29.7 C
Jakarta

Meringkus Aktor-aktor Radikal di Balik Demo 11 April

Artikel Trending

Milenial IslamMeringkus Aktor-aktor Radikal di Balik Demo 11 April
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Badan Eksekutif Indonesia se-Indonesia (BEM SI) menggelar demonstrasi pada hari ini, Senin (11/4) di Gedung DPR. Awalnya, demo 11 April ini akan digelar di Istana Merdeka, tapi BEM SI mengonfirmasi perubahan lokasi aksi di detik-detik terakhir. Untuk demo ini, BEM SI mengaku sudah izin ke Polda Metro Jaya. “Nanti kita kira-kira ada 1.000 orang dari kampus. Itu tersebar, ada dari daerah juga merapat ke pusat,” kata Koordinator Media BEM SI Luthfi Yufrizal, dilansir Tempo.

Kabar demo 11 April sudah tersebar sejak jauh hari lalu. Tanggapan masyarakat pun beragam, antara yang pro dan kontra. Pihak yang pro beralasan, pemerintah harus didesak untuk mengatasi masalah-masalah aktual seperti mahalnya harga bahan-bahan pokok hingga wacana perpanjangan masa jabatan Jokowi. Sementara yang kontra secara sinis mengatakan, demo ini tak lebih dari pasukan nasi bungkus yang ujung-ujungnya malah akan menuntut Jokowi dilengserkan.

Demo 11 April BEM SI mengusung tagar #RakyatBangkitMelawan. Aliansi BEM SI akan meminta jawaban atas tuntutan rakyat yang sampai saat ini belum terjawab. Ada 18 tuntutan yang dianggap BEM SI belum dijawab, di antaranya adalah isu penundaan Pemilu 2024. Tuntutan lain yaitu mengenai stabilitas harga bahan-bahan pokok untuk masyarakat dan UU Cipta Kerja. Pertanyaannya, jika demo ini menuntut sikap Jokowi yang beredar, mengapa aksi justru dialihkan dari Istana?

Perubahan lokasi demo 11 April tentu sarat akan politik. Beberapa orang mungkin akan beranggapan, BEM SI dapat ancaman, apalagi sebelumnya beredar berita bahwa mereka diteror bahkan diretas.  Namun semua itu tidak bisa ditelan mentah-mentah. Dalam kasus demo 11 April, perang wacana merupakan tantangan agar kita melakukan filtrasi. Sebab, beredar kabar bahwa demo itu sendiri tidak benar-benar independen dari BEM SI melainkan ada penggeraknya.

Penggerak macam apa dan bagaimana tujuan aslinya? Itu yang mesti diselidiki. Bagaimana cara memahami perbedaannya, bahwa demo ini benar-benar aspirasi rakyat atau malah gerakan aktor-aktor radikal melalui tangan mahasiswa?

Aspirasi Rakyat

Adalah fakta yang tidak bisa dibantah, bahwa keadaan hari-hari ini lebih sulit. Ketika minyak goreng langka, sebulan yang lalu, masyarakat sudah curiga: ada yang tidak beres. Ketika solar, pertamax, hingga kebutuhan pokok harganya melonjak, keresahan masyarakat semakin memuncak. Masyarakat dipaksa untuk curiga bahwa ada yang salah dari rezim ini, terutama tentang Luhut Binsar Pandjaitan yang multi-fungsi di pemerintahan Jokowi. Aspirasi rakyat kemudian berusaha cari wadah.

Lalu muncullah mahasiswa yang siap jadi wadah aspirasi tersebut. Sebelum BEM SI memutuskan untuk menggelar demo 11 April, media sosial sudah dipenuhi oleh berita-berita menyesakkan, seperti hoaks Big Data ala Luhut dan gerakan lurah dukung Jokowi 3 periode yang konon diprakarsai oleh Luhut juga. Jadi dalam konteks ini, aspirasi rakyat tadi punya titik temu dengan aspirasi mahasiswa. Kita bisa menyebutnya aspirasi sosial-ekonomi vis-à-vis aspirasi politik.

BACA JUGA  Tahun 2024 Adalah Tahun Kebangkitan Terorisme, Kok Bisa?

Lalu di mana jantung masalahnya? Masalahnya ada di penunggang aspirasi tersebut. Mereka, para aktor radikal ini, yang sangat samar sekali, peduli keadaan sosial-ekonomi bukan karena pro-rakyat dan peduli keadaan politik bukan karena pro-mahasiswa. Mereka punya kepentingan sendiri, yaitu sosial-ekonomi dan politik Islam. Dalihnya, rezim hari ini telah gagal di bidang sosial-ekonomi-politik, maka mereka punya tawaran versi radikalnya: merombak dan menggantinya sesuai ideologi mereka.

Ada tiga hal yang bisa menjadi indikator apakah aksi demo 11 April digerakkan aktor-aktor radikal atau tidak. Pertama, sifat aksi. Para radikalis sudah beberapa kali menggelar demo, sehingga semua orang tahu sifat khas mereka. Misalnya, dari segi pakaian mereka agamis, juga memiliki religiusitas yang naif seperti shalat di tengah jalan selama aksi berlangsung. Kedua, tuntutan aksi. Tuntutan radikalis adalah turunkan rezim hingga dekonstruksi sistem pemerintahan. Ketiga, aktor aksi. Para aktor radikal sangat mudah dikenali, karena orangnya itu-itu saja.

Jika tiga indikator tersebut tidak ditemui pada demo 11 April, maka statusnya sebagai aspirasi rakyat bisa dipercaya. Namun demikian, beberapa aktor radikal ada yang suka bergerak di belakang layar, dan mereka ini susah terlacak. Karena itu, kita harus memilah aspirasi rakyat itu sendiri: apakah ia benar-benar aspirasi atau justru merupakan balutan radikalisme?

Balutan Radikalisme

Kita telah melihat, pada demo hari ini, apakah tuntutannya benar-benar meminta Jokowi tegas menolak 3 periode atau justru menuntut perombakan sistem pemerintahan. Jika tuntutannya adalah yang pertama, maka idealisme dan kesejahteraan rakyat memang harus disuarakan. Pada saat yang sama, pemerintah yang suka bikin onar, misalnya Luhut dengan segala wacana kontra-produktifnya, harus berhenti berulah demi kondusivitas.

Negara ini sudah damai, dan masalah sosial-ekonomi tidak boleh sampai memantik para aktor radikal untuk memancing di air keruh. Sebagaimana diketahui, urusan kamuflase, mereka sangat ahli. Mereka mampu menyelinap ke ASN dan BUMN, apalagi ke demo mahasiswa. Semua gerakan tersebut merupakan balutan radikalisme, yang apa pun medianya, mereka akan menyerukan satu cita-cita: ganti rezim, ganti sistem, dan dirikan kekhilafahan. Meskipun tidak secara langsung, ujung narasinya tetap itu.

Presiden Jokowi telah melarang kabinetnya untuk sosialisasi penundaan Pemilu 2024 dan masa jabatan presiden 3 periode. Maka, sebenarnya, tuntutan demo 11 April sudah selesai ditanggapi bahkan sebelum aksi hari ini digelar. Namun, aparat tidak boleh represif dan keras pada demonstran, yang mereka harus lakukan adalah menyelisik aktor-aktor radikal yang menggerakkan. Sebab, mustahil aksi besar tidak digerakkan. Semua dalam poros kepentingannya masing-masing. Para aktor radikal di balik demo 11 April ini harus diringkus. Segera!

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru