33 C
Jakarta
Array

Motivasi Paling Besar Seorang Penulis

Artikel Trending

Motivasi Paling Besar Seorang Penulis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebuah pengalaman menarik datang dari seorang kawan yang tengah menekuni dunia literasi. Kata dia, aktivitas menulis itu sebenarnya mudah, asalkan ada motivasi. “Lalu apa motivasi paling besar yang membuatmu bisa menulis?” tanyaku padanya. Dan dengan tegas ia menjawab “Motivasiku adalah Cinta”.

Ia pun melanjutkan, dengan cinta kita bisa menulis apa saja secara bahagia dan terbuka. Ibarat seseorang yang sedang kasmaran, dia juga akan bisa mengungkapkan segala hal mengenai kekasihnya. Dan semua ungkapan itu sudah pasti berisi kebaikan. Sampai saat ini, tidak ada cerita orang jatuh cinta lalu menghujat kepada sesuatu yang dicintainya.

Sebagian orang mungkin menganggap itu sebagai hal yang berlebihan, tetapi saya pikir tidak ada salahnya juga. Tanpa cinta sebuah ilmu hanya akan menjadi riak yang membahayakan diri dan orang lain. Bagaimana tidak, Nabi memberi pengibaratan jika ilmu adalah cahaya yang terang. Akan tetapi perlu dipahami juga cahaya itu dibawa oleh siapa, berasal dari mana dan untuk apa.

Motivasi Menulis

Ditangan orang-orang yang penuh cinta, cahaya itu akan menjadi penerang dalam kegelapan. Cahaya itu juga bermanfaat tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain yang menjadi kekasihnya atau bahkan juga pengikutnya.

Tetapi sebaliknya, ditangan orang-orang yang penuh dengan kebencian, cahaya itu bisa jadi dimanfaatkan untuk membuat orang lain buta. Seperti sebuah senter yang diarahkan kepada organ mata secara terus menerus tanpa jeda.

Begitu pula ilmu, ditangan kaum sufiyah (penuh cinta) tentu akan bisa menjadi penuntun dan penyejuk kehidupan manusia dan juga alam semesta. Tetapi yang demikian itu tidak akan terjadi manakala ilmu seseorang telah merasa memiliki “senter” yang terang, sehingga ia memaksa semua orang untuk melihat cahayanya.

Dari hal itu dapat diambil sebuah pelajaran. Bahwasannya, tulisan yang dibuat dengan penuh cinta akan menghasilkan narasi dan pemahaman yang menyejukkan. Hal ini perlu dikembangkan untuk mengikis segala ajaran yang memuat kebencian kepada hal-hal yang tidak semestinya. Masyarakat berhak mendapat kualitas hidup yang nyaman dan damai tanpa narasi yang menyesatkan dan doktrin yang berakibat pada permusuhan. Jadi, inilah urgennya motivasi menulis karena cinta.

Menulis Karena Cinta

Melanjutkan cerita kawan saya di atas. Sebagai seorang muslimah yang gemar menulis ia tentu juga pembaca ulung. Saya pun bertanya mengenai tips supaya rajin membaca sepertinya. Hampir tiap minggu ia pasti membawa buku baru dengan berbagai genre. Dan ketika saya tanya, lagi-lagi jawabannya pun tidak jauh-jauh juga dari cinta. Pembaca pasti sudah menebak apa jawaban dia, kan?

Ya, ia menjawab : rindu. Menurutnya, sebuah buku atau bahan bacaan adalah sesuatu yang patut dirindukan. Sebagaimana orang yang sedang menaruh perhatian pada sesuatu atau orang lain. Ia pasti akan mencari tahu secara detil mengenai apapun yang berkaitan tentang sesuatunya itu.

Pada tingkatan seperti itu lah akan muncul benih-benih rindu terhadap buku. Dan bila rasa sudah dipenuhi rindu, maka segala sesuatu akan tampak seperti “kamu”. Begitulah kawan saya mengibaratkannya dengan ungkapan remaja kekinian. Heuheu~

Maka, jika sedari awal telah ada niatan untuk menebarkan ghirah (semangat) berliterasi konsekuensinya tentu juga harus menekuni hal-hal yang menjadi syarat rukun dan sahnya. Apa itu? Yakni haus akan ilmu dan rindu terhadap bacaan serta buku. Jika sudah begitu, tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri dengan situasi agar bisa istiqomah menjaga hati (niat).

Terlepas dari itu semua, ada satu alasan dari kawan saya itu yang membuat catatan ini menjadi penting, setidaknya menurut saya pribadi. Ia bercerita bahwa semua ketekunannya itu sebenarnya berangkat dari sebuah keprihatinan mendalam. Tentang maraknya liberalisasi informasi ataupun narasi benci yang berpotensi “membodohi” umat agar berkhianat kepada Negara yang sudah sejak lama berdaulat. []

*) Muhammad Farid, Pengurus PAC GP Ansor Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru