31.3 C
Jakarta
spot_img

MUI dan BNPT Kayak Tom & Jerry, Perlukah Keduanya Dibubarkan?

Artikel Trending

Milenial IslamMUI dan BNPT Kayak Tom & Jerry, Perlukah Keduanya Dibubarkan?
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bingung untuk menentungan siapa yang benar dan siapa yang salah antara Tom & Jerry, karena keduanya sama-sama usil dan saling ganggu ketika rebutan sesuatu. Sementara itu, penonton terhibur mengetawakan mereka. Apakah kita juga akan jadi penonton dan merasa lucu dengan rutinitas percekcokan MUI dan BNPT? Mengapa MUI yang mengklaim representasi ulama cenderung tidak dewasa? Mengapa BNPT yang representasi kontra-radikalisme seperti tumpul?

Terbaru, Sekjend MUI Amirsyah Tambunan mengkritik lima ciri penceramah radikal yang BNPT sampaikan menyusul pidato Jokowi ihwal larangan mengundang radikalis jadi penceramah. Sebelumnya, Amirsyah mewakili MUI juga mengkritik BNPT terkait terorisme di internal MUI. Sebelum itu, MUI juga pernah mengkritik BNPT mengenai masalah pesantren yang terafiliasi terorisme. Sementara BNPT dianggap grasah-grusuh, dan MUI bersikap ganjen di hadapan publik.

Apakah mereka, MUI dan BNPT, tidak menyadari bahwa di punggungnya ada amanah yang besar? MUI, meskipun ia hanya LSM dan fatwanya tidak mengikat, namun masyarakat telah memandangnya sebagai otoritas yang sah. Apalagi anggota dan jajaran pengurusnya bukan orang yang tak berpendidikan. Tetapi mengapa selama ini MUI suka berpolemik? Apakah mereka tidak cukup cerdas untuk memahami, bahwa percekcokan dan kegaduhan akan mencitraburukkan ulama dan—secara umum—Islam?

Di sisi yang lain, BNPT mesti memperbaiki cara komunikasi mereka. Ketika bersentuhan dengan term-term sensitif, seperti “pesantren terorisme” dan “penceramah radikal”, BNPT sudah harus punya garansi dari elemen lain, misalnya NU, Muhammadiyah, bahkan MUI, untuk mengumumkan ke publik atas dasar kesepakatan bahwa kebijakan tersebut murni demi NKRI. Sehingga tak ada kesalahpahaman antarsatu sama lain. BNPT tak perlu merekrut kiai di internal. Bukan itu masalahnya. Ini harus dipahami.

Idealnya, dari MUI, masyarakat punya harapan yang bagus, agar gerak keumatan terarah. Sebagai organisasi lintas ormas, seharusnya MUI jadi otoritas paling disegani karena apa pun yang mereka umumkan ke publik merupakan hasil mufakat. BNPT juga demikian. Darinya masyarakat berharap, masalah radikalisme dan terorisme di negara ini kelar sehingga tercipta damai. Sekarang jika keduanya keluar dari bentuk idealnya, haruskah MUI dan BNPT dibubarkan?

Islam dan Kontra-Narasi

Apa yang saya katakan barusan adalah posisi adil, bahwa MUI dan BNPT, dengan tanggung jawabnya yang besar, harus saling melihat diri sendiri, kembali ke cita-cita idealnya. Jadi jelas, di sini tidak hendak menegaskan bahwa keduanya sudah tidak diperlukan oleh negara. Justru, MUI dan BNPT memegang perang penting untuk masalah-masalah keislaman dan keindonesiaan. Ini perlu dicatat. Hanya dengan menyadari cita ideal tadi, MUI dan BNPT bisa berbenah satu sama lain.

MUI memiliki tugas untuk Islam. Sementara itu, BNPT memiliki tugas untuk mengonter narasi yang berbahaya bagi Islam. Degan demikian, di atas gelanggang kontra-narasi, BNPT punya wewenang yang beririsan dan peluang sinergitas dengan MUI. Ini jelas. Nontafsir. MUI yang mengawal, BNPT yang menjaga keamanan. Harusnya begitu. Islam rentan dimanipulasi oleh kepentingan politik tertentu, dan kontra-narasi merupakan penanganannya.

