30.8 C
Jakarta

Meredam Kebangkitan Generasi Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamMeredam Kebangkitan Generasi Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dipotong satu tumbuh seribu adalah teori yang sejalan dengan dibubarkannya Hizbut Tahrir, tetapi generasi khilafah bertumbuh positif di negeri ini. Pada kenyataannya, ideologi itu masih hidup merajalela di pelbagai daerah hingga doktrinisasinya dilakukan di banyak kampus atau lembaga pendidikan.

Kebangkitan generasi khilafah tidak hanya muncul di lingkungan itu saja. Akan tetapi, masif di media sosial. Media sosial semata-mata membuat mereka semakin mudah memperalat tersebut sebagai sarana destruktif (khilafatisme) untuk menyerang sistem demokrasi dan ideologi negara, yaitu. Pancasila.

Narasi thaghut kerapkali menghantui negara Pancasila (Indonesia), bahkan mereka dengan mudah menghakimi dan mengkafirkan umat beragama. Ucapan itu cukup aktif diarahkan pada sesama umat Islam, persepsi mereka tentang negara Islam Indonesia (NII) terus-menerus diperjuangkan.

Pengikut setia dan generasi khilafah seolah-olah tidak bisa hidup dalam negara tanpa formalisasi syariat di bawah kendali kepemimpinan Islam (khilafah Islamiyah). Wacana pergantian ideologi Pancasila dengan khilafah terus-menerus dilakukan oleh kelompok yang memiliki ide transnasional.

Mereka terinspirasi dengan negara Islam di Timur Tengah. Di mana negara ini terbilang masif konflik yang potensi kekerasan, dan serangkaian bomnya pun amat tinggi. Inspirasi generasi khilafah merupakan sinyal baru bagi Indonesia yang akan menumbuhkan bibit intoleransi, ekstremisme, dan paham radikalisme.

Pemerintah yang membuat mereka bubar ternyata malah kembali mereka mengklaim bersikap paling benar. Tampaknya cara mereka berislam bukan membuat agama dan negara giat menjaga toleransi, kerukunan, dan kedamaian. Melainkan malah mengundang reaksi terhadap tumbuhnya perpecahan.

Di balik fenomena wabah corona dan lockdown menjadi agenda tersembunyi generasi khilafah untuk menuduh pemerintahan thaghut atau kafir. Politik kebijakan apapun telah merubah poros gerakan mereka semakin kritis terhadap persoalan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.

Negara khilafah mempersulit praktik kebegaramaan dan keberislaman kita dalam beragama dan bernegara. Lantas saja generasi Hizbut Tahrir mempolitisasi dalil khilafah ternyata hanya untuk menghancurkan Pancasila dari Indonesia dan mempelemah damainya umat beragama.

Memutus Generasi Khilafah

Penulis mengalami langsung adanya regenerasi kekhilafahan oleh Hizbut Tahrir di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Kini, paska pembubaran itu menggunakan istilah “Gema Pembebasan”, tetapi ideologi yang didaya-juangkan adalah khilafah Islamiyah dan rekodifikasi terhadap formalisasi syariat Islam.

Dalam konteks ini, penanganan Covid 19 oleh pemerintah dapat dipandang positif. Namun, generasi khilafah justru banyak melakukan kritik dan nyinyir di media sosial menganggap kebijakan pemerintah tidak pro rakyat dan lain sebagainya. Lalu, kenapa mereka tidak pernah stop dengan ideologi tersebut?

Setelah ideologi khilafah bubar dari negeri ini banyak dari pengikut setia ormas itu memiliki kekerasan dan emosional yang ama tinggi. Ditambah lagi, regenerasi khilafah kian merambah ke pelbagai kampus atau lembaga pendidikan. Doktrin ideologi agama selalu menjadi proyek bagi mereka yang punya kepentingan.

BACA JUGA  Indoktrinasi HTI di Taman Mini, Bagaimana Melawannya?

Khilafah sebagai konsep kepemimpinan dalam Islam dipolitisasi hanya untuk meraih kekuasaan dan ingin perubahan ideologi negara. Bahayanya, demi tercapainya visi-misi kelompok Hizbut Tahrir terhadap perubahan sistem ketatanegaraan kita telah memanfaatkan generasi pendidikan.

Oleh karena itu, kebangkitan generasi khilafah perlu menjadi perhatian khusus pemerintah demi keamanan dan keutuhan bangsa Indonesia. Virus corona mungkin bahayanya pada kesehatan biologis, sedangkan khilafah ancamannya terhadap kesehatan pemikiran yang faktornya ideologis.

Dunia pemerintahan di pelbagai negara sibuk menangani virus corona. Padahal, di balik fenomena ini tentu ada wacana yang tersembunyi. Wacana apakah itu? Tentu wacana penegakan khilafah yang kian menjadi garis besar perjuangan generasi Hizbut Tahrir yang tidak ingin Islam Indonesia bersatu.

Konsep khilafah hanya pernah ada di era Rasulullah SAW, tetapi ia merangkul persatuan demi persaudaraan dan perdamaian antar umat beragama. Sedangkan aktivis khilafah dan generasinya di Indonesia malah mengundang fenomena permusuhan dan perpecahan.

Pola Pencegahan

Islam tanpa kebhinekaan, maka tidak akan muncul keindahan. Negeri ini butuh Islam yang mampu mewarnai kehidupan umat beragama, berbangsa, dan bernegara. Islam ibarat kehidupan pelangi yang ada di atas awan dipenuhi warna-warna yang cerah menghidupkan semangat perbedaan.

Khilafah di era Nabi penuh keislaman dan kebhinekaan, sama dengan Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila telah mampu mempersatukan semua golongan agama tanpa kekerasan. Baik dalam konteks ideologi maupun politik. Momentum ini tentu harus kita rawat di Indonesia.

Menurut hemat penulis, mencegah khilafah merupakan solusi yang maslahah. Untuk itu, pola pencegahan efektif adalah tugas pemerintah dan kita semua membumikan Islam dan kebangsaan (Pancasila) tidak hanya ke masyarakat, tetapi ke pelbagai kampus-kampus negeri maupun kampus Islam itu sendiri.

Merawat Islam di tengah kebhinekaan dapat diyakini sebagai pola edukatif yang mampu membuat mereka sadar, dan menjadi gambaran taubat bagi mereka. Dengan demikian, Islam dapat beraktulisasi secara damai dengan kalangan non-muslim. Terutama dalam meyakini dan menyepakati konsep bernegara.

Paling penting, aktivis dan generasi khilafah perlu belajar banyak sejarah pembentukan Pancasila sebagai ideologi negara. Sebab itu, tidak hanya diperani oleh tokoh bangsa. Melainkan ada peran tokoh Islam dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang hal itu perlu kita pelajari agar tidak mudah emosi dan terprovokasi.

Kunjungi laman kami untuk berbagi kegiatan melawan radikalisme dan penguatan pilar kebangsaan

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru