Harakatuna.com – Tertangkapnya para teroris selama bulan Ramadan berpotensi terjadinya teror pas menjelang Idulfitri. Ini mengingat kebiasaan sejarah menjelang Idulfitri selalu terjadi teror di pos-pos penjagaan jalur mudik. Selain itu, tempat-tempat yang strategis dan ramai banyak orang, biasanya menjadi target teroris. Seperti pasar, mall, dan lain-lain. Maka itu, aparat keamanan dan masyarakat tidak boleh lengah dan terus bersinergi dalam menekan penyebaran teror.
Target Teror
Mereka mencari tempat-tampat ramai, karena selain tujuannya sebagai bentuk teror, teroris juga menginginkan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan cara-cara aksi teror dan kekerasan. Hal tersebut sebaris dengan dasar visi utamanya, yaitu ingin menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara kontan lewat kekeraan dan aksi-aksi yang ekstrem.
Mereka melakukan cara apa pun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka. Karena itu, teroris sangat membahayakan akan keselamatan masyarakat di Indonesia.
Mereka tidak tahu akan bulan puasa dan identitas. Puasa yang dianggap sakral dan menyimpan berjuta-juta kebaikan, karena bisa meningkatkan ketakwaan dan jumlah pahala, bagi teroris itu dihilangkan dan malah dijadikan sebagai bulan penuh jihad.
Di mata teroris, siapapun yang tidak sejalan dengan ideologi keagamaan dan kenegaraannya, baginya harus dibinasakan karena dianggap menjegal tujuan utamanya: yaitu menegakkan syariat Islam. Di dadanya, yang ada hanya ingin memecah belah persatuan bangsa Indonesia.
Tidak Bertobat
Meski dalam bulan Ramadan ini, beberapa teman-temannya sudah ditangkap, namun hal tersebut tidak menyurutkan rasa takut mereka dan kembali mencari ke jalan yang benar. Justru dengan tertangkapnya teman-temannya, menjadi pemicu utama untuk melakukan berbagai serangan dan teror.
Mereka percaya bahwa dengan meneror (jihad) meraka akan diangkat derajatnya. Mereka memiliki suatu kepercayaan, bahwa bila melakukan ‘amaliyah’ (aksi teror) di bulan Ramadan, kalau mereka bomber, mereka meninggal dalam keadaan syahid. Para teroris seperti telah siap dengan keyakinan surga sebagai balasannya.
Jika dilihat skalanya, para peneror tak pernah ragu untuk mengebom dan menembak polisi, padahal mereka adalah pengayom masyarakat. Jadi ini yang harus selalu diperhatikan oleh negara dan umat sekitar.
Tingkatkan Kewaspadaan
Selama mudik, negara mungkin perlu memastikan beberapa pos-pos di jalan tidak hanya sekadar mengamankan pemudik di bulan suci ini. Namun juga agar tidak ada lagi peristiwa pengeboman yang selalu terulang menjelang Idulfitri ini, sehingga kedamain dan rasa kemenangan tidak benar-benar menjadi fitrah. Akhirnya, momen Idulfitri menjadi rusak.
Oleh karena itu, kita harus tetap terjaga dalam kesadaran akan terorisme. Selama mudik, jika ada hal-hal dan sesuatu yang mencurigakan, berikanlah informasi kepada pihak berwajib. Agar teror tidak terjadi dan terorisme segera berhenti. Dan kita selamat dari ancaman serta bisa menyelamatkan banyak orang.
Ingat, kaum radikal akan terus menjadi radikal tergantung situasi yang menerpa dirinya. Karena itu, kita harus waspada akan paham dan sirkel yang menjungjung nilai-nilai terorisme. Selama mudik ini, kita wajib waspada, berhati-hati atas ancaman-ancaman aksi terorisme menjelang perayaan Hari Raya Idulfitri ini. Selamat mudik, pembaca Harakatuna.com.