BNPT sama sekali tidak punya agenda deislamisasi. Ia bukan lembaga negara yang sengaja dirancang oleh pemerintah untuk menghancurkan Islam. Selain karena di internal BNPT ada juga ulama, seperti Habib Luthfi misalnya, yang mereka lakukan selama ini justru untuk memperjelas garis-garis manipulasi oleh para manipulator radikal, lalu mengumumkannya ke publik agar masyarakat paham bahwa ancaman itu nyata. Sebagai contoh, fakta tentang sebuah pesantren yang terafiliasi teroris.

BACA JUGA  Menelisik Kemunculan HTI ke Ruang Publik, Benarkah NKRI Terancam?

MUI juga demikian. Namun kenapa keduanya sering kali terlibat bentrok dalam hal kebijakan? Untuk memahami ini, mau tidak mau kita harus melihatnya dari kacamata politik. Secara politis, polemik MUI dan BNPT kerap kali bersinggungan dengan partisipan politik tertentu. Hal itu yang kemudian memantik gesekan dan melupakan tugas ideal. Islam dan kontra-narasi jadi tidak bersinergi, sehingga MUI dan BNPT jadi mirip Tim & Jerry.

Titik Terang MUI dan BNPT

Sebelum menjawab pertanyaan yang ada di judul, tentang pentingkah MUI dan BNPT dibubarkan, titik terang atas semua ini mesti diuraikan. Atas apa yang telah diuraikan tadi, tampak bahwa kegaduhan MUI dan BNPT memiliki faktor kompleks, dan itu tidak bisa diabaikan Ketika berbicara tentang keduanya. Sedikitnya ada tiga faktor mengapa MUI dan BNPT sering berantem seperti Tom & Jerry.

Pertama, oknum berkepentingan. MUI sebagai organisasi yang berisi banyak kalangan, rentan untuk jadi sarana bagi oknum yang memiliki kepentingan tertentu. Sementara, di internal, struktur kepengurusan saling tarik-menarik ke arah yang berlawanan. Mereka yang pro-PA 212 akan menyeret MUI ke politik populisme, dan yang pro-khilafah akan menjadikannya sarang teroris. Namun sekali lagi, itu bersifat oknum, dan setiap oknum bersiasat sesuai kepentigannya sendiri.

Kedua, pelintiran kebencian. Ini bersifat eksternal, namun intrik dan dampak buruknya sangat nyata. Selain karena media mainstream yang menganut mazhab “bad news ia good news”, para aktivis khilafah di seantero negeri tidak pernah membiarkan negara ini damai. MUI dan BNPT ada dalam radar provokasi mereka. Mereka memelintir kebencian antarkedua pihak, sehingga masyarakat tersuguhi kegaduhan. Kegaduhan yang lahir dari pelintiran kebencian, hoaks, dan aksi singgung-ketersinggungan.

Ketiga, infiltrasi MUI. Mengapa MUI membiarkan anggotanya yang bermasalah meskipun ia membahayakan MUI itu sendiri? MUI punya Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET), tetapi kenapa masalah ini tidak juga terselesaikan? Semuanya karena kesalahan dari awal: infiltrasi. Tentakel radikalis di MUI mustahil hanya sedikit, dan Amirsyah Tambunan hanya salah satu dari mereka. Mereka kuat di internal, siapa yang bisa merombak struktur?

Itulah titik terang dari rutinitas percekcokan ini. MUI ganjen ke BNPT, sementara BNPT terlalu birokratis untuk melakukan kontestasi wacana ke khalayak publik. Karenanya, keduanya sama-sama perlu berbenah. MUI dan BNPT wajib fokus ke cita-cita awal mengapa mereka didirikan.

Jika MUI sudah dan tetap jadi lumbung provokasi, dan pengurusnya sudah bermental seperti Amirsyah Tambunan semua, atau jika BNPT tetap terlalu birokratis dan elitis dalam setiap kebijakannya, dan mereka semua tidak ada yang mau evaluasi, maka terhadap pertanyaan di judul, jawabannya adalah: jelas.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru