34 C
Jakarta

Menyoal Eksklusifnya Solidaritas Kaum Islamis terhadap Palestina

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMenyoal Eksklusifnya Solidaritas Kaum Islamis terhadap Palestina
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kita tak perlu ragu untuk bersolidaritas terhadap Palestina. Penjajahan di mana pun berada, harus kita tolak. Pesan kemanusiaan yang universal ini merupakan amanat dari konstitusi kita. Namun, di tengah hingar-bingar besarnya arus solidaritas kemanusiaan terhadap Palestina ini menyisakan problem dimana kalangan Islamis di negeri ini mereduksinya hanya sebagai solidaritas sesama Islam saja.

Solidaritas eksklusif kaum Islamis tersebut berangkat dari kegagalan mereka dalam memahami persoalan sesungguhnya yang terjadi di Palestina. Kasus yang terjadi di Palestina bukanlah semata konflik agama antara umat Islam dengan umat Yahudi. Tidak sesempit itu, persoalan di palestina adalah masalah kemanusiaan di mana terjadi penjajahan yang dilakukan Israel.

Asal-Usul Penjajahan: Bukan Konflik Agama

Pada mulanya, tanah di Palestina, termasuk Israel saat ini, dulu ditinggali oleh komunitas yang beragam etnis dan agama. Di sana ada etnis Arab, Yahudi dan lain sebagainya. Etnis Arab sendiri tidak semunya beragama Islam, banyak di antara mereka yang juga beragama Nasrani.

Persoalan besar muncul ketika banyak orang Yahudi yang terlunta-lunta dari Eropa bermigrasi ke wilayah Palestina akibat dipersekusi Nazi-nya Hitler. Pengungsi yang kian lama membesar ini berbarengan dengan semakin kuatnya doktrin Zionisme yang secara sepihak mendaku tanah di Palestina adalah hak Bani Israel.

Gerakan Zionisme ini kemudian mendapat dukungan Inggris dan berhasil mendirikan negara Israel pada 14 Mei 1948 di tanah Palestina. Pendirian negara ini adalah penjajahan kepada rakyat Palestina yang kemudian terusir dari tanah yang sudah ditinggalinya. Etnis Arab yang terusir dari tanahnya ini bukan hanya beragama Islam, tapi juga nasrani dan agama minoritas lainnya.

Yang marah dan melawan penjajahan ini bukan hanya kalangan Islam saja, tapi juga kalangan Nasrani dan termasuk banyak umat Yahudi juga. Inilah yang sering tidak dipahami kaum Islamis bahwa umat Yahudi juga banyak yang menentang penjajahan Israel terhadap Palestina dan menganggap hidup di bawah negara Palestina zaman dahulu lebih nyaman daripada era Israel saat ini.

Pemerintah Israel yang berkuasa saat ini yang terus menyerang Palestina adalah sayap kanan Yahudi atau sayap ekstremisnya kaum Yahudi. Persoalan utama di internal Israel sebenarnya juga sama dengan internal umat Islam di mana kaum ekstremis-Islamis terus ngotot untuk menebar kebencian dan menyerang musuhnya.

BACA JUGA  Mensterilkan Generasi Muda dari Jeratan Paham Radikal

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel yang terus menggaungkan serangan kepada Palestina berasal dari Partai Likud. Partai ini adalah partai sayap kanan atau ekstremis di Israel. Mereka tak pernah mau berdamai dengan Palestina. Sebagaimana partai ekstrimis lainnya, mereka terus ingin menjajah dan menyerang musuhnya.

Di Israel, banyak partai lain yang moderat yang sangat tidak setuju dengan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintahannya Benjamin Netanyahu. Kompleksitas yang seperti ini tidak diketahui oleh kaum Islamis di negeri kita. Mereka hanya berkaca mata kuda dengan melihat persoalan Palestina hanya semata-mata konflik agama.

Perlunya Solidaritas Kemanusiaan

Sebagaimana yang diamanahkan oleh konstitusi negara kita, bahwa kita harus menolak segala bentuk penjajahan. Pesan anti-kolonialisme ini bersifat universal dan berbasis kepada kemanusiaan. Kita harus bersolidaritas kepada negeri mana saja, etnis mana saja, dan agama mana saja yang mengalami penjajahan.

Kita tidak boleh berlaku pilih-pilih dalam bersolidaritas terhadap kaum yang sedang terjajah dan dizalimi. Kita bersolidaritas kepada Palestina bukan hanya karena mereka beragama Islam saja. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang dilakukan kaum Islamis yang bersolidaritas secara eksklusif kepada Palestina karena semata Muslim saja.

Solidaritas yang sempit ala kaum Islamis tersebut terasa ambigu sebab faktanya di sana tidak hanya beragama Islam saja. Kaum nasrani dan agama minoritas lainnya di Palestina juga mengalami penderitaan yang sama karena penjajahan seperti halnya yang dialami oleh kaum muslim Palestina. Sebab, penindasan tak pernah menganal etnis dan agama.

Sebagaimana yang pernah diajarkan Gus Dur bahwa tak perlu bertanya apa agamamu jika hendak menolong orang lain. Solidaritas kemanusiaan yang universal melampaui batas agama seperti ini saat ini penting untuk dipahami oleh internal umat Islam. Kita harus turut bersolidaritas kepada siapapun yang sedang mengalami penjajahan dan penzaliman.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru