32.9 C
Jakarta

Merombak Naskah Tulisan, Siapa Takut?

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMerombak Naskah Tulisan, Siapa Takut?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setiap penulis tentu saja memiliki naskah yang tidak dimuat, padahal telah dikirimkan ke redaksi media tertentu baik cetak maupun media online. Ini menunjukkan bahwa setiap tulisan terkadang tidak lolos seleksi dikarenakan temanya yang sudah ditulis orang, tidak relevan dengan keinginan redaksi atau bisa jadi karena terlalu banyak ejaan yang typo alias salah ketik. Tak mengherankan ini terjadi dan banyak penulis yang mengalaminya.

Banyak penulis yang mengalami hal ini bahkan penulis yang telah hebat pun bisa mengalaminya apalagi penulis pemula yang sedang mencari jati diri. Penolakan tulisan kita oleh redaktur bukanlah sebuah aib melainkan menunjukkan bahwa adakalanya terhadap tulisan kita sendiri dibutuhkan evaluasi.

Terkadang karena merasa sudah menembus berbagai media kita pun lupa terhadap apa-apa yang perlu diperhatikan saat menulis. Maka semua akan tersadarkan ketika mendapat penolakan dari redaksi tempat naskah tulisan kita dikirimkan.

Tentu saja secara ideal agar tulisan tersebut tetap menarik dan bisa dilirik redaktur adalah membuat tulisan dengan tema baru dengan ide yang lebih segar. Artinya, penulis mesti kerja lagi membuat tulisan baru sebaik mungkin hingga bisa memiliki peluang untuk dapat dimuat di media tempat kita mengirim tulisan tersebut. Jelas ini dituntut keterampilan menulis yang hebat sehingga tulisan yang dibuat baru bisa menembus persaingan yang ada.

Namun demikian, tulisan-tulisan feature atau artikel yang tidak basi sesungguhnya masih memungkinkan untuk dirombak dengan penambahan atau penyempurnaan tulisan tersebut. Intinya tetap harus menuliskan kembali. Namun begitu tidak akan terlalu sulit karena sudah muncul apa yang semestinya disempurnakan.

Tetapi perlu diperhatikan pula bahwa merombak naskah perlu kemampuan menganalisa bagian mana yang semestinya dirombak sehingga tulisan itu menjadi sempurna dan punya nilai lebih yang dapat ditawarkan kepada pembaca.

Di sini ada catatan di mana tulisan yang dirombak adalah tulisan yang telah lama atau telah melebihi batas waktu pemuatan yang biasanya kurang lebih telah dua bulan dari waktu pengiriman. Juga biasanya tulisan yang telah ditolak oleh pihak redaksi  biasanya diberi catatan, bisa dikirimkan kembali ke redaksi yang bersangkutan atau kemudian dikirim ke redaksi lain yang memungkinkan tulisan tersebut dapat dimuat.

Butuh kesabaran pula karena tulisan yang telah dirombak dan kembali dikirim terkadang ditolak pula tetapi itu menjadi pengalaman berharga bahwa menulis memang selalu memiliki tantangan tersendiri di dalamnya.

Mengapa naskah-naskah yang ditolak ini perlu dirombak? Sebabnya terkadang pada tulisan tersebut memiliki ide yang baik hanya mungkin penyajian kurang menarik minat redaktur untuk memuatnya. Karenanya dengan mengubah cara penyajian atau mungkin gaya bertuturnya, mungkin pada media lain tulisan tersebut dianggap penting untuk disampaikan kepada pembaca.

BACA JUGA  Inilah Privilege Profesi dan Skill Menulis di Era Digital

Tujuannya, agar tulisan-tulisan itu tidak terbuang percuma sehingga intinya bisa dinikmati oleh pembaca dan bermanfaat. Bisa mungkin mendapatkan honor atau tidak sama sekali. Namun yang terpenting bisa dimuatnya saja sudah keuntungan karena tulisan kita akhirnya bisa dibaca oleh pembaca.

Saat ini banyak platform-platform menulis yang disediakan oleh berbagai media ternama. Di sini memang peluangnya semakin terbuka tetapi tetap saja melalui seleksi ketat pula. Sehingga pada saat perombakan naskah tersebut penulis harus pandai-pandainya merombak naskah tersebut sehingga beberapa bagian yang kurang bisa disempurnakan. Dengan dimuatnya tulisan tersebut membuat pembaca pada akhirnya ada yang membaca tulisan itu sehingga ide dan pesan kita bisa disampaikan kepada sidang pembaca.

Merombak naskah bisa setara dengan melakukan proses editing terhadap tulisan tersebut. Tentu saja pekerjaan seperti ini tidak akan pernah sia-sia. Kendati ,mungkin pada akhirnya tidak dimuat sama sekali tetapi sebagai penulis, di sini dapat belajar menilai kekurangan yang ada pada tulisan tersebut sehingga semakin banyak belajar maka kita sebagai penulis akan mengetahui kekurangan yang ada dalam tulisan tersebut. Mungkin melelahkan tetapi manfaatnya sangat luar biasa.

Pengalaman penulis telah membuktikan banyak tulisan-tulisan yang dikirim selama ini ditolak. Tetapi setelah merombaknya lalu dikirimkan ke redaksi yang lain justeru memungkinkan untuk dimuat. Bukan soal mendapatkan honor namun ada semacam kepuasan karena tulisan itu akhirnya dimuat.

Bayangkan kita butuh waktu dan juga keterampilan untuk menulis tetapi tidak dimuat jelas akan membuat kecewa pada media favorit kita. Namun setelah dikirim ke media lain dan dimuat, tentu rasanya sangat menyenangkan dan itu memberi motivasi yang begitu kuat untuk menulis kembali tulisan yang baru.

Sekali lagi merombak naskah tulisan pekerjaan yang memiliki tantangan tersendiri karena terkadang menguras otak dan menguras tenaga seperti membuat tulisan baru. Jika memang tak berminat untuk merombak tulisan yang telah ditolak dan lebih asyik menulis baru lagi, itu sungguh lebih baik.

Tetapi jika sayang dengan tulisan yang sesungguhnya ide dan pesannya sangat penting untuk pembaca maka tak salah untuk merombaknya. Merombak naskah tulisan pun harus dilakukan secara serius dan tidak asal-asalan agar tulisan tersebut bisa kembali menembus seleksi redaksi dan bermanfaat bagi pembaca setelah dimuat.

Semuanya kembali kepada penulis itu sendiri. Semua ini adalah sekedar dorongan bagi penulis yang merasa sayang dengan tulisan yang ditolak redaksi. Kalau saran ini bisa dilakukan, ya mangga diikuti dan jika tidak jangan sekali-kali dilakukan yang mungkin bisa menjadi beban penulis. Sekali lagi kita hanya bekerja, belajar dan berkarya selama kita diberi umur dan kesempatan untuk melakukan semua itu.***

Deffy Ruspiyandy
Deffy Ruspiyandyhttps://www.www.harakatuna.com/
Penulis artikel di berbagai media massa cetak dan online, Penulis ide cerita di beberapa TV Swasta, bermukim di Bandung.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru