26.8 C
Jakarta

MUI Minta Perkuat Islam Wasathiyah untuk Cegah Radikalisme dan Liberalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalMUI Minta Perkuat Islam Wasathiyah untuk Cegah Radikalisme dan Liberalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Ketua MUI Pusat, KH Sholahuddin Al-Aiyub sampaikan komitment MUI perangi ideologi menyimpang, termasuk radikalisme. Pihaknya menyampaikan bahwa Islam wasathiyah menjadi solusi dari pemahaman menyimpang radikalisme dan liberalisme.

“Radikalisme (al-ifrath) dan liberalisme (at-tafrith) agama telah mendistorsi (menyimpangkan) pemahaman agama. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah dan upaya untuk mengembalikannya ke jalan yang lurus, yaitu mengembalikan ke Islam Wasathiyah, ” kata Kiai Aiyub pada Seminar Nasional Penanggulangan Radikalisme dan Intoleran di Indonesia yang dihelat MUI Provinsi Riau, Kamis (29/09).

Radikalisme agama sendiri menurutnya menyimpang karena memahami nash agama hanya berpegang pada nash secara zhahir (manthuq an-nash) dan mengabaikan nash secara substansi (mafhum an-nash).

Hal ini, kata dia, menimbulkan pemahaman yang kaku dan pengamalan berlebihan terhadap ajaran agama. Sering pula disertai upaya mengubah tatanan pemahaman agama yang sudah ada.

Mereka yang terpapar radikalisme juga seringkali menganggap bid’ah orang yang berbeda pemahaman dengan kelompoknya, sehingga menimbulkan ekspresi keagamaan yang intoleran.

Adapun liberalisme agama, lanjut Kiai Aiyub, dianggap menyimpang karena meyakini bahwa nash adalah teks terbuka yang siapapun bebas untuk menafsirkan atau menakwilkannya tanpa memperhatikan sistem dan metodologi yang telah diformulasikan oleh para ulama.

BACA JUGA  Punya Ideologi Kuat, HTI Sulit Ditumbangkan

Mereka ini biasanya beralasan bahwa ajaran agama mesti sesuai dengan kemaslahatan. Sehingga apabila nash bertentangan dengan maslahat, nash lah yang harus ditinggalkan.

“Padahal menurut para ulama, jika nash bertentangan dengan kemaslahatan maka nash harus dimenangkan dan didahulukan. Karena jika bertentangan, kemaslahatannya itulah yang bersifat asumtif dan semu (maslahah mauhumah), ” terang Kiai Aiyub.

Kiai Aiyub melanjutkan, pemahaman kelompok ini sangat berbahaya karena dapat merobohkan pilar-pilar epistemologis ajaran Islam sehingga menimbulkan keraguan umat terhadap akidah dan syariat Islam serta menjerumuskan ke dalam kesesatan.

“Maka jalan keluarnya adalah Islam Wasathiyah, yaitu pemahaman agama yang sesuai dengan paham Ahlu Sunnah wal Jama’ah, ” ujar Kiai Aiyub.

Selanjutnya, Kiai Aiyub memaparkan ciri Islam Wasathiyah di antaranya: pemahaman agama yang tetap berpegang pada metodologi pengambilan hukum (manhajiy), tetap dinamis (tathawwuriy), tetap mengedepankan paham moderat dalam memahami ajaran agama (tasamuhiy), dan menjauhkan dari pemahaman agama yang ekstrem (tawasshuthiy).

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru