25.4 C
Jakarta
Array

Metode Dakwah Al-Qur’an Melalui Kisah

Artikel Trending

Metode Dakwah Al-Qur’an Melalui Kisah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tidak diragukan lagi jika cerita termasuk suatu hal yang menarik untuk disimak. Cerita ataupun kisah akan mudah tertancap pada jiwa dan benak seseorang. Bahkan kita semua tahu kalau cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak kecil. Umumnya orang memandang bahwa mendengar cerita suatu hal yang tak membosankan. Sebaliknya orang-orang pada umumnya merasa bosan untuk mendengarkan ceramah. Karena untuk memahami metode ini cukup sulit dibandingkan dengan metede bercerita. Oleh karena itu metode cerita paling bermanfaat dan memiliki banyak faedah.

Peristiwa dan cerita yang berkaitan dengan sebab-akibat selalu menarik untuk disimak. Terutama jika cerita-cerita itu memiliki pelajaran yang sangat berharga. Keinginan kuat untuk mengetahui dan mendengarkan suatu cerita adalah salah satu faktor terkuat berpengaruhnya nilai-nilai positif cerita tersebut bagi seseorang. Nasehat terkadang tidak bisa langsung meresap ke dalam hati, tetapi jika esensi nasehat itu terbungkus dalam kisah nyata maka tujuan dan isi nasehat akan lebih mudah diterima.

Dewasa ini bercerita merupakan salah satu seni bahasa dan sastra. Padahal al-Quran telah mencontohkan hal ini semenjak belasan abad yang lalu. Sebagaimana telah disitir dalam al-Quran QS Yusuf [12]: 3.

Kata kisah diserap dari bahasa arab, yaitu qishshah. Kata qishshah berasal dari qashsha-yaqushshu.  Yang mana kata ini merupakan akar dari kata yang tersusun dari huruf qaf, shad, dan shad yang memiliki arti asal ‘mengikuti sesuatu’. Dikatakan qishshah, karena suatu kisah itu dicari untuk diingat dan diikuti. Demikian Ibnu Faris menjelaskan.

Sedangkan ar-Raghib al-Ashfihani mengartikan kata yang berakar dari qishshah dengan ‘mengikuti jejak’. Qishshah juga dapat berarti ‘berita yang bersifat kronologis’, disampaikan tahap demi tahap. Menurut Zahran di dalam Qashash al-Quran, qishshah adalah menguraikan kejadian-kejadian dan menyampaikannya tahap demi tahap. Tujuan qishshah, -kata Asy-Sya’rawi- adalah untuk pelajaran dalam rangka memantapkan ide-ide yang diamanatkan di dalam al-Quran.

Kata qashsha dan akar-akarnya disebutkan di dalam al-Quran sebanyak 30 kali; diantaranya dalam kata kerja sebanyak 20 kali dan kata benda sebanyak enam kali.

Kata kisah dalam al-Quran juga menggunakan redaksi al-khabar, an-naba’ dan al-hadits. Meskipun masing-masing berbeda dalam penggunaannya. An-Naba’ digunakan untuk menceritakan peristiwa yang sudah lama sekali kejadiannya atau peristiwa yang tidak diketahui oleh orang yang diceritakan (QS al-Syu’ara [26]: 6 & QS Hud [11]: 100). Sedangkan untuk menceritakan peristiwa yang diketahui baru terjadi atau peristiwa yang masih bisa dilihat seperti kenyataan, digunakan kata al-khabar. Al-Hadits untuk menceritakan lampau atau sekarang dengan cerita panjang atau pendek. Al-Qashash untuk menceritakan lampau dengan cerita yang panjang. Menurut Al-‘Askari arti asal al-hadits adalah menceritakan tentang diri sendiri tanpa ada kaitannya dengan orang lain, dan al-khabar diri sendiri dan orang lain.

Kisah al-Quran didefinisikan oleh Manna’ al-Qathan dengan ‘cerita tentang umat terdahulu dan kenabian-kenabian yang lampau serta berbagai peristiwa yang telah terjadi dan dimuat di dalam al-Quran’.

Memang kitab suci terakhir ini banyak mencakup kejadian-kejadian lampau, cerita-cerita umat terdahulu dan lain-lain. Sebagai kitab suci yang terakhir, al-Quran memuat cerita-cerita terdahulu dan akan datang. Sebagaimana dalam sunan at-Tirmidzi bab keutamaan al-Quran; Di dalam al-Quran tercakup cerita sebelum kalian dan kabar setelah kalian.(Ali Fitriana)

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru