27.9 C
Jakarta

Mewaspadai Kambuhnya Para Teroris

Artikel Trending

EditorialMewaspadai Kambuhnya Para Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Peristiwa teror bom yang terjadi pada 7 Desember 2022 lalu, di Polsek Astanaanyar, Bandung, dengan menewaskan satu orang polisi dan sembilan luka-luka, menimbulkan kekhawatiran tentang situasi jelang akhir tahun. Hal ini cukup beralasan mengingat di akhir tahun terdapat Hari Besar Keagamaan, yakni Natal dan selebrasi masyarakat jelang momentum pergantian tahun baru.

Perayaan Natal di Indonesia selalu mendapatkan perhatian khusus dari teroris. Mereka mengganggap bahwa Natal menjadi salah satu momen sakral yang harus dijihadi. Oleh sebabnya, banyak para teroris meledakkan bom pada hari Natal di gereja-gereja dan di tempat-tempat keramaian yang banyak non-muslimnya.

Karena itu pula, sudah seharusnya, masyarakat tetap wapada dan kepolisian tegas mengambil strategi akan potensi teror yang mungkin bakal terjadi. Ancaman selama Natal sering terjadi di tempat beribadah, seperti ancaman sabotase, ledakan petasan yang mengganggu ibadah dan yang paling parah adalah teror bom. Harus diingat, aksi terorisme untuk tahun ini tetap menjadi ancaman utama dalam pengamanan Natal dan Pergantian tahun (Nataru).

Dalam berkembangnya revolusi industri 4.0 ancaman teror mudah terjadi. Menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, setidak-tidaknya, ada 3 sifat ancaman pada masa revolusi industri ini. Yang pertama yaitu eskalatif, ancaman yang tiba-tiba muncul dengan begitu besar. Ini yang terjadi seperti bom Bali dan Hotel Marriott Jakarta.

Kedua, adalah ancaman yang dapat bergabung bahkan kadang-kadang bisa menjadi 2 dan 3 bentuk. Ini yang sering terjadi seperti pas perhelatan acara misa atau natal di gereja-gereja di Indonesia. Ketiga, adalah ancaman dengan tempo yang singkat, di mana kita tidak dapat membayangkan tiba-tiba hal yang mengancam keamanan bisa tiba-tiba terjadi seperti bom bunuh diri.

Sebagai urutan dari ancaman tersebut, pakar dan perspektif intelejen menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis target teror, yang sering dilakukan oleh para teroris. Pertama adalah target regular, yaitu menyerang aparat keamanan seperti polisi karena dianggap sebagai thogut.

Kedua, adalah target alternatif seperti tempat ibadah, di mana “gereja paling banyak menjadi sasaran karena dianggap orang berbeda. Mereka tidak mau ada perbedaan. Karena darah mereka halal. Target ketiga adalah tempat kerumunan masyarakat di mana ada polisi dan kelompok yang dimusuhi, seperti serangan bom Kampung Melayu dan Thamrin.

BACA JUGA  Metamorfoshow: Indoktrinasi Ajaran HTI Kembali Terjadi

Aksi-aksi teror di Indonesia juga bisa dibaca dengan periode-periode tertentu. Menurut ‘pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta, aksi teror bisa dibagi menjadi tiga periode dan ini yang menjadi target pilihan para teroris.

Pertama, hari Nataru. Yang paling dicari oleh teroris adalah hari Nataru. Nataru menjadi target favorit teroris. Nataru menjadi waktu favorit mereka beraksi.

Kedua, adalah saat perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus. Menurut teroris, bom  atau teror di HUT Kemerdekaan adalah bentuk perlawanan terhadap negara. Kemudian, saat bulan puasa. Alasannya, karena teroris beranggapan aksinya akan mendapat pahala berlipat ganda ketika ngebob di bulan Puasa.

Ketiga, adalah pengeboman di hari-hari tak nentu alias hari pembalasan. Misalnya mereka beraksi sekadar ingin memperingatkan bahwa apa yang musuh mereka lakukan tidak benar. Seperti, aksi Agus di Astanaanyar lalu yang diduga dipicu kematian pemimpin ISIS di Timur Tengah.

Melihat ancaman dan periodesasi aksi teror di atas, menjadi catatan tersendiri bagi kita bahwa pada hari Natarulah potensi paling besar dan karena itu, perlu strategi khusus untuk meredam dan diteksi sejak dini.

Dalam Operasi Lilin 2022 yang diselengarakan sejak Jumat (23/12) hingga Senin (02/01/23), dengan sekitar 166.322 personel gabungan TNI-Polri yang ditempatkan pada 1.845 pos keamanan, 695 pos pelayanan, 89 pos terpadu, alokasi mengamankan 52.636 objek pengamanan, semoga menjadi taktik jitu yang membuahkan hasil yang mantap.

Namun juga, masing-masing masyarakat harus waspada dengan ancaman yang ada di sekitarnya. Sebab, dalam Nataru kali ini, terdapat 44,17 juta orang yang melakukan pergerakan atau aktivitas dalam momen ini. Kendati, hanya diri sendirilah yang hanya bisa menjaga diri sendiri. Menjaga kambuhnya para teroris.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru