33.8 C
Jakarta

Merawat Skill Menulis di Tengah Gempuran Skripsi

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMerawat Skill Menulis di Tengah Gempuran Skripsi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Skill menulis yang baik hingga tulisan berhasil dimuat berkali-kali di berbagai media merupakan skill yang terkadang harus dilalui dengan proses sulit. Maka sudah sepantasnya skill tersebut dirawat dengan sebaiknya. Namun jika ternyata dihadapkan pada keadaan yang mengharuskan pemiliknya mengistirahatkan skill tersebut dahulu, strategi merawatnya menjadi bagian penting dari permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan.

Contohnya, seorang penulis pemula memiliki skill menulis opini dan berita yang telah dipelajari selama enam bulan penuh hingga berhasil dimuat pertama kali di media pada bulan ketujuh belajar menulis dan mencoba mengirim berkali-kali. Kemudian setelah berhasil dimuat pertama kali, ada kelanjutan tulisan berhasil dimuat berkali-kali. Namun ketika dua tahun berhasil dan nyaman dengan skill barunya, ia harus dihadapkan dengan tugas akhir S-1 bernama skripsi.

Skripsi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa S-1 sebagai tugas akhir. Masa mengerjakan skripsi ini, Mahasiswa akan menghadapi berbagai lika-liku yang beragam bentuknya. Ada yang lancar perjalanannya, namun ada yang harus mengalami perjalanan yang sangat sulit, sebelum akhirnya naskah skripsi berhasil disidangkan. Pengorbananpun tetap ada, seperti pengorbanan menghentikan skill baru.

Akibat dari pengorbanan menghentikan aktivitas menulis opini atau berita ke media ini cukup berat. Sebab dapat berakibat di skill menulis yang menurun kualitasnya. Namun kembali lagi, bahwa pengorbanan untuk kesuksesan mengerjakan skripsi tetap harus dilakukan seorang mahasiswa. Jika tidak dilakukan, maka akan berakibat di skripsi yang kualitasnya tidak baik.

Penyebab utama seorang mahasiswa sebaiknya fokus pada skripsi, tanpa menulis opini ataupun berita yaitu terletak pada gaya bahasa dan tipe tulisan skripsi yang berbeda dari tulisan opini ataupun berita. Skripsi ini gaya bahasanya formal dan tipenya sangat ilmiah. Sedangkan opini atau pun berita, gaya bahasanya tidak terlalu formal dan tidak terlalu ilmiah. Jika digabungkan, kembali lagi pada skripsi yang bisa berantakan terutama di gaya bahasanya.

Pengalaman penulis, pernah mengorbankan waktu delapan bulan hampir penuh, dengan hampir benar-benar berhenti melakukan hobby menulis opini ataupun berita. Meski pernah lima kali mencoba menulis selain skripsi, tapi pada akhirnya kembali lagi fokus pada skripsi. Hal ini penulis lakukan karena selama satu setengah tahun nekat menulis skripsi sambil menulis opini, berita, cerpen, dan sejenisnya, skripsi tetap tidak selesai-selesai dengan gaya bahasa campuran. Maka pengorbanan harus tetap dilakukan.

BACA JUGA  Profesi Penulis Akan Sirna, Ini Alasannya

Masa delapan bulan fokus sebagian besar untuk mengerjakan skripsi pun berlalu, skripsipun sudah selesai sebagian besar. Maka inilah waktunya penulis kembali ke dunia kepenulisan opini, berita, dan sejenisnya. Saat penulis kembali mengirimkan tulisan ke berbagai media, penulis harus menghadapi akibat dari pengorbanan yang dilakukan. Akibatnya dalam proses menulis selain skripsi yang kembali kesulitan.

Saat penulis kembali menulis opini untuk beberapa media massa, penulis kembali merasakan proses yang cukup berat. Ada gaya bahasa yang harus penulis sesuaikan. Penyebabnya, gaya bahasa formal khas skripsi telah melekat kuat, kemudian gaya bahasa non skripsi atau gaya bahasa non formal telah memudar. Ini tantangan yang cukup berat untuk penulis, dan harus dihadapi penulis.

Gaya bahasa baru pun lahir setelah masa berat kepenulisan skripsi. Hal ini penulis sadari setelah berjuang kembali untuk bisa menulis ke media massa. Ada keunikan yang terjadi di dalam gaya bahasa baru penulis, yaitu gaya bahasa campuran antara formal dan non formal. Jadi, meskipun harus mengalami masa berat kembali, tetap ada pelajaran baik yang didapatkan.

Merawat skill menulis di media massa pada masa gempuran skripsi, menjadi bagian yang menarik untuk dihadapi. Berbagai pilihan yang ada untuk para mahasiswa semester akhir yang memiliki skill menulis di media massa ini, menjadi bagian yang seharusnya tidak terpisahkan dari perhatian penulis tersebut. Hal ini seperti perhatian khusus untuk benar-benar bisa kembali menulis ke media massa setelah masa skripsian selesai, ini dapat menjadi wujud nyata merawat skill menulis yang telah dimiliki.

Pada akhirnya, di balik masa berat dunia skripsi untuk penulis pemula, tetap ada masa di mana penulis pemula mengambil pelajaran baik. Hal ini seperti gaya bahasa tulisan untuk media massa yang semakin baik kualitasnya. Akibat dari fokus menulis skripsi dengan sungguh-sungguh yang berat dan kemungkinan berhasil mengoreksi berbagai kesalahan penulis dalam dunia kepenulisan.

Nur Hanifah Ahmad
Nur Hanifah Ahmad
Mahasiswa Prodi Studi Agama-agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru