Judul Buku: Islam: Dinamika Dialogis Keilmuan, Kebudayaan, dan Kemanusiaan, Penulis: Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A., Penerbit: IRCiSoD, Tahun: Juni 2021, Ukuran Buku: 14 x 20 cm, Jumlah Halaman: 414 halaman,ISBN: 978-623-6166-55-0.
Harakatuna.com – Membincang Islam selalu menjadi pembahasan yang tak pernah usai. Islam dipandang dari berbagai aspek dan sudut pandang, baik dari ruang keilmuan, kebudayaan, dan kemanusiaan. Dalam berbagai dimensi tersebut, membuat Islam terus dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal itulah yang diulas dalam buku yang berjudul Islam: Dinamika Dialogis Keilmuan, Kebudayaan, dan Kemanusiaan karya Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A. Membaca buku ini membuat saya terus terpacu rasa penasaran saya untuk membaca setiap topik dan ulasan yang ditulis oleh penulis buku ini. Sejujurnya, saya juga mengenal penulis karena beliau salah satu dosen saya selama studi di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dari berbagai diskusi tersebut itu pula saya mengagumi ide dan pemikiran beliau. Tidak hanya itu, pemikiran moderat dan perspektifnya membuat siapa pun yang mendengarnya akan terkesima untuk terus menjelajahi alam pemikiran beliau.
Buku ini merupakan sumber bacaan yang konstruktif dan komprehensif dalam mengkaji Islam dalam berbagai aspek, baik bidang keilmuan, kebudayaan, dan kemanusiaan. Di dalam buku ini memuat beberapa topik penting dan menarik terkait pandangan Islam terhadap manusia dan kebudayaan yang dikaitkan dengan agama dan kebudayaan.
Sedangkan, di pembahasan lainnya, persoalan tentang sejarah perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam, terutama mengenai keemasan dan kejayaan Islam di masa Daulah Abbasiyah.
Selain itu, persoalan kebudayaan dan peradaban Islam di tengah pergumulan global, seperti haknya isu-isu mengenai modernisasi, westernisasi, dan sekularisasi. Bab teakhir dalam buku ini mengulas tentang kebudayaan Islam di tengah kompleksitas masyarakat, terutama tantangan budaya Barat sekuler dan perlu adanya dialog antara Islam dan peradaban Barat.
Prof. Faisal Ismail menyebutkan bahwa para orientalis Barat generasi awal telah salah paham dalam memahami dan memandang Islam. Mereka menilai bahwa Islam merupakan ciptaan atau hasil pemikiran atau paham Nabi Muhammad. Mereka menyebut sebagai Muhammadanisme, paham Muhammad.
Dalam hal ini, Islam dianalogikan dengan Buddhisme, Konfusianisme, Shintoisme, Judaisme, Hinduisme dan Zoroasterianisme. Tentu hal demikian tidak benar. Islam tidak dapat dinisbatkan kepada nama nabi pembawanya, yakni Nabi Muhammad, maka tidak disebut Muhammadanisme.
Tidak hanya itu, elaborasi kritik yang konstruktif atas pemikiran kebudayaan Sidi Gazalba juga diulas dengan detail dan mendalam, bahwa beberapa pemikiran Gazalba dinilai keliru dan perlu adanya perbaikan atau pun membenarkan pendapat yang keliru tersebut.
Di pembahasan lainnya, Prof. Faisal juga mengulas bagaimana historisitas pada masa Nabi Muhamad Saw. dan masa keemasan kebudayaan dan peradaban Islam. Pada zaman keemasan Islam, yakni di masa Daulah Abbasiyah, para sarjana Muslim dan ulama’ memiliki peran penting dalam berkontribusi terhadap kebangkitan Eropa di abad pertengahan.
Selain itu, buku ini juga memuat diskursus kebudayaan dan peradaban Islam dalam pergumulan di era global, seperti halnya persoalan Islam vis-à-vis dengan modernisasi dan westernisasi, moralitas Islam vis-à-vis moralitas sekuler, dan generasi muda dengan budaya teenage tyranny juga diulas dengan baik oleh Prof. Faisal dalam tulisan-tulisan beliau yang bernas dan aktual dengan perkembangan zaman.
Pembahasan terakhir dalam buku ini, yakni dialog antara Islam, kebudayaan, dan Barat juga menjadi tema dan topik yang menarik. Apalagi kebudayaan dan peradaban Islam di tengah kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim, terutama bersentuhannya budaya Islam dan kebudayaan Barat yang sekuler.
Dalam pandangan penulis, dialog antara Islam dan Barat harus dilakukan untuk menjembatani keduanya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik berkepanjangan. Poin penting yang didapat dari persoalan tersebut yakni bagaimana Barat dan Islam, meski memiliki latar belakang sejarah, akar budaya, dan peradaban yang berbeda.
Tapi, keduanya seharusnya bisa melakukan dialog konstruktif dan kerja sama dalam rangka memupuk dan membina saling pengertian untuk mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Dari ulasan di atas, dapat diketahui bahwa Prof. Faisal berupaya mendudukkan Islam dalam porsi dan posisinya sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam harus dipahami secara detail dan komprehensif. Jangan sampai keliru memahami Islam, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang akhirnya menganggap Islam cenderung rigid dan kaku dalam melihat suatu persoalan kehidupan yang kompleks ini.
Islam seharusnya mampu menjawab tantangan zaman yang terus bergulir. Tidak hanya itu, pengetahuan dan pemahaman Islam yang baik dan mendalam tentu akan memberikan output yang baik untuk perubahan yang konstruktif dalam kehidupan.
Buku karya Prof. Faisal ini merupakan bahan bacaan bergizi dalam melihat Islam dari sudut pandang keilmuan, kebudayaan dan kemanusiaan. Apalagi di tengah berbagai persoalan yang mengatasnamakan Islam, apalagi agama dijadikan alat politik dan pendukung atas nama kepentingan politik tertentu, sehingga Islam dipolitisasi demi keuntungan bagi mereka yang melakukannya.
Terlepas dari itu semua, buku ini layak untuk dibaca dan diresapi untuk memperkaya khazanah keilmuan dan pengetahuan tentang Islam yang beraneka ragam dan multidimensi.