Harakatuna.com. Jenin – Pada Selasa, 4 Maret 2025, militer Israel mengonfirmasi bahwa pasukannya telah membunuh Aysar al-Saadi, seorang komandan militer Hamas, dalam baku tembak yang terjadi di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki. Kejadian ini berlangsung saat serangkaian serbuan militer Israel yang berlanjut, yang telah mengakibatkan puluhan ribu warga Palestina mengungsi dari rumah mereka.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel menjelaskan bahwa al-Saadi, yang merupakan kepala kelompok militan Hamas setempat, tewas saat pasukan Israel “memperluas operasi kontra-terorisme” di bagian utara Tepi Barat, khususnya di area Jenin. Pasukan Israel telah meningkatkan tindakan militer mereka di wilayah tersebut sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menanggulangi ancaman dari kelompok militan Palestina.
Hamas mengungkapkan rasa duka cita atas kematian al-Saadi dan menyebutnya sebagai komandan di sayap bersenjata mereka, Brigade Izz al-Din al-Qassam. Meskipun al-Saadi telah tewas, masih belum jelas seberapa besar dampaknya terhadap kekuatan militan Hamas. Militer Israel sebelumnya juga telah membunuh Waseem Hazem, pendahulu al-Saadi, pada akhir tahun lalu, namun kelompok tersebut tetap dapat bertahan.
Sejak Januari 2025, Israel meluncurkan operasi besar-besaran menargetkan militan Palestina dengan serbuan di sejumlah kota, termasuk Jenin dan Tulkarm. Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 40.000 warga Palestina telah mengungsi dari rumah mereka akibat serbuan ini. Banyak dari mereka berlindung di kota-kota dan desa-desa terdekat, menambah jumlah pengungsi dalam gelombang terbesar yang terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa dekade terakhir.
Meskipun militer Israel menyatakan bahwa mereka tidak berniat menggusur warga Palestina, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pada bulan lalu bahwa ia telah memerintahkan militer untuk mencegah para pengungsi kembali ke rumah mereka. “Kami mempersiapkan diri untuk tetap berada di daerah yang telah kami kuasai setidaknya beberapa bulan,” ujar Katz.
Para pemimpin Israel menjelaskan bahwa kampanye ini bertujuan untuk menanggulangi kelompok-kelompok bersenjata Palestina seperti Hamas yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir, sementara Otoritas Palestina yang didukung internasional hampir tidak terlibat dalam pertempuran tersebut. Keputusan ini muncul setelah serangan besar-besaran yang dipimpin oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang di Gaza dan menambah ketegangan di Tepi Barat.
Di sisi lain, serbuan militer Israel semakin memperburuk keadaan bagi warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat. Sejak serangan 7 Oktober, lebih dari 800 warga Palestina, termasuk ratusan warga sipil, telah tewas di wilayah tersebut, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Warga Palestina biasa yang terjebak dalam serangan ini mengalami penderitaan yang mendalam, dengan situasi yang semakin memburuk seiring berjalannya waktu.