33 C
Jakarta

Menyelamatkan Bumi dari Bencana Alam dan Bencana Kemanusiaan

Artikel Trending

KhazanahOpiniMenyelamatkan Bumi dari Bencana Alam dan Bencana Kemanusiaan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bumi semakin menua. Semakin hari, dunia makin dilanda berbagai macam bencana. Baik itu bencana alam maupun bencana sosial atau kemanusiaan. Bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan tanah longsor sering berakibat rusaknya tempat tinggal, bangunan, hingga memakan korban jiwa. Sedangkan bencana sosial seperti kekerasan, konflik, dan perang juga tak kalah mengakibatkan kerusakan, bahkan bisa memakan jauh lebih banyak korban jiwa.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Yang disebabkan baik faktor alam, faktor non-alam, maupun faktor manusia. Sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benca, dan dampak psikologis.

Baik bencana sosial maupun bencana alam, keduanya tak bisa lepas dari ulah tangan manusia yang gemar membuat kerusakan di bumi. Hal yang sejak awal bahkan sudah diprediksi oleh malaikat ketika Allah Swt. hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Seperti dikisahkan dalam QS. al-Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata, apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu? Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Malaikat tahu manusia bakal membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Kita pun melihat sendiri bahwa kekhawatiran malaikat tersebut benar-benar terjadi hari ini. Lewat maraknya konfik, kekerasan, teror, bahkan pembunuhan antar sesama manusia, juga rusaknya ekosistem alam. Malaikat yang selalu taat dan patuh kepada Allah Swt. menjadi bertanya-tanya: mengapa pembuat kerusakan itu yang dijadikan khalifah?

Akal Budi dan Perasaan Hati

Mengutip keterangan M. Haromain, pesan sentral yang terkandung dalam al-Baqarah ayat 30 di atas ialah maklumat atau berita didaulat atau diangkatnya manusia oleh Allah sebagai khalifah atau wakil Tuhan di muka bumi ini. Ditetapkannya manusia sebagai pemakmur, pengatur dan pengelola sistem kehidupan di panggung dunia ini. Supaya tercipta kehidupan yang harmonis, damai, tentram dan sejahtera serta memperoleh kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat (NU Online, 28/7/2016).

Ketika malaikat memprotes soal dijadikannya manusia sebagai khalifah di bumi. Allah Swt. menegaskan bahwa bagaimana pun, Dia lebih mengetahui apa yang tidak malaikat ketahui. Kita kemudian paham, meskipun manusia menyimpan potensi membuat kerusakan di bumi. Bagaimana pun seluruh keturunan Nabi Adam juga dikaruniai akal budi dan perasaan hati, hal yang cenderung tidak dimiliki makhluk lain selain manusia.

BACA JUGA  Radikal-Terorisme Sasar Medsos, Akankah Kita Diam Saja?

Di satu sisi, manusia memiliki akal dan budi dan perasaan hati yang membuatnya berpotensi membangun peradaban yang semakin maju dan tinggi di muka bumi. Tapi, di sisi lain, manusia juga memiliki nafsu dan egoisme yang bisa menjerumuskannya dalam lembah keserakahan dan kekerasan pemantik kerusakan di muka bumi. Sekarang, kita semakin sadar bahwa sebagai khalifah yang diberi amanah untuk memakmurkan dan mengatur bumi agar selaras dan damai. Manusia mesti memaksimalkan potensi akal budi dan perasaan hatinya, bukan justru disandera oleh egoisme dan nafasunya.

Bencana Akibat Ulah Manusia

Tetapi jika kita melihat apa yang terjadi dewasa ini, dengan maraknya bencana sosial maupun bencana alam, baik berupa pertikaian, konflik, dan kekerasan di antara sesama manusia, serta kerusakan alam, pencamaran lingkungan, dan tingginya pemanasan global, menandakan banyaknya manusia mengikuti egoisme dan hawa nafsunya ketimbang akal budi dan perasaan hatinya.

Egoisme dan hawa nafsu membuat manusia merasa paling benar sendiri, serakah, dan mudah merendahkan orang lain. Sehingga, manusia kerap melakukan tindakan intoleran, kekerasan, bahkan pembunuhan, perang, dan pertumpahan darah. Bahkan, ada pula kelompok manusia yang melakukan kerusakan dengan mengatasnamakan agama.

Berdalih menegakkan syariat agama, mereka gemar menuduh kafir kepada orang lain. Melakukan tindakan intoleran, bahkan tak segan melakukan teror dan pembunuhan. Padahal, manusia mengemban tugas sebagai khalifah untuk mengatur, mengelola, dan membangun keselarasan kehidupan di bumi. Bukan untuk menebar kebencian dan kekerasan yang berujung berbagai bencana sosial dan kemanusiaan.

Tak sekadar membawa kerusakan atau bencana sosial, ego dan hawa nafsu juga menjerumuskan manusia dalam keserakahan dalam mengekspoitasi sumber daya alam. Pohon dibabat habis, hutan menjadi gundul, batu-batuan terus dikeruk, tanah dan laut dicemari limbah dan sampah.

Dari sana, keseimbangan alam terganggu dan terjadilah berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, pencemaran lingkungan, pemanasan global, dan sebagainya. Jelas, ini bertolak belakang dengan amanah yang kita emban sebagai khalifah yang bertugas merawat dan menjaga kelestarian alam di muka bumi ini.

Menjadi khalifah di bumi adalah amanat yang sangat berat. Tapi manusia sudah bersedia memikul amanat yang tak sanggup dipikul oleh langit, bumi, dan gunung-gunung tersebut. Nasib kehidupan di bumi bergantung pada kita dan anak-anak cucu kita kelak. Apakah masing-masing mau evaluasi diri: menyadari tanggung jawab kita sebagai khalifah yang mesti menjaga, terus menebarkan manfaat dan kebaikan di muka bumi?

Atau justrui kita akan terus abai, membiarkan diri dikungkung egoisme dan hawa nafsu sehingga bencana sosial dan bencana alam semakin menjadi-jadi?

Wallahu A‘lam bi ash-Shawab…

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru