kisah ini merupakan teladan mengenai muraqabah terhadap pengawasan Allah SWT yang menjadikan seseorang tidak berani untuk melakukan kemaksiatan.

Berdasarkan dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa muraqabah adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya selalu diawasi Allah SWT baik pada aspek lahiriah maupun batiniah yang menjadikan seseorang selalu mengawasi dirinya agar sesuai dengan aturan Allah SWT. Penelitian ini mencoba menelusuri muraqabah pada diri mahasiswa pascasarjana dengan menggunakan definisi tersebut.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru