27.4 C
Jakarta
Array

Menyikapi Demontrasi dengan Asas Kemanusian Yang Adil Dan Beradab

Artikel Trending

Menyikapi Demontrasi dengan Asas Kemanusian Yang Adil Dan Beradab
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pancasila merupakan dasar negara yang merekatkan seluruh komponen masyarakat Indonesia yang berbeda suku, budaya dan bahasa. Terbukti dengan adanya pancasila keberagaman di Indonesia dapat dirajut dengan baik.

Hal ini memang karena pancasila disusun oleh para pendiri bangsa yang terdiri dari cendekiawan nasionalis dan ulama yang sangat visioner dan mampu mengalahkan egonya masing-masing demi tercapainya persatuan Indonesia. 

Pancasila pada hakekatnya merupakan pergumulan dari nilai-nilai warisan budaya, adat dan agama yang dicari sarikan dan kemudian diramu sedemikian rupa sehingga terbentuklah lima sila seperti yang kita ketahui saat ini.

Sila kedua dalam pancasila adalah kemanusian yang adil dan beradab, sila ini mendasari terciptanya dan terbentuknya manusia yang mengedepankan nilai kemanusiaanya dan mengedepankan akhlaknya. Pada dasarnya sila ini sangat bersesuaian dengan visi diutusnya Nabi Muhammad ke dunia melalui sabdanya yaitu, Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak sempurna.

Sila kedua pancasila dan visi diutusnya Nabi Muhammad pada intinya adalah sama yaitu akhlak atau adab. Dengan demikian membentuk pribadi manusia Indonesia yang beradab dan bermartabat merupakan ujuan didirikanya negara Indonesia sekaligus merupakan hakekat dari ajaran Islam itu sendiri.

Sila kedua pancasila ini juga menunjukan manifestasi bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang terkenal dengan sopan santunya, terkenal dengan toleransinya, terkenal dengan keramahanya dan terkenal denga agungnya akhlak.

Namun demikian secara perlahan sila kedua pancasila ini mulai luntur dilaksanakan, bangsa Indonesia hanya hapal saja sila tanpa lagi mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Terlebih dengan menguatnya politik identitas akhir-akhir ini, kemanusiaan yang adil dan beradab ini semakin terkoyak habis-habisan, tidak sedikit para elit politik yang melakukan segala cara untuk mencapai sahwat politiknya bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia Indonesia.

Gusdur pernah mendasari kehidupan politik kita, beliau berkata bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Itu artinya akhlak dan adab untuk menjaga manusia Indonesia harus diutamakan dari hal apapun.

Sila kedua ini semakin terkoyak lagi dengan diadakannya demo berjilid-jilid yang merusak tatanan kehidupan hukum dan sosial di Indonesia, mereka yang berdemo beranggapan bahwa yang kuat adalah yang menang sehingga norma hukumpun mereka langgar. Mereka rela melawan hukum-hukum konstitusi karena tidak sesuai dengan ekpekstasi politik mereka. Yang ada mereka melakukan segala cara yang penting bisa berkuasa. Ini jelas sangat menciderai Ahlak yang termaktub dalam sila kedua.

Terlebih lagi mereka demo dengan mengenakan identitas Islam, mengaku membela Islam padahal yang mereka bela benar-benar politik dan kekuasaan. Mana ada dalil dalam Islam yang menyerukan jihad untuk memenangkan salah satu paslon dalam pemilu, yang ada bukan jihad melainkan sikap jahat.

Kalimat takbir yang mendamaikan mereka ungkapkan dengan kebengisan politik, kalimat takbir yang menyejukan mereka teriakan dengan ungkapan sinis, kalimat takbir yang begitu indah mereka ungkapkan dengan penuh rasa marah. Pada hakikatnya hal seperti inilah yang menyimpang dari visi Islam itu sendiri yaitu untuk menyempurnakan ahlak dan menyimpang dari sila kedua pancasila yaitu ahlak.

Ditambah lagi mereka kehilangan kata-kata sopan dan santun dalam menyampaikan Aspirasinya, mereka gunakan kata-kata yang tidak senonoh untuk menghujat siapa-siapa saja yang dianggap lawan, bahka elit politik yang seharusnya mendapaikan malah mengeluarkan kata-kata jorok untuk memprovokasi masyarakat.

Jelas ini semua menciderai sila kedua pancasila yaitu manusia yang beradab, contoh-contoh diatas tidak mencerminkan manusia Indonesia dalam melaksanakan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan politik, mereka telah kehilangan adab dalam praktek kehidupannya.

Dengan demikian menjadi manusia beradab adalah tujuan negara Indonesia dan juga merupakan visi agama Islam itu sendiri, oleh karenanya marilah kita menjadi manusia beradab dengan mematuhi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dengan menjaga tuturkata dan tingkah laku sesuai dengan pedoman agama dan warisan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

[zombify_post]

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru