29.7 C
Jakarta
Array

Mewaspadai Wahabisme di Media Sosial

Artikel Trending

Mewaspadai Wahabisme di Media Sosial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah mafhum, kehadiran teknologi telah menjadikan manusia buta akan realitas. Eksistensia manusia modern berintegrasi dengan teknologi dalam relasinya. Kemudahan informasi bukan lagi sesuatu yang mesti perlu diapresiasi semata, melainkan juga perlu diwaspadai. Hal ini disebabkan maraknya radikalisme, atau merebaknya doktrin wahabisme, paham wahabi.

Eksistensi Teknologi

Benar, pada era modernisasi dan globalisasi ini, manusia tak ubahnya berada dalam dunia teknologi. Hampir dalam keseharian hidupnya, manusia melibatkan teknologi. Dengan teknologi itu, aktifitas manusia menjadi lebih mudah, kompleks, dan efisien. Don Ihde (1934), seorang filsuf teknologi Amerika mengatakan bahwa, teknologi turut menentukan eksistensi manusia.

Faktisitas eksistensi manusia selalu berhadapan dengan dua kemungukinan situasi eksistensial, yaitu mengalami otentisitas atau inotentisitas.  Sejak awal, Martin Heidegger (1889-1976) salah seorang filsuf Jerman, telah mengatakan dengan penjelasan-penjelasan fundamental tentang manusia dan teknologi. Melaui filsafat fenomenologinya, Heidegger memberikan pemahaman dasar tentang manusia dan teknologi.

Bagi Heidegger, teknologi telah menjadi ‘dunia’ bagi manusia. Dalam konteks relasinya dengan teknologi, manusia adalah dia yang menduniakan teknologi. Ia Ada—dalam dunia—teknologi. Dengan kata lain teknologi merupakan ‘medan’ manusia bereksistensi. Bila teknologi menjadi dunia bagi manusia modern, maka tantangan terbesar di era informasi teknologi (IT) ini adalah bagaimana merespon dan menyikapi ragam informasi yang ada dalam produk-produk teknologi seperti media sosial. Sebab, setiap orang bisa membuat informasi sendiri sesuai kepentingannya melalui media sosial seperti; blog, website, twitter, facebook dan lain sebagainya. Memposting informasi melalui media sosial lebih efesien daripada melalui media cetak atau yang lainnya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa IT saat ini, khususnya teknologi internet telah menjadi teknologi yang mempunyai akses yang seimbang untuk umat manusia, karena website, twitter, facebook dan blog memberikan suatu pelayanan informasi yang mudah dan efektif.

Namun, efesiensi dan efektiftas teknologi itu, tidak pernah disadari bahwa hal itu merupakan gempuran kepentingan-kepentingan global dan kapitalis lewat kenyamanan dalam berkomunikasi atau mengkreasikan diri lewat IT. Tak ada yang bisa melawan keberadaan IT kecuali dengan menjaga diri, agar jangan sampai dikuasai IT.

Dakwah Wahabi

Pola hidup serba instan yang disuguhkan oleh penguasa teknokrasi, membuat masyarakat lupa diri dan membawa manusia semakin terlempar pada posisi awal kesadaranya, dan menganggap apa yang datang dari IT sebuah hakikat. Padahal, hal itu sengaja dibuat oleh kepentingal global dan kapitalis untuk membatasi ruang-ruang kreasi dan intelegensia manusia. Melalui teknologi ini, manusia bisa menikmati apa yang diinginkan secara mudah dan instan. Jika sudah demikian, kebergantungan pada produk-produk teknologi semakin tinggi.

Kompleksitas pengaruh teknologi dalam kehidupan manusia juga bermuara pada dunia pendidikan. Banyak masyarakat, pelajar, dan mahasiswa yang dalam menjalankan studinya bergantung pada teknologi. Misalnya dalam mengakses referensi mata kuliah dan pelajaran serta informasi. Padahal, orang yang mengunggah referensi atau informasi dalam media sosial belum tentu terdiri dari orang-orang yang kompeten dalam bidangnya, seperti postingan tentang pemikiran dan ajaran-ajaran islam.

Mereka yang mengunggah bisa saja terdiri dari orang-orang Wahabi, Syi’ah , liberal dan lain sebagainya. Tentu  saja jika dari kelompok Wahabi yang mengelola blog dan website yang ada di internet, maka akan mengisinya dengan ajaran islam ala Wahabi, dan jika kelompok liberal yang mengelolanya maka akan diisi dengan pemikiran Islam liberal. Jika ini yang terjadi, maka menjadi sesuatu yang membahayakan apabila dikonsumsi mahasiswa atau pelajar Nahdlatul Ulama (NU) yang terbatas pengetahuan keagamaanya. Ia bisa terseret oleh konsepsi islam yang ada di internet.

Semakin canggihnya teknologi dewasa ini, kita juga perlu berhati-hati dalam mengakses informasi-informasi dan artikel di media sosial tersebut agar tidak terjebak pada hegemoni ideologi kelompok tertentu. Karena jika kita menggunakan pendekatan teori analisis framing, maka informasi yang ada di media-media sosial itu tidak akan jauh dari kepentingan pemiliknya.

Media Sosial Sebagai Target

Untuk menjalankan misinya, biasanya informasi-informasi yang diposting ke dalam blog atau website akan dibingkai sedemikian rupa agar pesan dakwahnya mudah terserap oleh pembacanya. Jika yang membuat dari kelompok islam fundamental, maka yang diposting dalam blognya tentu ajaran-ajaran islam fundamental, dan jika yang membuat orang-orang islam liberal, maka isi blognya tentu tentang gagasan keislaman kelompok liberal, dan begitu seterusnya.

Pada era IT ini, media sosial merupakan instrumen paling efektif dan efesien dalam melakukan dakwah. Da’i-da’i mereka tidak perlu datang ke kampung-kampung untuk berdakwah, tapi cukup dengan memposting ajaran-ajaran mereka ke media sosial, maka akan dibaca oleh manusia seantero dunia.

Seringkali kita jumpai blog-blog yang berisi artikel tentang pemikiran-pemikiran keagamaan namun banyak diisi oleh kelompok-kelompok Islam garis keras (fundamental), wahabi dan liberal. Banyak artikel keagamaan tapi secara konsetual bertentangan dengan ahlussunnah seperti tentang jihad dan pentingnya khilafah di Indonesia.

Jika kita tidak jeli dalam menyeleksi ragam artikel atau informasi di internet akan berkesimpulan bahwa itu adalah yang benar dan yang benar adalah yang di internet. Fakta ini seringkali terjadi di kalangan mahasiswa. Mereka seringkali mengambil referensi dari internet untuk bahan rujukan pada karya ilmiahnya bahkan sering copy paste tanpa ada validasi.

Akhirnya, untuk menyelamatkan anak bangsa dari serangan-serangan ideologi Wahabi melalui media sosial,  Nahdlatul Ulama (NU) juga perlu membuat blog atau website yang konsen pada transformasi ajaran-ajaran ahlussunnah wal jamaah. Informasi-informasi yang diposting juga harus up to date sesuai dengan perkembangan pemikiran keislaman.

Hal ini sebagai upaya untuk mengimbangi ragam dakwah melalui teknologi yang coba didesain oleh kelompok-kelompok islam fundamental dan liberal. Siapapun yang meng-update memiliki data pembanding untuk mengetahui orsinilitas ajaran Islam. Karena dalam pengamatan penulis, hampir 50 % persen blog dan website yang ada di internet dikelola kelompok-kelompok yang anti ahlussunnah wal jamaah (Wahabi).

Mushafi Miftah, Intelektual Muda NU Jawa Timur dan Dosen Tetap Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru