27.3 C
Jakarta
Array

Motivasi Kuat, Lahirnya Karya Hebat

Artikel Trending

Motivasi Kuat, Lahirnya Karya Hebat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dari sebagian banyak orang yang aktif dalam dunia tulis menulis terkadang hanya sekadarnya saja tanpa tujuan yang tulus dan pasti. Bahkan, kegiatan menulis kadang kala ditujukan untuk mencari ketenaran (keuntungan popularitas) atau mencari uang (keuntungan finansial), sehingga ketika tujuan tak segera didapatkan, dia akan berhenti menulis dan merasa putus asa.

Lebih parahnya lagi, seseorang justru lebih mudah berhenti karena keuntungan popularitas dan keuntungan finansial sudah didapatkan. Dua sisi keuntungan tersebut sudah seharusnya tidak dijadikan tujuan awal kesuksesan seseorang dalam menulis, sebab pada prinsipnya menulis adalah menuangkan gagasan atau ide ke dalam sebuah tulisan.

Maka timbul satu pertanyaan dibenak kita, apakah tujuan menulis hanya sampai pada tahap itu saja? Padahal sering kita dengar, menulis merupakan kegiatan mulia yang mempunyai manfaat besar bagi pembaca maupun pelakunya. Lantas, pantaskah kegiatan mulia ini dinodai dengan kepentingan pribadi? Maka hal inilah yang harus direnungkan untuk menentukan langkah pertama dalam menulis sebuah karya.

Memang tidak salah berniat melakukan kegiatan mengurai kata sebagai ladang rezeki atau memperoleh popularitas diri. Namun, yang seseorang harus diwaspadai, adalah tujuan semacam ini dapat menghambat semangat menulis di kemudian hari. Akhirnya, semangat menulis mudah terbakar dengan api kemalasan yang hanya memikirkan feedback-Nya.

Menulis; Financial Oriented?

Pada umumnya, orang bekerja untuk menghasilkan keuntungan. Jika keuntungan tak lagi didapatkan dari satu pekerjaan, maka dia akan beralih ke pekerjaan lainnya. Begitupun dengan menulis. Jika kegiatan ini dianggap tujuan sebagai ladang mencari nafkah, motivasinya akan hancur saat karyanya tak lagi bisa memberi keuntungan baginya.

Motivasi jangka pendek ini tak bisa digunakan untuk menulis. Bagaikan bangunan, motivasi ini bagaikan konstruksi yang rapuh. Semegah apapun rumahnya pasti mudah tumbang karena lemahnya kerangka. Sehebat apapun dia dalam menulis, risiko berhenti dari kegiatan itu sangatlah besar.

Kebanyakan penulis pemula tidak mengetahui apa tujuan abadi mereka menulis. Kalaupun ada yang memiliki, itu hanya dilakukan beberapa hari saja, sehingga menulis tidak mereka lakukan secara konsisten karena seringnya kehilangan semangat di tengah perjalanan menyusun kata-kata. Faktor keuntungan hanya menjadi tujuan semata hingga menyulitkan penulis sulit menuangkan ide.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan perubahan arah tujuan yang telah ditanamkan. Kita dapat menggantikan niat mencari popularitas dengan niat menyebarkan ilmu pengetahuan. Mewariskan ilmu kepada anak cucu kita yang kelak menjadi pengatur peradaban selanjutnya. Selain itu, dengan berbagi ilmu kita akan mendapatkan kemuliaan yang besar di mata agama.

Tata Niat Menulis

Dengan hakikat tujuan seperti itu, kita dapat menjadikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan. Tidak mudah kecewa walaupun tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya. Kita hanya memiliki satu fokus, yaitu untuk berbagi ilmu bukan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya hanya membuat kita tidak produktif menulis karena pikiran kita yang kerap pragmatis dan instan.

Maka hal yang paling menyenangkan adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain. Kita merasa gembira dan menemukan semangat baru, terlebih jika tulisan itu mampu memberikan perspektif baru bagi pembaca. Dan bisa saja tulisan kita dapat merubah tabiat buruk seseorang. Bukankah hal itu lebih berharga dari sekedar popularitas semata? Tentu hal itu sebuah kebanggaan besar yang belum tentu didapatkan oleh orang lain.

Asalkan dengan niat seperti ini, saya yakin semua orang dapat melakukannya. Karena semua orang mempunyai ilmu dan potensi masing-masing sesuai bidang yang dikuasainya. Tentu semua orang bisa berbagi, mengabadikan gagasan dalam secarik kertas, sehingga menulis akan terus hidup akibat semangat berbagi ilmu.

Para petani bisa membagikan ilmu bercocok tanam yang bagus. Begitu pula para peternak bisa membagikan teknik pemeliharaan hewan. Kaum akademisi bisa mengajarkan ilmu yang diperoleh dari instansi pendidikannya. Semuanya bisa berbagi ilmu dengan menulis dan saling melengkapi menjadi satu kesatuan ilmu yang luas dipelajari oleh banyak kalangan.

Membangun Semangat Menulis

Yakinlah sependek apapun tulisan yang kita buat, selagi ditujukan untuk memberikan manfaat dan ditulis dari hati yang paling dalam, maka tulisan itu akan berguna bagi banyak orang. Kalaupun belum memberi manfaat di waktu sekarang, mungkin tulisan kita dapat menginspirasi generasi di masa depan.

Sudah banyak tokoh yang membuktikan akan kesakralan menulis. Ulama-ulama Muslim klasik sering didoakan sampai sekarang karena tulisannya. Begitu juga, terciptanya peralatan modern yang kita kenal berkat gagasan yang dikemukakan ilmuan tempo dulu. Gagasan mereka dikembangkan dan menghasilkan produk yang berguna bagi umat manusia.

Sampai sekarang, masih banyak tulisan-tulisan masa lalu yang terus dipelajari. Maka tak menutup kemungkinan, apa yang kita sampaikan sekarang dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Karya kita dapat menjadi rujukan dan menjadi produk hebat karena dikembangkan oleh ilmuan di masa depan.

Mengutip perkataan Pramoedaya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadiaan.” Maka bangunlah semangat menulismu dari sekarang. Ciptakan banyak karya untuk bekal keabadianmu di masa depan.

*Penulis, adalah Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Pegiat Literasi di Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi’ien Yogyakarta.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru