29.5 C
Jakarta

Minimnya Pemahaman Agama Mudahkan Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalMinimnya Pemahaman Agama Mudahkan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta — Saat ini tentunya sangat penting bagi civitas akademika dan dunia kampus untuk tidak lagi mengabaikan adanya potensi paham intoleransi dan radikalisme yang mudah menyusup dan menginfiltrasi mahasiswa. Apalagi jika paham tersebut dibungkus dengan berbagai aktivitas yang ada di kampus. Itu semua disebabkan minimnya pemahaman Agama.

Pencegahan tentunya menjadi sangat penting dilakukan untuk menjaga lingkungan pendidikan utamanya di lingkungan kampus, agar terhindar dari penyebaran paham intoleransi dan radikalisme.

Guru Besar Bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Achmad Mubarok mengatakan sesungguhnya ideologi transnasional sangat mudah masuk ke kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan kurangnya para mahasiswa itu dalam mempelajari ilmu agama.

Dan untuk mengatasi hal tersebut khususnya kepada generasi muda mahasiswa adalah dengan cara memperbanyak diskusi terbuka dan seminar-seminar yang lalu dimuat di media massa.

“Nah tentunya dari situ nantinya akan keliatan sendiri karena khilafah versi mereka (kelompok penyebar paham intolerasni dan radikalisme) itu sebenarnya bukan konsep Islam, melainkan konsep khilafah politik,” ujar Prof Achmad Mubarok, di Jakarta, Rabu (23/9).

Karena menurut pria kelahiran Purwokerto, 15 Desember 1945 tersebut sesungguhnya konsep khilafah yang diusung oleh kelompok-kelompok tersebut bukanlah konsep khilafah yang berasal dari Alquran. Karena konsep khilafah yang ada di Alquran adalah khilafatullah fil ardh,  yang mana ‘manusia adalah wakil Allah di muka bumi yang berkewajiban untuk membumikan nilai-nilai kebenaran.’

“Nah itu khilafatullah sesungguhnya, bukan khilafah politik. Dan khilafah politik sebetulnya muncul karena adanya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada,” tutur mantan anggota MPR RI periode 1999-2004 tersebut.

BACA JUGA  BAPPENAS Akan Tingkatkan Pembangunan Keagamaan Masyarakat

Radikalisme, Khilafah dan Pemahaman Agama

Achmad  Mubarok melanjutkan bahwa sebetulnya ideologi khilafah berasal dari kekecewaan politik di Timur Tengah yang kemudian menyebar keluar ke berbagai negara. Tapi menurutnya ideologi khilafah itu sendiri sebetulnya adalah utopia yang sulit terjadi, yang mana sesungguhnya juga tidak perlu ditanggapi serius karena tidak mungkin berdiri.

“Itu adalah utopia, mimpi. Mereka yang menyebarkan paham ini pada umumnya adalah orang yang tidak paham agama, atau orang yang tidak memiliki wawasan kebudayaan sehingga tidak bisa membedakan khalifatullah dengan khilafah politik,” ujar Achmad.

Untuk itu, menurut mantan Ketua Dewan Juri Keluarga Sakinah Nasional ini bahwa masyarakat perlu untuk diajak belajar dan berpikiran terbuka terkait dengan adanya ideologi khilafah tersebut. Termasuk juga diskusi-diskusi bagi kalangan mahasiswa terkait hal ini juga harus dilakukan terbuka untuk membuka wawasan para mahasiswa tersebut.

“Jadi kalau dibicarakan terbuka justru hal ini tidak akan tumbuh, tetapi kalau dikejar-kejar itu justru akan tumbuh karena mereka merasa dizalimi,” ucapnya.

Generasi muda khususnya para mahasiswa menurut Achmad Mubarok juga perlu untuk memperbanyak wawasan-wawasan yang bernuansa amaliyah sebagai upaya untuk membentengi diri dari pengaruh ajaran atau paham yang menyesatkan..

”Jika banyak wawasannya dan beramaliyah maka kemudian tidak akan mudah terjerumus kepada pemahaman ruang yang sempit yang dapat mengarah kepada intoleransi dan radikalisme. Ini juga sebagai upaya agar paham-paham tersebut juga tidak tumbuh di lingkungan kampus,” katanya mengakhiri.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru