32.9 C
Jakarta
Array

Mewaspadai Ancaman Teror Saat Idul Fitri

Artikel Trending

Mewaspadai Ancaman Teror Saat Idul Fitri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ancaman teror masih menjadi kewaspadaan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih pasca peristiwa bom bunuh diri di Surabaya dan Riau beberapa bulan yang lalu.

Jika ditelisik lebih lanjut, maka akan didapati sebuah kecenderungan bahwa pelaku teror selalu mencari momentum-momentum tertentu. Salah satu momentum tersebut adalah saat hari raya Idul Fitri. Hal ini sangat bisa dipahami mengingat pemahaman kelompok ekstrimis itu menjadikan lebaran sebagai hari kemenangan. Kemenangan di sini diartikan sebagai sebuah kondisi di mana umat Islam berhasil membantai umat non-Islam atau menciptakan sebuah kondisi yang menakutkan bagi orang non-Islam.

Terkait kewaspadaan ancaman teror pada saat lebaran, sejatinya sudah jauh-jauh hari dingatkan oleh Presiden Jokowi. Hal ini terlihat pada saat ia memimpin rapat kabinet terbatas yang membahas persiapan pemerintah menghadapi Idul Fitri 1439 H/2018 M. Rapat yang digelar di kantor Presiden, Jakarta, (30/5).

Pada kesempatan itu, Presiden meminta aparat keamanan melakukan pencegahan dan penangkalan ancaman gangguan keamanan dan ketertiban selama Ramadhan dan Lebaran. “Saya juga minta laporan dari Kapolri terkait langkah yang ditempuh dalam rangka menjaga stabilitas keamanan menjelang Idul Fitri dan saat Idul Fitri,” ujar Presiden.

Kewaspadaan terhadap aksi teror di saat lebaran patut dilakukan setidaknya karena beberapa kondisi. Pertama, lebaran merupakan momentum untuk menaklukkan lawan. Kita sangat paham bahwa dalam sejarah Islam, ada peristiwa luar biasa yang diraih umat Islam kala itu di bulan Ramadan. Ya. Kemenangan pada perang Badar.

Ternyata, ada kelompok yang masih memaknai peristiwa tersebut secara parsial. Artinya, ia tidak melihat kondisi saat itu dan kemudian ia juga tidak mengkontekstualisasikannnya pada era kekinian dan kedisinian. Sehingga, spirit penaklukan pada perang Badar masih diberlakukan pada saat sekarang. Di sinilah momentum lebaran sangat potensial untuk dijadikan sebagai momentum yang tepat melakukan teror.

Kedua, semangat beragama. Beberapa kejadian aksi bom bunuh diri di beberpa tempat memberikan informasi cukup unik, bahwa pelaku bom bunuh diri ternyata adalah mereka yang memiliki semangat beragama yang luar biasa. Semangat inilah yang kemudian menjadikan mereka terjebak pada ghuluw, berlebihan dalam beragama.

Sebagai contoh, orang yang haus akan pahala dan sangat merindukan surga akan menjadikan jalan bom bunuh diri sebagai bentuk untuk mencari surga-Nya. Mereka yang memiliki semangat keagamaan yang tinggi tapi tidak dibarengi dengan pemahaman islam yang komprehensif akan menjadikan jihad mengangkat senjata dan mengebom tempat ibadah agama tertentu sebagai bentuk jihad. Pada momentum lebaran nanti, perilaku-perilaku tersebut sangat mungkin akan terjadi.

Oleh sebab itu, kewaspadaan ancaman teror saat Idul Fitri tidak cukup pada ranah pribadi. Artinya, juga dibutuhkan sinergi antar semua pihak. Koordinasi yang solid antara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru